PERANG atau damai di Teluk Per~J sia, korban sudah ada. Setidaknya ~kini nasib orang Palestina di dua wilayah pendudukan, Jalur Gaza dan Tepi Barat tak begitu jadi perhatian. Mungkin itu sebabnya, serdadu Israel makin ganas, makin mudah membuldoser rumah-rumah, dan menahan orang. Rabu pekan lalu, di dekat seorang serdadu Israel yang kedapatan mati - pihak Israel menuduh warga sekitar membunuhnya - 26 toko dan 19 rumah diratakan dengan tanah. "Kami siap melakukan ini lebih banyak lagi," kata seorang komandan tentara Israel. Konon, makin brutalnya serdadu Israel karena krisis Teluk. Tepatnya, karena Yasser Arafat, Ketua PLO, menyatakan diri mendukung Saddam Hussein secara terbuka. Sementara itu, ada kenyataan lain. Yakni, dua di antara tiga orang di Israel menginginkan perdamaian, bahkan mereka bersedia mundur sampai perbatasan Israel sebelum perang 1967. Dan di pihak Palestina sendiri, mayoritas mereka yang tinggal di Gaza dan Tepi Barat menginginkan perdamaian pula. Dua hal itulah, menurut seorang analis Timur Tengah yang menulis untuk koran International Herald Tribune, yang bisa memungkinkan perdamaian. Syaratnya, Saddam Hussein kalah. Kalau Saddam kalah, Arafat akan jatuh, dan juga berbagai faksi radikal dalam PLO. Kemudian Yordania dan mungkin negaranegara Arab radikal lain akan terdorong untuk berdamai dengan Israel. Alasannya, mereka tak akan lagi terancam oleh tekanan Saddam. Ini memberi peluang buat Israel untuk mengakui pemukiman bangsa Palestina. Tapi, justru syarat "Saddam kalah" itulah yang jadi soal. Bila Saddam hanya bisa kalah dalam perang, perang itu tak hanya akan meringsekkan Irak dan Saddam Hussein. Perang juga bencana untuk Timur Tengah. Apakah perdamaian akan begitu berharga kalau harus melewati bencana? Lalu, bagaimana kalau krisis berakhir dengan kompromi? Misalnya saja Saddam tiba-tiba menyatakan ia menang, lalu menarik pasukannya dari Kuwait. Yang jelas, lebih dari 1,7 juta orang Palestina di Gaza dan Tepi Barat berharap dunia kembali memperhatikan perjuangan mereka dengan batu melawan peluru, intifadah, yang sudah berjalan sekitar 34 bulan. ADN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini