Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Israel Mencuri Teknologi Nuklir AS

23 Januari 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di negerinya, dia tersohor sebagai pakar nuklir. Tapi pemerintah Israel menganggapnya sebagai pengkhianat tatkala Mordechai Vanunu, 51 tahun, menikam persis di jantung kebanggaan bangsa Yahudi: dia mengelupas rahasia 100 hulu ledak nuklir milik Israel ke dunia luar. Informasi langka ini diuarkan Vanunu kepada koran Inggris, The Sunday Times, pada 5 Oktober 1986. Vanunu bukan hanya berceritera. Dia menyetor ke koran itu segepok foto eksklusif hulu ledak yang teronggok rapi di gurun Negev, 35 kilometer sebelah barat Laut Mati.

Hampir 20 tahun telah lewat sejak peristiwa menggemparkan itu terjadi. Dia dihukum penjara dan dinyatakan ”bebas” pada 21 April 2004 setelah menjalani 18 tahun penahanan—11 tahun pertama ia lewatkan di sel isolasi Ashkelon, Negev. Vanunu kini menjalani tahanan rumah. Dia tinggal di Gereja Katedral St. George, Yerusalem.

Entah belum kapok, entah kesal pada pemerintahnya, Vanunu lagi-lagi melanggar perintah pengadilan yang melarangnya memberikan wawancara kepada media asing. Kepada Tempo, yang telah mewawancarainya dua kali sebelum ini, Vanunu menulis: ”Saya berusaha hidup normal. Saya membaca berita, menyusuri jalan-jalan di Yerusalem Timur.” Tiga hari sebelum memberikan wawancara, Vanunu menolak menjawab Tempo via telepon genggam dengan alasan semua pembicaraan akan disadap.

Rabu pekan ini dia harus menghadap pengadilan dengan tuduhan memberikan wawancara kepada media asing, beberapa waktu lalu. Larangan wawancara adalah bagian dari ”paket kebebasan” yang diterima Vanunu.

Putra seorang rabbi Yahudi di Maroko ini menginjak tanah Israel pada usia 9 tahun mengikuti kedua orang tuanya. Di negeri ini dia tumbuh menjadi seorang ahli nuklir yang sohor—profesi yang kemudian menjebloskannya ke bui. Bahkan, saat dibebaskan pun, pemerintah Israel memberinya sejumlah wanti-wanti. Vanunu harus meminta izin bila pergi ke kota lain, tidak boleh meninggalkan Israel selama satu tahun (mestinya April 2005, tapi diperpanjang hingga April 2006—Red.), dilarang memasuki halaman kedutaan asing, pelabuhan, atau bandar udara, mendekati wilayah perbatasan, dan melayani permintaan wawancara media massa. Untuk setiap pelanggaran dari poin di atas, Vanunu akan mendapat ganjaran 2 tahun penjara.

Dalam wawancaranya dengan Faisal Assegaf dari Tempo, dia mengabarkan kondisi terakhirnya serta persiapan menghadapi persidangannya. Berikut ini petikannya:

Bagaimana kehidupan Anda sehari-hari?

Saya berusaha hidup normal. Membaca berita, menjawab surat elektronik, bertemu orang-orang asing, orang Palestina, berjalan-jalan di Yerusalem Timur.

Bisakah Anda gambarkan ruangan yang Anda tempati sekarang?

Ruangan saya sama dengan ruangan di wisma tamu atau seperti kamar-kamar di hotel kecil. Tidak ada peralatan apa pun kecuali komputer dengan jaringan Internet. Kamar yang saya tempati dibangun dari batu layaknya rumah-rumah di Yerusalem.

Apakah intelijen Israel mengawasi Anda setiap saat?

Ya, mereka mengawasi setiap waktu. Saya tidak mempedulikannya dan saya dapat hidup normal.

Anda yakin bakal bebas sepenuhnya tiga bulan lagi?

Saya tidak tahu apakah mereka akan membebaskan saya pada April 2006. Kita lihat saja nanti.

Negeri Anda kini sedang menantikan pemimpin baru setelah Sharon terkapar dan dikabarkan tak bisa bertugas kembali. Bagaimana Anda melihat sosok Sharon?

Dia amat agresif, amat berkuasa, dan percaya diri. Sharon selalu menggunakan tentara untuk menyelesaikan persoalannya atau masalah Israel. Dialah dalang dari Israel, negara Yahudi. Sekarang kita lihat saja bagaimana mereka (para pejabat Israel) bekerja tanpa dia.

Konflik antara Sharon dan Presiden Iran Ahmadinejad diperkirakan akan kian meruncingkan hubungan Israel-Iran. Anda percaya akan terjadi perang di antara kedua negara?

Saya pikir tak akan timbul perang antara Iran dan Israel, meski masih mungkin terjadi jika Israel tak mengakhiri pendudukannya (di Palestina). Iran adalah kekuatan baru di Timur Tengah, bukan Irak atau Mesir. Dunia akan memanfaatkan Iran untuk perang atau menggunakan Iran untuk membantu dunia Arab menerima teknologi nuklir, dan membangun reaktor. Sehingga semua (kekuatan nuklir) menjadi berimbang, termasuk Indonesia.

Di bawah payung ini, teknologi nuklir akan merambah semua negara. Israel akan mempertahankan senjata nuklir mereka sehingga tidak akan ada perdamaian sesungguhnya. Dan tidak akan ada negara Palestina merdeka. Penyelesaiannya, harus ada demokrasi terbuka, hak asasi manusia, kebebasan berbicara, kebebasan bergerak, dan mengakhiri negara-negara agama, seperti Iran dan Israel.

Jika kemampuan nuklir Iran dan Israel dibandingkan, siapa yang lebih maju?

Tentu saja Israel. Israel memiliki pengalaman 40 tahun, termasuk mencuri teknologi nuklir dari Amerika Serikat secara rahasia. Persoalan nuklir Iran tidak akan bisa diselesaikan sepanjang dunia tak mengacuhkan senjata nuklir milik Israel. Tidak akan ada satu negara pun yang akan membiarkan Israel melucuti senjata nuklirnya, siapa pun yang menjadi perdana menteri di Israel.

Mengapa demikian?

Dia (Perdana Menteri Israel—Red.) itu harus mendapat lampu hijau terlebih dahulu dari Amerika atau Uni Eropa—negara-negara yang selama ini mendukung senjata nuklir Israel. Jadi, sekarang Israel menghadapi persoalan sesungguhnya. Israel harus mencapai perdamaian, mengakhiri pendudukan termasuk di Yerusalem Timur—atau, menghadapi permasalahan senjata nuklir di masa mendatang.

Berapa besar bahaya teknologi nuklir yang dimiliki Israel?

Seperti umumnya reaktor nuklir, bahayanya mengancam seluruh dunia. Tapi Israel negara kecil, kerusakan hanya sebatas di kawasan.

Apa rencana Anda setelah bebas?

Saya ingin meninggalkan negara ini, mengunjungi banyak negara, dan tinggal di Amerika Serikat atau Eropa.

Apa yang ingin Anda lakukan sebagai seorang ahli nuklir untuk membantu perdamaian dunia?

Saya ingin bekerja untuk menghapuskan semua senjata nuklir dan mengusahakan agar senjata nuklir menjadi ilegal untuk digunakan, diproduksi, atau dimiliki. Di masa depan, dunia perlu menemukan energi baru selain nuklir.

Apa mimpi Anda yang belum tercapai?

Menulis banyak buku, khususnya persekongkolan intelijen dalam 200 tahun terakhir.

Anda menyesal pernah bekerja di reaktor nuklir Israel?

Saya tidak menyesali semuanya. Akan menjadi sesuatu yang baik jika saya tidak bekerja di tempat rahasia. Tapi, pada saat bersamaan, saya melakukan pekerjaan yang baik untuk semua ras manusia.

Anda ingin membantu negara-negara seperti Indonesia untuk membangun reaktor nuklir bagi kepentingan damai?

Saya bisa membantu negara mana pun untuk seimbang dengan Jepang, Cina, semua negara Eropa. Jika negara-negara itu memiliki teknologi nuklir dan reaktor, Indonesia juga bisa memilikinya. Semua negara di mana pun mempunyai hak untuk bebas, seimbang, yang dapat dicapai melalui teknologi nuklir. Meski kita menentang senjata nuklir dan reaktor nuklir, ini merupakan bagian dari evolusi ilmu pengetahuan modern. Tapi, apa yang baik bagi Amerika atau Bush harusnya baik juga untuk Jakarta dan seluruh dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus