Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sodokan dari gedung putih

Penundaan kunjungan presiden a.s, ronald reagan ke filipina, disambut gembira para demonstran. presiden marcos makin tersudut. peso mengalami devaluasi. (ln)

15 Oktober 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IBARAT sebutir telur, posisi Presiden Ferdinand Marcos kian bergulir ke ujung tanduk. Baru Ahad lalu ia berseru, penundaan kunjungan Presiden Ronald Reagan akan berarti kemunduran (setback) bagi Filipina. Esoknya Gedung Putih mengumumkan, perjalanan itu betul-betul ditunda. Banyak pengamat menilai berita ini sebagai sodokan ke alamat Marcos. Di pusat perdagangan Makati, Manila, kabar itu membangkitkan arus balik yang dramatis. Reagan, yang tiga pekan lalu dicacimaki dan bonekanya dibakar, mendadak tampil sebagai pahlawan baru. Namanya dielu-elukan sekitar 20 ribu demonstran. "Mister Reagan, kami mencintai kesetiaan Anda terhadap prinsip demokrasi," bunyi tulisan di selembar spanduk yang mereka bawa. Gelombang demonstrasi kali ini muncul lebih berwarna. Selain mahasiswa dan pedagang, hadir pula para bintang film dan ratu kecantikan. Suasana mendekati karnaval. Di antara massa terlihat Nor Aunor, bintang film yang mungkin paling tenar di Filipina sekarang ini. Mereka bersorak-sorak, antara lain, "Pangkalan militer boleh jalan terus, tapi Marcos harus mundur." Memang banyak yang terjadi di Filipina, Rabu itu. Di Istana Malacanang, Presiden Marcos menerima enam pemuka kelompok pengusaha, pimpinan Enrique Zobel, yang baru saja memisahkan diri dari grup bisnis Ayala. Ini adalah pertemuan keempat antara sang presiden dan wakil-wakil pengusaha, sejak 2 Oktober. Dalam pertemuan terakhir, kabarnya, Marcos bersedia mendengar lebih banyak. Delegasi yang dipimpin Zobel mengajukan lima nama yang "bermutu" dan "tidak memihak" untuk duduk dalam komisi penyelidik pembunuhan Benigno S. Aquino. Padahal, 1 Oktober, Marcos memerintahkan penangkapan Rogelio S. Pantaleon, wakil presiden sebuah maskapai besar dan direktur pelaksana sebuah klub bisnis terkemuka. Para pengamat melihat tindakan ini sebagai bagian dari ancaman Marcos terhadap "para pengusaha yang ambil bagian dalam demonstrasi anti pemerintah." Pantaleon baru dibebaskan lima jam kemudian, sementara menanti sidang pengadilan. Kejutan lain, Rabu yang sama, ialah pengumuman devaluasi mata uang peso. Devaluasi kali ini mencapai 21,4% - terbesar selama 23 tahun terakhir. Kini, nilai tukar mata uang Filipina itu menjadi 14 peso untuk US$ 1. Kerusuhan terakhir, menurut perkiraan Bank Dunia, menyebabkan ekonomi Filipina melompat ke belakang 10 tahun. Negeri itu kini menanggung utang Rp 18 trilyun 40% di antaranya merupakan pinjaman jangka pendek. Menurut Bank Sentral Filipina, neraca pembayaran memperlihatkan defisit Rp 800 milyar. Seorang pengamat memerkirakan, devaluasi kali ini akan mengangat angka inflasi menjadi 15%. Ketidakpastian politik membuat kapitalis dalam negeri berusaha memindahkan modalnya. Di Washington, pekan lalu, Perdana Menteri Cesar Virata mengaku sekitar Rp 200 milyar mengungsi dari Filipina selama beberapa minggu terakhir. Virata berada di sana untuk mencari tambahan pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan organisasi keuangan lainnya. Devaluasi ini, menurut perkiraan seorang pengamat, akan memberi angka nol pada laju pertumbuhan ekonomi Filipina 1984. Mungkin tidak berlebihan, bila banyak pengamat membandingkan Filipina sekarang dengan Iran di zaman Syah. Mereka mengemukakan tiga analogi. Pertama, Marcos sama otoriternya dengan Syah. Kedua sama tidak populernya dengan Syah. Dan ketiga, sama sakitnya dengan Syah. Sementara itu, gangguan kearnanan di daerah pinggiran semakin memuncak. Terakhir, misalnya, 46 orang (39 di antaranya tentara) terbunuh di Mindanao, Filipina Selatan. Serangan ini dilancarkan Tentara Rakyat Baru (NPA), pasukan bersenjata Partai Komunis Filipina dari sayap Maois. Sejak pembunuhan Aquino, dukungan basis bagi posisi Marcos semakin surut. Kini, kabarnya, dukungan itu tinggal dari sejumlah kecil pembantu inti dan beberapa jenderal - terutama KSAD Jenderal Fabian Ver. Kelompok teknokrat yang membantu pemerintah masih melaksanakan tugas mereka dengan teratur, tapi menolak ambil bagian dalam kegiatan politik. Dalam pada itu, partai-partai oposisi mulai mendekati angkatan bersenjata. Menurut Agapito "Butz" Aquino, adik mendiang Ninoy, beberapa perwira sudah menyatakan dukungan atas kampanye pembaruan politik dan negeri. "Kami sudah berbicara dengan para perwira yang lebih loyal kepada Republik ketimbang kepada Marcos," ujar Butz setelah suatu rapat antipemerintah. Ia juga menyinggung dukungan oposisi dari daerah pedalaman Luzon, Visayas, dan Mindanao. Seperti belum cukup dengan segala kesulitan ini, Marcos mau tak mau harus ikut pula memikirkan pemogokan 20 ribu pekerja di pangkalan militer AS di Filipina. Pemogokan ini dikabarkan semata-mata menuntut kenaikan upah, dan tidak ada hubungannya dengan penundaan kunjungan Reagan. Imbauan untuk "rekonsiliasi nasional" seperti diserukan Jaime Kardinal Sin, memang makin santer. Terutama setelah mendapat dukungan dari kalangan pengusaha, yang selama ini dianggap tulang punggung kekuasaan Marcos. Sementara itu, barisan oposisi membentuk persekutuan baru yang dinamakan JAJA (justice for Aquino, Justice for all). Tapi, versi yang belum menentu terhadap pembunuhan Aquino membuat banyak soal tertunda. Minggu lalu muncul versi terbaru, berdasarkan rekaman suara yang dilakukan jaringan televisi Amerika ABC dan TBS. Berdasarkan rekaman, yang kemudian dianalisa di laboratorium suara Niho Onkyo di Yamanashi, Jepang, kuat dugaan bahwa Ninoy ditembak salah seorang petugas keamanan yang menggiringnya turun dari pesawat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus