Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Jurus Andalan Mantan Intelijen

Pencalonan Putin menjadi presiden ketiga kalinya ditentang rakyat Rusia. Isu kunci kampanyenya: anti-Amerika dan Chechnya.

5 Maret 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GARRY Kasparov, mantan juara dunia catur dari Rusia, tersenyum sumringah. Berjaket tebal hitam, bertopi bulu khas Negeri Beruang Merah, lelaki 48 tahun itu berpegangan tangan dengan kawan sebelahnya di tengah Kota Moskow, Rusia, Senin pekan lalu. Kasparov bergabung dengan lebih dari 20 ribu orang yang membuat rantai tangan melingkari pusat kota, menolak kembalinya Perdana Menteri Vladimir Putin sebagai Presiden Rusia ketiga kalinya dalam pemilihan Ahad lalu. Jajak pendapat menunjukkan popularitas Putin masih di kisaran 60 persen.

Pita putih menjadi lambang demonstran yang merantai sepanjang 16 kilometer di jalan lingkar Moskow. Aksi ini diklaim sebagai unjuk rasa terbesar di Rusia sejak runtuhnya Uni Soviet. Sudah hampir dua akhir pekan belakangan, jalanan Moskow mereka sulap menjadi tempat parade unjuk rasa anti-Putin. "Putin sudah kehilangan akal sehat," ujar Kasparov di sela aksi saat diwawancarai The Moscow Time.

Tokoh lain yang menolak Putin adalah Mikhail Gorbachev. Bahkan, sejak Desember tahun lalu, bekas pemimpin Uni Soviet itu mendesak Putin mundur dari semua jabatan kepemimpinan di Rusia. Menurut Gorbachev, bekas agen dinas rahasia Rusia KGB itu seharusnya malu dengan cara-cara yang dia lakukan untuk melanggengkan kekuasaan. "Rusia membutuhkan demokrasi, bukan monopoli kekuasaan. Rusia tidak membutuhkan kaisar," kata Gorbachev.

Gelombang penolakan terhadap Putin bermula dari ketidakpercayaan rakyat Rusia dengan hasil pemilihan parlemen pada Desember lalu, yang dimenangi secara telak oleh pengusungnya, Partai Rusia Bersatu. Publik yakin telah terjadi kecurangan dan rekayasa. Pengunjuk rasa yang didukung oposisi mengemukakan temuan komite penyelidikan pemilihan tentang kecurangan itu. Di Vladimir, sebuah kota berjarak 200 kilometer dari Moskow, misalnya, komite menemukan 6.000 suara palsu. "Putin tidak lagi dianggap suci oleh masyarakat Rusia," ujar Sergei Mironov, Ketua Partai Keadilan (Just Party), yang mendulang 13 persen dalam pemilihan parlemen pada Desember lalu.

Putin jalan terus. Dia pun menolak memenuhi undangan berdebat dengan para kandidat presiden lainnya di sebuah stasiun televisi Rusia. Semua tuduhan itu, menurut dia, lelucon belaka. Semua gerakan yang menentangnya, kata dia, adalah kepanjangan kepentingan Amerika. "Yang kita butuhkan adalah orang-orang dengan nasionalisme Rusia, selain itu mereka yang pro-Amerika," kata Putin.

l l l

SENIN pekan lalu, di tengah gempita unjuk rasa, pemerintah melalui stasiun televisi Rusia, Channel One, mengungkapkan keberhasilan operasi intelijen dalam menggagalkan rencana pembunuhan terhadap Putin. Di layar kaca tampak seseorang dengan wajah babak-belur, Adam Osmayev, menjelaskan keterlibatannya dalam gerombolan yang berencana membunuh sang Perdana Menteri. Pria yang lama tinggal di London dan mengaku didukung Inggris itu ditangkap di Ukraina setelah terbang dari Uni Emirat Arab. Dengan gamblang Osmaynev juga mengaku diperintah membunuh Putin oleh pemimpin teroris Chechnya, Doku Umarov.

Kabar tentang rencana pembunuhan ini ternyata tidak terlalu mengejutkan lawan politik, terutama para kandidat presiden pesaingnya. Alih-alih berempati, mereka menuding peristiwa itu hasil skenario Putin. Menurut Vladimir Milov, seorang pemimpin partai oposisi, penangkapan itu mencurigakan. Ia menilai janggal, pemimpin pemberontak Umarov yang muslim memerintahkan seseorang yang mengaku juga disponsori pihak Barat. Lagi pula, kata dia, modus yang sama digunakan Putin dalam pemilihan sebelumnya. "Ini manuver kubu Putin, yang mencoba menciptakan prakondisi sebelum pemilihan presiden," ujar Oleg Kozyrev, seorang penulis dari kubu oposisi.

Ya, Chechnya disebut lagi. Negara bagian federasi Rusia yang terletak di Pegunungan Kaukasus Utara itu seperti duri bagi Putin. Grozny, ibu kota Chechnya, 1.786 meter di tenggara Moskow, menjadi saksi Putin dipencundangi kelompok kemerdekaan Chechnya, yang oleh Moskow dianggap pemberontak—yang dipimpin Shamil Basayev. Kelompok Basayev melanggar perjanjian perdamaian yang dibuat pada awal masa kepresidenan Putin. Hal itulah untuk masalah Chechnya, kata penasihat utama Putin, Aslanbek Aslakhanov, "Ikatannya sangat kuat."

Aslakhanov mengatakan Chechnya akan selalu menjadi isu kunci kampanye Putin. Pada 2000, Putin mulus duduk di kursi presiden dengan menjual isu perang Chechnya yang memang saat itu sedang berkobar. Ia berperan sebagai pangeran berkuda putih yang menyelamatkan Rusia dari rongrongan pemberontakan Chechnya yang kedua—perang di Chechnya pernah berkobar dua kali, dari 1994 hingga 1996 dan sejak 1999 hingga sekarang.

"Kini ia gunakan lagi isu kunci soal Chechnya untuk kampanyenya," ujar Kozyrev. Pendapat itu disetujui sebuah situs para pemberontak Kaukasus Utara, kavkascenter.com. Media itu juga sepakat, rencana pembunuhan atas Putin yang didalangi separatis Chechnya hanya rekayasa untuk mendongkrak popularitasnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Putin memang mencoba mengambil hati warga Chechnya. Dia menyodorkan proyek-proyek kesejahteraan untuk rakyat Chechnya. Lewat kaki tangan Kremlin, Ramzan Kadyrov, yang diangkat menjadi pemimpin Chechnya, Putin meyakinkan warga muslim di sana agar melupakan kejadian berdarah dan mengakui Rusia sebagai induk negaranya.

Pencitraan Putin dan strategi kampanye menghadapi pemilihan kali ini memang digarap lebih serius dibanding dua periode sebelumnya. Putin mengunjungi beberapa wilayah di pelosok Rusia. Bulan lalu, sebelum perjalanannya ke pedalaman Rusia, Kurgan, ia mengabarkan soal kebijakan kenaikan gaji guru. "Putin punya banyak magnet dalam kampanyenya," ujar Pavel Felgenhauer, seorang pengamat politik independen di Rusia.

Dalam pemilihan kali ini, para kandidat yang bakal bersaing dengan Putin, seperti Ketua Partai Keadilan Sergei Mironov; pemimpin Partai Nasionalis LDPR, Vladimir Zhirinovsky; kandidat Partai Komunis, Gennady Zyuganov; serta calon independen, seperti miliuner asal Rusia Mikhail Prokhorov, perlu waspada. Pasalnya, langkah bidak politik Putin semakin sulit ditebak, tak peduli walau memancing kontroversi.

Contohnya sebuah iklan kampanye Putin pekan lalu. Dalam iklan televisinya, tergambar seorang gadis yang ingin melepas "keperawanan", tapi bingung kepada siapa "mahkota" itu akan diserahkan. Kemudian sang gadis mendatangi peramal untuk mengetahui sosok lelaki pilihannya. Sesaat si peramal merapal mantra sambil memainkan kartu.

"Saya berharap melakukannya dengan orang yang sesuai dengan pilihan Anda. Sebab, ini yang pertama bagi saya," ujar si gadis kepada sang peramal. Setelah lama mengocok kartu, sang peramal membalik selembar kartu pilihannya yang bergambar wajah Putin.

Sandy Indra Pratama (Huffington Post, Ria Novosti, The Moscow Time, Time.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus