Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengacara kebebasan sipil paling berpengaruh di Malaysia Syahredzan Johan menyebut pemerintah bisa mencabut izin tinggal permanen ulama Zakir Naik. Zakir sudah tiga tahun tinggal di Malaysia dan izin tinggal itu diberikan padanya oleh pemerintahan mantan Perdana Menteri Najib Razak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari aljazeera.com, Sabtu, 17 Agustus 2019, Syahredzan mengaku telah memasukkan laporan soal Zakir ke polisi pada Kamis, 15 Agustus 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sangat terlihat jelas para pendukung Dr Zakir bisa sangat emosional dan bahkan terlalu bersemangat dalam mempertahankan ulama kontrofersial mereka," kata Syahredzan, menanggapi adanya ancaman padanya terkait tindakan yang dilakukannya.
Panita ceramah Zakir Naik menggelar konfrensi pers terkait acara ceramah Zakir Naik. TEMPO/Iqbal Lubis
Sedangkan menurut Melissa Sasidaran, Direktur kelompok HAM Pengacara bagi Kebebasan atau LFL, Zakir merasa hidupnya dalam bahaya jika dipulangkan ke India oleh pemerintah Malaysia. Dia pun menyarankan agar Zakir mengajukan permohonan ke Komisi Tinggi PBB untuk urusan pengungsi atau UNHCR guna meminta suaka perlindungan dimana nasibnya akan ditentukan kemudian.
"Dia terlihat telah menjadi sosok yang memecah-belah di Malaysia. Sebagai orang asing yang telah diberikan status izin tinggal permanen, sangat jelas dia telah menyalahgunakan keistimewaannya dengan menempatkan umat Islam melawan non-Muslim, masyarakat Malaysia melawan non-etnis Malaysia," kata Melissa.
Ucapan Zakir dalam sebuah acara pada 8 Agustus 2019 di Kelantan telah menuai kontroversi. Ketika itu, dia menyerukan agar masyarakat Cina - Malaysia pulang saja karena mereka adalah tamu lama di Malaysia.
Sebelumnya, Zakir membandingkan umat Hindu di Malaysia dengan umat Islam di India. Umat Hindu di Malaysia bisa menikmati lebih dari 100 persen hak-haknya ketimbang umat Muslim di India. Dia juga menyebut umat Hindu di Malaysia lebih setia kepada Perdana Menteri India Narendra Modi ketimbang pada Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad.