Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Inggris Gelar Pemilu, Ketua Partai Buruh Ancam Posisi PM Rishi Sunak

Para pemilih Inggris diprediksi akan menghukum Partai Konservatif setelah 14 tahun kekacauan, termasuk krisis ekonomi dan hancurnya layanan kesehatan.

4 Juli 2024 | 22.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tempat pemungutan suara telah dibuka di Inggris pada Kamis 4 Juli 2024 pagi untuk pemilihan umum (Pemilu) yang diperkirakan akan memberikan kemenangan telak bagi oposisi Partai Buruh. Ini setelah hampir satu setengah dekade pemerintahan Konservatif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemungutan suara dimulai pada pukul 7 pagi di lebih dari 40.000 tempat pemungutan suara di seluruh negeri. Adapun exit poll setelah pemungutan suara ditutup pada pukul 22:00, ketika penghitungan suara juga akan dimulai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Partai Buruh yang beraliran kiri-tengah diperkirakan akan memenangkan pemilihan umum pertamanya sejak 2005, dan beberapa jajak pendapat memperkirakan kemenangan terbesar mereka dalam sejarah.

Pemimpin Partai Buruh Keir Starmer, 61 tahun, mendesak para pemilih untuk mendatangi TPS. “Masa depan Inggris sedang ditentukan,” katanya. “Tetapi perubahan hanya akan terjadi jika Anda memilihnya.”

Perdana Menteri Rishi Sunak menyerukan pemilu enam bulan lebih awal dari yang diharapkan dengan latar belakang krisis biaya hidup yang suram, menurunnya Layanan Kesehatan Nasional (NHS) dan meningkatnya ketidakpercayaan terhadap institusi.

Sunak, 44 tahun, yang secara luas dianggap telah melakukan kampanye yang buruk, yang memicu kemarahan massa bulan lalu ketika ia membatalkan acara peringatan D-Day lebih awal untuk wawancara pemilu, mengatakan bahwa hasil tersebut “tidak dapat dipastikan”.

Namun pada Rabu, ketika jajak pendapat menunjukkan kekalahan telak bagi Partai Konservatif, ia tampaknya mengakui bahwa Partai Buruh tampaknya akan mencapai mayoritas super. Politikus keturunan India itu mendesak para pemilih untuk mendukung partainya guna membatasi “kekuasaan yang tidak terkendali” dari partai saingannya.

Jajak pendapat menunjukkan para pemilih berniat menghukum Partai Konservatif setelah 14 tahun pemerintahannya sering kacau. Skandal terbaru ini memperlihatkan para pejabat partai dan kandidat menggunakan informasi orang dalam untuk memasang taruhan pada tanggal pemilu sebelum diumumkan.

Kemarahan masyarakat masih berlanjut terhadap partai mantan Perdana Menteri Boris Johnson yang melanggar kebijakan lockdown selama pandemi COVID-19. Pengganti Johnson, Liz Truss, mengguncang perekonomian dengan paket pemotongan pajak drastis dan hanya menjabat selama 49 hari.

Serangkaian menteri pemerintah kemungkinan besar akan digulingkan dalam pemilu ini, dan bahkan Sunak pun tidak akan aman. Jika hal itu terjadi, ia akan menjadi perdana menteri pertama yang gagal mempertahankan kursinya dalam pemilihan umum.

Bagi banyak pemilih, kurangnya kepercayaan tidak hanya terjadi pada kaum Konservatif, tetapi juga pada politisi secara umum. Nigel Farage, pemimpin partai Reformasi Inggis yang merupakan ekstremis sayap kanan, menarik pemilih dengan retorika anti-imigrasinya.

Partai Demokrat Liberal yang berhaluan tengah dan Partai Hijau yang berhaluan lingkungan juga ingin menyapu bersih suara para pemilih yang tidak puas.

AL JAZEERA | REUTERS

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus