Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Imam Muslim Batal Hadiri Pelantikan Trump Usai Dikritik Kelompok Yahudi

Imam Muslim asal Detroit tak menghadiri pelantikan Trump usai kritik yang dilontarkan kelompok Yahudi AS.

21 Januari 2025 | 08.39 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump mengambil sumpah jabatan di depan Ketua Mahkamah Agung Amerika Serikat John Roberts pada upacara pelantikan di di Washington, DC, Amerika Serikat 20 Januari 2025. Donald Trump memangku jabatan untuk masa jabatan keduanya sebagai presiden Amerika Serikat ke-47. Chip Somodevilla/Pool via REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang imam Muslim Amerika Serikat asal Dearborn, Michigan, yang direncanakan membacakan doa saat pelantikan Presiden Donald Trump tidak diikutsertakan dalam acara tersebut tanpa penjelasan. Pembatalan ini menyusul kritik dari setidaknya satu kelompok Yahudi Amerika Serikat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Imam Husham Al-Husainy dari Pusat Pendidikan Islam Karbalaa di Dearborn mengatakan kepada The Detroit News pekan lalu bahwa dia telah menerima undangan dari panitia pelantikan untuk berdoa dalam upacara pelantikan Trump pada Senin, 20 Januari 2025. Namanya juga muncul pada cetakan awal program pelantikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun Al-Husainy tidak muncul bersama pemuka agama lainnya selama upacara pada Senin.

Mereka yang berdoa termasuk Lorenzo Sewell, pendeta Gereja 180 Detroit; Kardinal Timothy Dolan, uskup agung New York; Pendeta Franklin Graham; Rabi Ari Berman, presiden Universitas Yeshiva; dan Pendeta Frank Mann dari Keuskupan Katolik Roma Brooklyn.

Al-Husainy tidak menanggapi beberapa permintaan komentar pada Senin pekan ini. Perwakilan komite pelantikan Trump tidak segera menanggapi pertanyaan.

Ketidakhadiran itu menyusul kritik baru terhadap beberapa pernyataan imam tersebut di masa lalu, termasuk wawancara dengan pembawa acara televisi Fox News Sean Hannity pada 2007 setelah Al-Husainy berbicara pada pertemuan Komite Nasional Demokrat.

Hannity bertanya kepada Al-Husainy yang lahir di Irak dalam wawancara tersebut apakah Hizbullah adalah organisasi teroris, dan imam tersebut mengatakan bukan. AS memasukkan Hizbullah, sebuah partai politik Muslim Lebanon dan kelompok militan, sebagai organisasi teroris asing pada 1997.

"Itulah penjelasan Anda," kata Al-Husainy, menurut transkrip Fox News. "Hizbullah adalah organisasi Lebanon. Dan saya tidak ada hubungannya dengan itu. Namun, ada makna alkitabiah tentang Hizbullah. Dalam Yudaisme, Kristen, dan Islam, artinya umat Tuhan dan itu berarti ya."

Dalam wawancara tersebut, Al-Husainy membantah bahwa ia telah memimpin unjuk rasa pro-Hizbullah di Dearborn atau Washington.

"Kami berdoa untuk perdamaian dan gencatan senjata di Timur Tengah bagi semua pihak untuk menghentikan pembunuhan orang-orang tak berdosa dan pemboman," ujar Al-Husainy.

Dalam sebuah pernyataan minggu lalu, Organisasi Zionis Amerika mendesak komite pelantikan Trump untuk membatalkan rencana Al-Husainy untuk berbicara. Mereka menyoroti alasan penolakan Al-Husainy untuk menyebut Hizbullah sebagai kelompok teroris.

"Ini akan mengirimkan pesan yang buruk dan memberikan noda hitam pada masa jabatan baru Presiden Trump jika seorang antisemit dan pembela Hizbullah mendapatkan panggung yang menonjol pada pelantikan Trump," tutur Presiden ZOA Morton A. Klein.

"Orang Amerika—termasuk sejumlah besar orang Yahudi Amerika—memilih Presiden Trump dengan keyakinan bahwa ia akan sekali lagi membuat antisemitisme tidak dapat diterima di Amerikadan telah lama menunggu Donald Trump kembali ke kursi kepresidenan pada tanggal 20 Januari. Jangan rusak hari itu."

Al-Husainy, yang mendukung Trump tahun lalu, memimpin jemaat yang sebagian besar adalah imigran Irak. Dia mengatakan bahwa ia adalah teman pengusaha Lebanon-Amerika Massad Boulos, yang ditunjuk Trump untuk menjadi penasihat seniornya yang menangani urusan Arab dan Timur Tengah.

Dalam sebuah wawancara minggu lalu, Al-Husainy, 70 tahun, dari Dearborn mengatakan bahwa dia belum lama aktif dalam politik AS tetapi memutuskan untuk mempertimbangkan Trump karena negara ini membutuhkan perubahan.

Al-Husainy diundang untuk bertemu dengan Trump saat ia datang ke Detroit pada 2024. Dia menyebut saat itu Trump berjanji untuk mengundangnya ke Gedung Putih.

"Saya merasa sangat nyaman saat bertemu dengannya. Kemudian kami menjadi seperti sudah saling kenal sejak lama," ucap Al-Husainy. 

Imam tersebut mengatakan bahwa ia menentang pernikahan sesama jenis, karena bertentangan dengan ajaran agama. Dia berharap bahwa "pendekatan konservatif" Trump akan menghalangi pengeluaran pembayar pajak untuk inisiatif transgender atau perawatan yang menegaskan gender.

"Saya katakan kepadanya secara langsung, alasan saya mendukung Anda adalah karena saya merasa Anda lebih dekat dengan Musa, Yesus, dan Muhammad, serta lebih dekat dengan Al-Quran, Alkitab, dan Talmud," kata Al-Husainy. "Saya masih mempercayainya dan saya berharap, Insya Allah, ia akan membuat perubahan positif bagi negara ini."

Imam tersebut mengakui bahwa beberapa jemaahnya mempertanyakan dukungannya mengingat sejarah retorika anti-Muslim dan anti-imigran Trump.

"Saya memberi tahu mereka dan saya yakin bahwa Trump No. 2 berbeda dengan Trump No. 1," ujar Al-Husainy, yang juga memilih Barack Obama dari Partai Demokrat.

"Saya pikir pria ini telah belajar banyak dan kehidupan memberinya begitu banyak pengalaman dan kebijaksanaan, waktu telah membentuknya dengan baik, dan dia akan memimpin Amerika menuju kejayaan lagi."

Savero Aristia Wienanto

Savero Aristia Wienanto

Bergabung dengan Tempo sejak 2023, alumnus Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada ini menaruh minat dalam kajian hak asasi manusia, filsafat Barat, dan biologi evolusioner.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus