Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Jalan Panjang Ke Oslo

Bekas pemimpin solidaritas, lech walesa mendapat hadiah nobel untuk perdamaian. di barat, khususnya gereja katolik roma menyambut berita itu dengan antusias. (ln)

15 Oktober 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"JIKA Barat melupakan saya, tamatlah saya," kata Lech Walesa belum lama berselang. Tapi Barat, paling tidak Komite Nobel di Oslo, belum melupakannya. Rabu pekan silam, bekas pemimpin Solidaritas itu dinyatakan memenangkan hadiah Nobel untuk Perdamaian. Walesa mengalahkan 79 calon, di antaranya Bala Keselamatan (Salvation Army), bekas utusan khusus Amerika untuk misi damai Libanon Philip Habib, dan Paus Johannes Paulus II. Juri memuji Walesa sebagai tokoh yang memperjuangkan harapan sejagat akan perdamaian. Ia dikatakan selalu mencari jalan keluar untuk "masalah-masalah Polandia" lewat perundingan dan kerja sama. Lebih penting lagi, semua itu dilakukannya dengan cara- cara yang sedapat mungkin menghindar kekerasan. Dari gereja St. Brigida di Gdanks, tokoh buruh itu menyambut berita kemenangannya dengan senyum lebar. "Saya amat berbahagia," ucapnya kepada para wartawan. Menurut Walesa, hadiah Nobel itu merupakan kehormatan bagi dunia pekerja, juga berjuta-juta orang Polandia. "Tapi, tidak semua orang sebahagia saya, karena mereka masih meringkuk di penjara," katanya lagi. Walesa juga tidak yakin apakah, jika ia berangkat ke Oslo untuk menerima Nobel penguasa Polandia akan memberinya izin pulang kembali. "Risikonya terlalu besar," tutur montir listrik yang berpenghasilan US$ 270 per bulan itu. Ia mungkin akan mengirimkan istrinya, Danuta, atau seorang sahabat. Opini dunia tentang kemenangan Walesa terpecah dua. Di Barat, khususnya Gereja Katolik Roma, menyambut berita itu dengan antusias. Begitu pula rakyat Polandia. Tapi pemerintah Polandia menunda berita penting itu sampai 6 jam. Dan kantor berita resmi PAP menyebut adanya kemungkinan "hadiah itu bisa disalahgunakan untuk mencapai tujuan-tujuan politik." Moskow bersikap dingin, sedangkan kantor berita resml Hungaria MTI menuduh Nobel itu sebagai hasil manuver politik, bagian dari propaganda Barat menentang blok Timur. Pemerintah Polandia, yang sebegitu jauh masih berdiam diri, beberapa hari sebelum berita kemenangan Walesa menyiarkan film dokumenter di televisi Polandia yang menampilkan rencana tokoh buruh itu untuk menyetorkan uang sebesar US$ I juta ke sebuah bank di Vatikan. Uang itu disebut-sebut sebagai hadiah dari pendukungnya di Barat. Diperlihatkan bagaimana Walesa merundingkan rencana itu dengan saudaranya Stanislaw. Paus dikatakan ikut membantu. Dalam film itu digambarkan Walesa menyatakan bahwa jumlah uangnya, dengan bunga 15%, dalam 10 tahun akan berlipat dua. Pers bebas menyimpulkan, film itu merupakan serangan tak langsung yang paling keras terhadap Walesa, sejak UU Darurat dicabut Juli lalu. Komentar Walesa ? "Siaran televisi Polandia itu palsu dan menertawakan," katanya. Dari manuver ini bisa disimpulkan bagaimana penguasa Polandia berusaha mengamankan negeri itu dari tambahan kesulitan yang tidak perlu. Di saat pihak militer tetap menguasai banyak posisi penting dalam pemerintahan, kehadiran Walesa tetap saja dipandang membahayakan. Adapun rencana pembaharuan ekonomi yang dilancarkan Jaruzelski boleh dibilang jalan, tapi titik-titik cerah belum segera kelihatan. Memang, batu bara sebagai produk utama industri mencatat angka 35 juta ton, tapi industri pada umumnya macet karena ketiadaan bahan baku dan suku cadang. Antre panjang tidak tampak lagi, tapi harga bahan makanan naik 30 - 40%. Tingkat hidup menurun 4%, demikian PAP. "Situasi masih sangat rumit," kata tokoh partai komunis, Manfred Gorywoda. Dan di tengah kerumitan itu, Walesa mengemukakan taktik baru, antara lain membekukan nama Solidaritas itu sendiri. "Untuk sementara, logo itu kita copot tanpa melepaskan segi-segi idiilnya," pesan walesa. Ia merencanakan membentuk serikat buruh regional yang juga mencakup suara oposisi. Rencana itu kongkretnya akan diumumkan 16 Desember depan. Menjelang Desember, banyak kemungkinan bisa terjadi. Tapi Walesa, 40 tahun, yang sekarang geraknya sangat dibatasi, baru-baru ini masih dapat berkata, "Kami memperjuangkan kemenangan politik, bukan kemenangan fisik."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus