Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Antrean terjadi di sejumlah tempat pemungutan suara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LONDON - Inggris kemarin kembali menggelar pemilihan umum di tengah kebuntuan parlemen dan pemerintah dalam melanjutkan pengunduran diri dari Uni Eropa (Brexit). Pemilu ketiga dalam lima tahun terakhir ini disebut sebagai yang paling krusial lantaran akan menentukan nasib negosiasi Brexit yang telah diperpanjang tiga kali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebanyak 4.000 tempat pemungutan suara dibuka di seluruh penjuru Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara. Sejumlah pub, salon, hingga pertokoan tutup demi dijadikan TPS. Ribuan TPS itu dibuka secara serempak pada pukul 07.00 hingga 22.00 waktu setempat.
Kendati cuaca sangat dingin, sejumlah TPS-terutama yang menjadi basis Partai Buruh-dipenuhi oleh antrean warga yang akan memilih. "Saya memilih di TPS yang sama selama delapan tahun terakhir, tapi tidak pernah harus mengantre sebelumnya," kata Craig Fordham, 45 tahun, dari Putney, yang harus menunggu selama 15 menit.
Chris Schofield mengantre selama 20 menit di daerah pemilihan Bermondsey dan Old Southwark. "Pemilu ini sekitar 20 kali lebih sibuk daripada 2017," ujar konsultan berusia 27 tahun itu. Ketika ditanya mengapa ada begitu banyak antrean, dia menjawab, "Saya pikir ini adalah pemilihan bersejarah bagi banyak orang."
Pemungutan suara ini mengakhiri kampanye selama enam pekan yang panas antara Partai Konservatif yang dipimpin Perdana Menteri Boris Johnson dan penantangnya, Partai Buruh di bawah pimpinan Jeremy Corbyn. Keduanya menawarkan visi yang bertolak belakang dalam penyelesaian Brexit serta masa depan Inggris.
Johnson ingin segera keluar dari Uni Eropa sesuai dengan mandat referendum 2016 yang memenangkan Brexit dengan angka tipis. Sedangkan Corbyn berkomitmen untuk mengadakan referendum kedua atas masalah ini.
"Bayangkan, betapa indahnya bisa menetap dan menyantap ayam kalkun saat makan malam pada malam Natal setelah Brexit bisa diputuskan," tutur Johnson pada Rabu malam lalu.
Meski begitu, kenyataan tak membuat jalan Johnson mulus untuk mempertahankan jabatannya. Berdasarkan jajak pendapat terbaru, Johnson bersaing ketat dengan Corbyn untuk memenangi mayoritas parlemen dalam pemilu hari ini.
"Boris Johnson tidak akan membawa perubahan. Ia hanya akan memperburuknya. Ini saatnya untuk perubahan nyata bagi banyak orang, bukan sebagian," kata Corbyn.
REUTERS | CNN | AL JAZEERA | DW | SITA PLANASARI AQUADINI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo