Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pagi berdarah di shwe dagon

16 pejabat tinggi korea selatan yang mengikuti kunjungan presiden chun doo-hwan ke burma tewas akibat ledakan bom di mausoleum martir. presiden chun doo-hwan lolos dari percobaan pembunuhan ini. (ln)

15 Oktober 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIDAK seorang pun yang menduga Ahad lalu akan menjadi pagi berdarah bagi Burma. Mausoleum Martir, yang terletak tidak jauh dari gerbang utara Pagoda Shwe Dagon, Rangoon, tempat yang akan dikunjungi presiden Korea Selatan Chun Doo-Hwan, hancur akibat ledakan bom. Chun selamat, karena iring-iringan kendaraan yang membawanya ke mausoleum itu terhambat beberapa menit. Inilah percobaan pembunuhan kedua terhadap Chun di luar negeri yang pertama terjadi ketika ia berkunjung ke Kanada, 1982. Tapi Korea Selatan tetap kehilangan. Enam belas pejabat tinggi mereka, yang mendahului Chun ke Mausoleum Martir, tewas seketika. Empat di antara korban adalah menteri senior: Wakil PM Suh Suk Joon Menlu Lee Bum-Suk, Menteri Industri & Pirdagangan Kim Dong-Whie, dan Menteri Sumber Alam & Energi Suh San-Chul. Menurut Radio Burma, tiga pejabat mereka ikut terbunuh. Korban lain 15 warga Korea Selatan dan 33 warga Burma luka-luka. Segera sesudah ledakan, tentara Burma diperintahkan menggeledah semua orang yang berkeliaran di jalan. Bandar udara Rangoon dan Mausoleum Martir, monumen yang dibangun untuk memperingati Jenderal Aung-San, pemimpin Burma yang terbunuh tahun 1947, dikawal ketat. Tapi sebegitu jauh belum ada yang ditahan ata peledakan bom tersebut. Presiden Chun Doo-Hwan dalam pernyataan resminya menuduh Korea Utara sebagai otak pelaku kejahatan. Tuduhan itu bukan tidak berdasar. Beberapa hari sebelum kunjungan Chun Interpol telah memperingatkan pemerintah Burma tentang beberapa teroris yang menyelinap ke wilayah mereka. Seperti diungkapkan kantor berita Prancis, AFP dari Rangoon, mereka itu terdiri dari warga negara Prancis, Aljazair, dan Italia. Tapi seorang pejabat tinggi Burma, yang tidak disebut namanya, berkomentar "Tak ada bukti untuk memastikan teroris itu bekerja sama dengan pemerintah Korea Utara." Presiden Burma U San Yu resmi mengutuk perbuatan biadab itu - yang katanya "direncanakan". "Para pelakunya akan dihukum setimpal dengan kejahatan teror yang begitu pengecut," katanya. Semula rencana kunjungan Chun Doo Hwan ke enam negara - Burma, India, Sri Lanka, Australia, Selandia Baru, dan Brunei - dicanangkan sebagai diplomasi tingkat tinggi yang positif. Sebab, kunjungan itu pada dasarnya adalah upaya tandingan untuk mengimbangi hubungan baik Korea Utara dengan negara-negara tersebut - khususnya Burma, India, dan Sri Lanka. Dengan terjadinya tragedi Rangoon, serta merta Chun membatalkan seluruh rencana lawatannya. Sesudah penembakan pesawat KAL, 1 September, pembunuhan Rangoon menambah beban duka rakyat Korea Selatan. "Mengapa lagi-lagi harus negeri saya yang menderita?" ujar seorang ibu rumah tangga di Seoul. Ia tentu akan bertambah iba bila mendengar keterangan seorang ahli Amerika yang mengatakan bahwa dalam tragedi KAL, pilot pesawat pemburu Uni Soviet salah mengidentifikasikan sasaran. Dengan peristiwa Rangoon, untuk kedua kalinya dalam 40 hari, bendera Korea Selatan kembali dikibarkan setengah tiang. Dari Seoul diberitakan bagaimana perasaan amarah, frustrasi, dan pedih yang tidak terperikan telah mencekam seantero negeri. Lewat televisi, Menteri Penerangan Lee Jin Hie berpesan kepada seluruh warga negara agar tidak terpancing sementara pemerintah mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjamin keamanan nasional. Upacara pemakaman korban akan dilangsungkan Sabtu ini. Sampai Selasa subuh, Pemerintah Korea Utara belum bereaksi terhadap tuduhan Chun Doo-Hwan. Namun, dikhawatirkan ketegangan antara kedua negara, yang berbeda kiblat itu, bisa meningkat dan meruncing. Chun sendiri sebelum bertolak ke Rangoon sudah menyinggung kemungkinan adanya bahaya yang mengancam, tidak saja bagi semenanjung dan rakyat Korea,juga terhadap "perdamaian dunia". Beberapa tindakan Pyongyang jelas merisaukan Chun. Misalnya infiltrasi tiga komando katak, Juni silam, meski bisa digagalkan, ikut merusakkan prakarsa damai yang dirintis Seoul sejak 1982. Pyongyang, yang dari luar tampak tenang, juga melakukan manuver politik yang mengakibatkan beberapa negara Nonblok memboikot konperensi Persatuan Antar parlemen yang berlangsung di Seoul belum lama ini. Penembakan pesawat KAL oleh Uni Soviet juga sama sekali tidak diacuhkan Pyongyang - padahal Seoul mengharapkan sedikit rasa simpati. Akhirnya, pembunuhan di Rangoon, tak dapat tidak, telah menjerumuskan hubungan kedua neara itu ke titik paling rendah sejak berakhirnya Peran Korea tahun 1953. Terepas dari tangan-tangan kotor Korea Utara, yang diduga Seoul telah ikut bermain, pemerintah Burma tetap dituntut untuk melakukan penyelidikan yang tuntas. Presiden Chun malah minta kepada Rangoon supaya seluruh kebenaran bisa diungkapkan. Pembunuhan itu, yang besar kemungkinan dilakukan oleh penjahat profesional, tak pelak lagi merugikan citra Burma di dunia internasional. Burma, yang cenderung menutup diri dari lingkungan kerja sama ASEAN, menjalin hubungan diplomatik dengan kedua negara Korea tahun 1975. Negara sosialis yang berhaluan netral murni dalam politik luar negerinya ini secara konsisten mempraktekkan politik jarak sama (equidistance) dengan Korea Selatan dan Korea Utara. Meski Rangoon selalu menyerukan penarikan tentara asing dari Semenanjung Korea (ada 40.000 tentara AS di Korea Selatan), toh Ne Win berhasil menjalin keakraban dengan Seoul terutama di bidang ekonomi. Sayang, hubungan itu sekarang ternoda cucuran darah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus