Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ajakan pemerintah India untuk memeluh sapi di perayaan Hari Valentine, menuai reaksi di media sosial. Dewan Kesejahteraan Hewan India mengatakan memeluk hewan akan meningkatkan kebahagiaan individu dan kolektif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun anjuran ini akhirnya ditarik lagi oleh pemerintah India. Sebelumnya pemerintah meminta warganya memeluk sapi untuk mempromosikan nilai-nilai Hindu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dewan Kesejahteraan Hewan India (AWBI) mencabut seruan "Hari Pelukan Sapi" setelah menuai kritik dari lawan politik dan pengguna media sosial. Nilanjan Mukhopadhyay, seorang analis politik, mengatakan seruan untuk memeluk sapi benar-benar gila dan menentang logika.
Dia menambahkan bahwa keputusan yang semulai bertujuan mencegah politik Hindutva atau nasionalisme Hindu, justru menghadapi kritik keras dari semua penjuru. Namun AWBI mengatakan keputusan itu telah dibatalkan.
Menurut AWBI, sapi adalah tulang punggung budaya India dan ekonomi pedesaan karena sifatnya yang bergizi seperti (seorang) ibu. Namun reaksinya beragam. Pengguna media sosial mengunggah video sapi yang menolak dipeluk dan melarikan diri. Netijen lainnya berpendapat bahwa lebih baik mengikuti budaya sendiri, bukan budaya Barat.
Anak muda India biasanya menghabiskan Hari Valentine dengan berkerumun di taman dan restoran. Mereka bertukar hadiah dan mengadakan pesta.
Memeluk sapi juga bukan hal baru yang dianggap sebagai terapi di beberapa belahan dunia. Di Belanda, memeluk sapi dikenal sebagai "koe knuffelen."
Umat Hindu yang taat menyembah sapi yang dikenal sebagai gau mata, atau induk sapi. Sebagian besar negara bagian di India telah melarang penyembelihan sapi.
Dalam beberapa tahun terakhir, orang-orang Hindu garis keras tertentu telah menggerebek toko-toko yang menjual barang-barang Hari Valentine, membakar kartu dan hadiah, serta mengusir pasangan yang berpegangan tangan keluar dari restoran dan taman. Mereka bersikeras bahwa Hari Valentine bertentangan dengan nilai-nilai tradisional dan mempromosikan pergaulan bebas. Kelompok nasionalis Hindu seperti Shiv Sena dan Bajrang Dal mengatakan penggerebekan semacam itu membantu menegaskan kembali identitas Hindu.
Kritik terhadap Perdana Menteri Narendra Modi mengatakan pemerintahnya telah mendorong agenda Hindu, mencari supremasi agama di negara sekuler yang dikenal dengan keberagamannya. Sebanyak 80 persen penduduk India yang berjumlah 1,4 miliar orang memeluk agama Hindu. Sisanya adalah beragama Muslim, Kristen, Sikh, Budha dan Jain.
SKY NEWS
Pilihan Editor: Kontroversi Lupercalia, Festival Pagan Romawi Kuno Cikal Bakal Hari Valentine