Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan pertahanan Israel atau IDF lewat tayangan di CBS News mengeluarkan pernyataan tertulis perihal insiden serangan pasukan Israel terhadap pusat distribusi makanan milik badan bantuan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) di Rafah, pada Rabu, 13 Maret 2024. Serangan udara itu, ditujukan untuk menyerang Hamas dan telah secara presisi mengincar markas Hamas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Satu anggota Hamas diyakini tewas dalam serangan itu bernama Muhammad Abu Hasna. Dia terlibat dalam pengendalian bantuan kemanusiaan dan pendistribusiaannya ke anggota Hamas yang lain.
“Abu Hasna juga telah berkoordinasi dengan sejumlah unit Hamas serta berkomunikasi mengaktifkan lapangan operasi Hamas,” demikian keterangan IDF.
Serangan IDF ke pusat distribusi makanan UNRWA di Gaza selatan telah menewaskan seorang staf UNRWA dan membuat 22 lainnya luka-luka. UNRWA pada Rabu, 13 Maret 2024, mengatakan Israel telah mengetahui koordinat pusat distribusi tersebut sebelum menyerang.
Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengatakan serangan itu terjadi ketika persediaan makanan semakin menipis dan kelaparan makin meluas. Pusat distribusi tersebut merupakan satu dari sedikit yang masih berdiri di Jalur Gaza.
“Setiap hari, kami membagikan koordinat seluruh fasilitas kami di Jalur Gaza kepada pihak-pihak yang berkonflik. Tentara Israel menerima koordinat termasuk fasilitas ini kemarin,” kata Lazzarini, dikutip dari website UNRWA.
Sejak Israel memulai serangan 7 Oktober 2023 di Gaza, UNRWA telah mencatat berbagai pelanggaran dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap staf dan fasilitas badan bantuan tersebut. Jumlah tersebut, katanya, melebihi angka di konflik mana pun di seluruh dunia.
Sedikitnya 165 orang anggota tim UNRWA terbunuh, termasuk saat menjalankan tugas. Lebih dari 150 fasilitas UNRWA terdampak serangan, beberapa diantaranya hancur total. Dari jumlah fasilitas tersebut, banyak di antaranya merupakan gedung sekolah. Selain itu, lebih dari 400 orang tewas saat mencari perlindungan di bawah bendera PBB.
UNRWA juga mencatat bahwa terowongan dilaporkan ditemukan di bawah fasilitas dan instalasi mereka, yang digunakan untuk kegiatan militer. Staf UNRWA juga dilaporkan telah dianiaya dan dipermalukan saat berada di pusat penahanan Israel.
“Perserikatan Bangsa-Bangsa, personel, lokasi dan asetnya harus dilindungi setiap saat. Sejak perang ini dimulai, serangan terhadap fasilitas, konvoi, dan personel PBB telah menjadi hal biasa yang secara terang-terangan mengabaikan hukum kemanusiaan internasional,” ujar Lazzarini.
Petinggi UNRWA itu kemudian menyerukan sekali lagi penyelidikan independen terhadap pelanggaran-pelanggaran tersebut, dan menekankan perlunya akuntabilitas.
Sumber : aa.com.tr | unrwa.org
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini