PEKAN ini, dunia berubah. Sebuah negara baru muncul, dimeriahkan ~dengan pengibaran benderanya yang berwarna hitam, merah, dan kuning emas. Lalu lagu kebangsaannya yang menjanjikan "persatuan, keadilan, dan kebebasan untuk tanah air Jerman" dinyanyikan, sementara kembang api menerangi pekatnya langit pukul 00.00 Rabu pekan ini. Lonceng gereja dibunyikan di segenap tempat. Itulah Jerman yang tak lagi mencantumkan Barat atau Timur. Penandatanganan perjanjian dan perayaan penyatuan Jerman dipusatkan di Berlin. Tepatnya di gedung Philharmonie Berlin. Dan memang para penduduk di sekitar perbatasan Jerman Barat dan Jerman Timurlah, yang selama 40 tahun dipisahkan oleh Tembok, yang mestinya paling merasakan saat bersatunya lagi Jerman. Kota Duderstadt mengadakan pesta kesenian rakyat dan pertunjukan kembang api besar-besaran. Sedang di Gottingen, para warga yang berulang tahun 3 Oktober diberi kesempatan berhelikopter mengelilingi bekas batas Timur-Barat. Gratis. Di tengah kegembiraan di hari bersejarah tersebut, sejumlah masalah menunggu. Mulai dari krisis ekonomi Jerman Timur sampai masalah biaya penyatuan yang terus membengkak. Tengoklah, sejumlah fakta beberapa hari menjelang "hari penyatuan" itu - hari yang dijadikan hari besar nasional Jerman. Frankfurter Allegemeine Zeitung, koran Jerman Barat, Rabu pekan lalu memuat iklan mencolok berbunyi: "Mencari pekerjaan. Sejum}ah ahli dari Jerman Timur dalam bidang komputer dan perangkat radio, yang mahir menggunakan bahasa Inggris dan Rusia. Biasa bepergian ke luar negeri, punya SIM kendaraan berat", begitu bunyi iklan itu. Jelas advertensi ini menarik banyak perhatian masyarakat Jerman. Soalnya, selama ini cuma para agen intelijen Jerman Timurlah yang mempunyai dan mendapat kesempatan memiliki kemampuan seabrek seperti itu. Dan benar, iklan itu dibuat oleh para agen intel (bekas) Republik Demokrasi Jerman yang setelah penyatuan Jerman bakal jadi penganggur. Memang bukan cuma 85.000 agen dari Stasi (polisi rahasia) itu yang bakal kehilangan pekerjaan di antara 16,4 juta warga Jerman Timur. Diduga separuh dari penduduk di situ bakal luntang-lantung, setidaknya dalam dua tahun mendatang. Membengkaknya pengangguran menimbulkan kerawanan baru. Para penganggur gampang marah dan tersulut melakukan huru-hara. Pekan lalu ratusan pemuda bertopeng melancarkan aksi perusakan di Berlin Timur. Sejumlah besar kaca toko dan jendela-jendela rumah hancur ditimpuki batu, sebuah mobil hangus dibakar. Diduga keributan serupa baik yang dilakukan oleh kubu ekstrem kiri maupun pihak sayap kanan - bakal marak di hari penyatuan nanti. Ekstrem kiri sejak awal menolak persatuan ini, sedangkan ekstrem kanan berusaha mengobarkan semangat nasionalisme sempit. Di pihak lain, kubu Jerman Barat juga dibuat puyeng. Ongkos penyatuan Jermanlah yang dianggap masalah terbesar bagi warga Barat. Kenyataan ini didapat dari hasil pengumpulan pendapat jaringan TV Jerman Barat pekan lalu. Studio TV tersebut antara lain menanyakan pada respondennya, "topik apa yang paling diinginkan dalam laporan perayaan penyatuan Jerman 3 Oktober. " Sebagian besar pengisi poll menjawab: "Biaya penyatuan Jerman." Maka, banyak yang meramalkan bahwa janji PM Helmut Kohl untuk tidak membebani rakyatnya dengan ongkos penyatuan (melalui kenaikan pajak) tak akan ditepati. Namun Menteri Keuangan Jerman Barat Theo Weigel membantah kemungkinan itu. "Kami tak punya rencana penambahan pajak," katanya. Pejabat pemerintah Bonn memperkirakan sampai dasawarsa depan jumlah ongkos unifikasi ini bakal menelan lebih dari satu trilyun mark. Menurut Theo Weigel, integrasi bakal menghabiskan 140 milyar mark untuk tahun 1990-1991 saja. Menteri Keuangan itu menyebut ongkos tersebut akan ditutup dengan dana pinjaman. Dengan penyatuan resmi ini, pihak Jerman Barat resmi pula menanggung beban keuangan dan ekonomi sepenuhnya Jerman Timur. Di antaranya untuk membayar pegawai negeri, tunjangan sosial - termasuk tunjangan untuk para penganggur-militer, dan seluruh utang luar negeri Timur. Pada saat yang sama Bonn harus pula memasok dana perbaikan infrastruktur industri di Timur. Untunglah, Jerman Barat merupakan salah satu negara terkaya di dunia. Pertumbuhan ekonomi pesat, terutama setelah Helmut Kohl mulai memerintah Bonn. Jerman Barat meduduki peringkat tertinggi kedua dalam hal tabungan masyarakat, setelah Jepang. Bonn mengharapkan, pihak swasta Jerman Baratlah yang akan membantu membangun Timur. Sayang, banyak perusahaan raksasa Jerman Barat enggan masuk ke Timur, setidaknya hingga pekan lalu. Baru perusahaan otomotif raksasa Volks Wagen meletakkan batu pertama pendirian pabrik di Jerman Timur, dengan investasi keseluruhan 5 milyar mark. Selain soal ekonomi, sikap bekas o~ang Timur dan Barat tampaknya berbeda. Itu bukan karena hampir selama setengah abad orang Timur berada di bawah pemerintahan sosialis yang kurang bebas, sementara yang di Barat begitu liberal. Tapi banyak hal remeh yang memerlukan waktu untuk sama-sama dipahami. Misalnya, hampir separuh wanita di Timur bekerja, sementara di Barat hanya kurang dari sepertiga. Mungkin karena perbedaan makanannya, ayam di Barat selama ini lebih banyak bertelur daripada ayam Timur. Dengan luas Jerman seluruhnya 357.000 km persegi dan jumlah penduduk hampir 79 juta, negeri ini memang jadi terbesar di Eropa, sesudah Soviet. Tapi penyatuan tak selalu berarti tambah besar. Khususnya dalam hal pendapatan per kapita, dilihat dari Barat turun: dari US$ 19.300 menjadi US$ 18.200. Pendapatan nasional Barat paling sedikit 15 kali lebih banyak daripada Timur. Maka, kata orang Timur, wajar bila dalam penyatuan kini Baratlah yang mesti menanggung beban. Satu lagi, mereka yang menderita akibat Tembok Berlin memang orang Timur, yang belum tentu setelah Tembok habis penderitaan lenyap pula (lihat Nukilan).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini