Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah laporan yang dipublikasi National Audit Office (NAO) pada Jumat, 31 Januari 2025, mengungkap sejumlah upaya otoritas Inggris untuk mengatasi permasalahan kekerasan terhadap perempuan dan remaja perempuan, tidak efektif. Kementerian Dalam Negeri Inggris dianggap gagal memimpin keseluruhan sistem dalam merespon pengaduan masuk yang jumlahnya sangat besar dan serius soal perkosaan dan pelecehan seksual yang tercatat oleh polisi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Laporan NAO juga menyimpulkan upaya-upaya yang diberikan Pemerintah tidak membantu korban, termasuk tidak mengubah secara sosial dalam jangka panjang. Dalam laporan itu disebutkan pula, 1 dari 4 perempuan diperkirakan telah menjadi korban kekerasan seksual atau pernah mengalami upaya pelecehan seksual dalam hidupnya. Bukan hanya itu, 1 dari 12 perempuan adalah korban pelecehan seksual setiap tahunnya, meski jumlah ini diyakini lebih besar kenyataannya di lapangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Evaluasi oleh NAO juga menemukan sejumlah otoritas di Inggris yang bertanggung jawab mengatasi kekerasan terhadap perempuan dianggap kurang dalam layak dalam mengendalikan alokasi pendanaan dan kurang punya kebijakan yang cukup jelas dalam hal efektifitas.
Laporan NAO mencatat Kementerian Dalam Negeri Inggris telah mengalokasikan dana 57 juta GBP pada 2024-2025 untuk mengatasi isu perkosaan dan pelecehan seksual pada perempuan, termasuk KDRT. Total ada 13 departemen dan badan pemerintah yang secara resmi menangani kekerasan pada perempuan. Pemerintah Inggris meluncurkan program penanganan kekerasan pada perempuan pada 2021 dan 2022 menyusul tingginya kasus perempuan yang meninggal secara tragis ditangan para pelaku penyerangan.
Menurut laporan tersebut, prevelensi kekerasan seksual terhadap perempuan usia 16 sampai 59 tahun di England dan Wales naik menjadi 4.3 persen pada 2023 dan 2024 atau naik dibanding 2009-2010 yang tercatat 3.4 persen. Laporan NAO juga mengungkap berdasarkan catatan kepolisian insiden perkosaan dan kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak perempuan mengalami kenaikan dari 34 ribu menjadi 123 ribu pada periode sama. Kenaikan ini kemungkinan karena jumlah kasus yang tercatat semakin banyak (sebelumnya tak banyak tercatat).
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Inggris mengatakan pada Sky News laporan NOA berdasarkan kinerja pemerintahan sebelumnya dan gagal menyampaikan perubahan sistemik yang dilakukan dalam mengatasi kejahatan terhadap perempuan.
Sumber: RT.com
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini