Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri Iran pada Senin, 29 Juli 2024, mengumumkan Iran dan Gambia memutuskan untuk melanjutkan hubungan diplomatik setelah hampir 14 tahun putus relasi. Keputusan ini diambil setelah pertemuan Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri dengan Menteri Luar Negeri Gambia Mamadou Tangara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kedua belah pihak memutuskan mengumumkan dimulainya kembali hubungan diplomatik pada 29 Juli 2024 untuk mengamankan kepentingan kedua negara,” demikian keterangan kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Arab News.
Tangara berada di Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan presiden terpilih Iran, Masoud Pezeshkian, yang dijadwalkan pada Selasa, 30 Juli 2024.
Menurut pernyataan tersebut, Teheran dan Banjul sepakat mengembangkan hubungan yang baik berdasarkan prinsip-prinsip saling menghormati dan kesetaraan serta kepentingan bersama. Kedua pihak juga mengumumkan mereka akan memperluas kerja sama di semua sektor politik, ekonomi, investasi, perdagangan, dan budaya. Guna mempercepat proses tersebut, Iran dan Gambia memutuskan kedutaan besar mereka di Dakar, ibu kota Senegal, akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan sebagai saluran diplomatik bagi keduanya.
Pemerintah Gambia memutus hubungan dengan Iran dan memerintahkan semua perwakilan diplomatik Iran meninggalkan negaranya pada 23 November 2010, setelah pemerintah Nigeria menyita apa yang disebutnya sebagai pengiriman senjata ilegal dari Iran ke Gambia. Hubungan kedua negara mulai dijalin pada 1970-an.
Teheran pada saat itu bersikeras pengiriman senjata, yang dilakukan oleh perusahaan swasta, mematuhi hukum internasional. Gambia membantah mereka adalah penerima senjata yang dimaksud, lalu memutus hubungan diplomatik dengan Iran.
Saat itu, Gambia tidak memberikan alasan resmi untuk memutus hubungan dengan Iran. Namun, Alaeddin Borujerdi selaku pejabat senior di parlemen Iran saat itu mengatakan keputusan tersebut dilakukan di bawah tekanan Amerika Serikat.
Pada bulan lalu Nigeria mengatakan telah mencegat pengiriman senjata ilegal di Lagos dari Iran, yang ditujukan ke Gambia. Kemudian pada awal 2011, Nigeria mengadili Azim AgHajjani, seorang yang diduga anggota Garda Revolusi Iran (IRGC) dan warga negara Nigeria atas pengiriman tersebut. Sedangkan pada 2013, AgHajjani dan kaki tangannya dari Nigeria dijatuhi hukuman lima tahun penjara masing-masing atas pengiriman senjata tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ARAB NEWS | PRESS TV IRAN
Pilihan editor: AS Ingatkan Israel: Jangan Mengebom Beirut!