Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kader Kelompok Kairo

Sejarah perjuangan arafat sejak masih mahasiswa hingga menjadi pucuk pimpinan plo. wawancara tempo dengan arafat tentang penyelesaian perdamaian di tim-teng keretakan plo, peranan liga arab, pembajakan. (ln)

28 Desember 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LEBIH dari separuh umurnya habis di medan perjuangan. Baginya, pengorbanan apa pun tak menjadi soal, asalkan untuk mengusir Israel. Itulah Yasser Arafat, ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), satu-satunya organisasi yang diakui PBB sebagai wakil bangsa Palestina. "Saya tidak akan pernah surut dari perjuangan segala cara akan tetap saya tempuh demi kehormatan bangsa saya," ujar Arafat. Ia sekaligus membantah kabar angin yang menyatakan dirinya mulai enggan memanggul senjata. Pergerakan politik dan militer bagi Arafat, insinyur sipil lulusan Universitas Kairo sudah menjadi bagian dunianya sejak duduk di bangku kuliah. Pada 1951, Arafat, waktu itu berusia 25 tahun, bersama rekan-rekan sekampus membentuk Persatuan Mahasiswa Palestina (PSU), cikal-bakal Al-Fatah yang, sampai saat ini, masih menjadi faksi paling menentukan dalam PLO. Dunia militer mulai dimasuki Arafat pada 1956. Bersama sejumlah anggota PSU, dia membentuk: Batalyon Komando Palestina untuk Mesir - yang sebagian besar anggotanya mahasiswa. Oleh pemerintah Mesir, Arafat bersama teman-temannya, yang dikenal sebagai "Kelompok Kairo", dikirim ke Port Said sebagai ahli penyapu ranjau. Sejak itu, dia tak pernah absen dari berbagai medan pertempuran, yang berkali-kali nyaris merenggut nyawanya. Kendati demikian, bagi Arafat, tak ada kata jera dalam perjuangan. "Kami masih akan terus meningkatkan operasi-operasi militer dalam perjuangan kami," ujarnya. Palestina adalah negeri kami/Tujuan kami kembali ke sana/Kematian tidak menakutkan kami/Palestina milik kami/Kami tak akan melupakannya. Kami tak akan menerima tanah air lainnya/Palestinaku saksikan oh Tuhan dan sejarah/Kami berjanji akan mempersembahkan darah kami untukmu. Itulah sumpah yang pernah diucapkan Arafat bersama ribuan anak Palestina lainnya, di masa remaja mereka, ketika terusir dari tanah leluhur oleh gempuran serdadu Israel dan Inggris pada 1948. Karena itu, bagi Arafat, yang kini bergelar Abu Ammar, kembali ke tanah Palestina bukan hanya memerlukan pasukan dan persenjataan yang tangguh, tetapi juga hati yang bersih. "Dalam perjuangan, saya menggenggam tangkai zaitun di satu tangan, dan senjata di tangan lainnya," ujar Arafat, yang lahir di sebuah rumah di sisi Tembok Ratapan kaum Yahudi di Yerusalem, tahun 1929. Rumah itu kini sudah diratakan buldoser serdadu Israel. Nama Arafat mulai jadi momok menakutkan bagi Israel setelah gerilyawan Al Fatah memukul mundur lawan dalam Perang Karameh, 1968. Israel, kabarnya, mengakui bahwa penyerbuan mereka terhadap markas Al Fatah di Yordania itu merupakan salah satu perang yang mereka bayar mahal: puluhan prajurit Komando mereka terbunuh di tangan lawan. Selang tujuh bulan setelah Perang Karameh, Arafat terpilih sebagai pucuk pimpinan PLO. Mengendalikan ribuan gerilyawan dari berbagai faksi ternyata tak mudah. Rasa tidak puas terhadap pengungsi Palestina itu meledak September 1970. Ribuan gerilyawan terbunuh ketika bentrok dengan Angkatan Darat Yordania. Beberapa bulan kemudian mereka diusir dari Yordania. Mangkal di Libanon ternyata juga tak aman. Sabotase yang mereka lakukan terhadap tempat-tempat penting di wilayah lawan maupun cegatan mendadak terhadap patroli tentara Israel ternyata berbuntut panjang pula. Dengan dalih para gerilyawan suka menusuk dari belakang, Israel lalu menguber mereka ke Libanon. Setelah terkepung selama tiga bulan di Beirut Barat PLO terpaksa angkat kaki dari sana terpencar-pencar ke berbagai negeri di Jazirah Arab. Sejak pasukan PLO digusur Israel dari Beirut Barat, Arafat lebih banyak berdiam di Tunis. Tak banyak yang berubah darinya, kecuali kepala makin botak dan kerut-kerut ketuaan makin banyak di wajahnya. Dan Arafat, yang digambarkan Almarhumah Umi Jihad, istri Abu Jihad, salah seorang pembantu dekat dedengkot PLO itu, sebagai orang yang merasa bahagia bila berada di tengah anak-anak, tetap membujang sampai sekarang. Kepada wartawati Italia Oriana Falacci (lihat: Interview with History), Arafat mengaku, yang dikawininya adalah Palestina. Tetap dengan pengawalan ketat, konon, untuk mengelabui musuh-musuhnva. tokoh Nomor I PLO ini dua kali pindah tidur dalam semalam. Dan, ia juga tak sembarang menerima tamu, kecuali orang itu sudah direkomendasikan oleh dua pembantu dekatnya - salah seorang di antaranya dikenal dengan nama Abu Munir. Itu saja ternyata belum cukup. Intel-intel PLO akan menguntit orang yang ingin menemui Arafat itu selama beberapa hari. Setelah itu, ia masih diuji untuk mencari sebuah tempat, kantor perwakilan PLO, yang disampaikan lewat bahasa sandi. Wartawan TEMPO Praginanto, setelah dapat kontak di Amman, terbang ke Tunis untuk menemui Arafat. Setelah lewat serangkaian ujian itu, ia masih bergadang dua hari dua malam di depan pesawat telepon, yang kadang tengah malam suka dicek para intel PLO untuk meyakinkan Praginanto masih di tempat atau tidak. Baru Selasa dinihari (pukul 00.00 waktu Tunisia) dua pekan lalu, Praginanto dijemput para pengawal Arafat, dan dibawa ke tempat persembunyian tokoh itu, yang demi keamanan dari incaran Israel dan musuhnya yang lain, nama tempat itu tak disebutkan. Wawancara TEMPO dengan Arafat, yang bersuara lembut itu, berlangsung selama 40 menit. Petikannya: Perkembangan apa yang paling penting akhir-akhir ini guna menuju perdamaian dengan Israel? Langkah pasti menuju perdamaian belum ada. Malah agresi terhadap rakyat Palestina yang bertambah kuat. Israel bahkan tak malu menyerang markas PLO di Tunis, yang juga tempat tinggal saya, dengan menggunakan pesawat-pesawat tempur mutakhir. Selain itu, hari ini, saya baru saja mendapat laporan bahwa Menteri Pertahanan Yitzak Rabin mengancam akan menggempur Yaman Utara. Alasannya: orang-orang Yaman dan Palestina menganiaya orang-orang Yahudi Yaman. Apa yang dikatakan Rabin itu adalah bohong besar. Dia hanya mencari dalih untuk bisa melakukan agresi lagi terhadap orang-orang Palestina. Langkah menuju perdamaian tak cuma dilakukan Arafat dengan mendekati pemimpin-pemimpin Arab. Ia juga mencoba meyakinkan rakyat Israel tentang rencana damai tersebut. Ia, antara lain, sudah menugasi orang-orangnya di Paris, Roma, Praha, dan Sofia, untuk berbicara mengenai perdamaian dengan orang-orang progresif Israel. Arafat sendiri bahkan pernah bertukar pikiran dengan anggota Knesset (Parlemen Israel) yang progresif, Charly Bittan, ketika mengikuti konperensi perdamaian internasional di Sofia, 1980. Mereka bicara blak-blakan. Bittan, menurut Arafat, juga menginginkan perdamaian. Mengapa pertemuan wakil Palestina dan Yordania dengan Perdana Menteri Margaret Thatcher gagal? Ini gara-gara Thatcher tunduk pada kebijaksanaan politik Amerika Serikat. Tapi kami masih mengharapkan adanya pertemuan dengan Thatcher, karena tragedi yang kami hadapi bermula dari kebijaksanaan pemerintah Inggris. Kami kehilangan tanah air gara-gara Deklarasi Balfour. Sampai sekarang, Inggris bahkan masih memainkan peranan kasar terhadap kami. Mengapa pemimpin-pemimpin kelompok dalam PLO masih gontok-gontokan? (Arafat mengernyitkan keningnya. Ia seperti enggan membicarakan masalah ini. Setelah berpikir agak lama, baru ia buka mulut, dan itu pun tidak tuntas menjawab permasalahan). Kami menyadari semua itu. Namun, apa yang kami lakukan bukanlah piknik atau pesta, yang semua orangnya lebih banyak akur ketimbang cekcok. Dan, ingat, perjuangan kami bukan perjuangan lokal, tapi perjuangan internasional. Apa peranan Liga Arab dalam penyelesaian krisis Timur Tengah? Semua negara Arab telah berusaha sekuat tenaga mengusahakan perdamaian. Tapi mereka juga tak sepenuhnya akur satu sama lain. Bahkan perselisihan di antara mereka sering menyebabkan kami menghadapi kesulitan. (Arafat menarik napas sebentar, lalu mengutip ayat Quran: Innallaaha laa yughayyiru maa biqaumin hatta yughayyiruu maa bianfusihim - Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali bila mereka sendiri yang mengubahnya). Ketika pembajakan pesawat-pesawat penumpang, termasuk pembajakan kapal pesiar Achille Lauro, terjadi silih berganti, dunia menuding seakan-akan PLO berada di belakang semua aksi itu. Betulkah? Arafat membantah. "PLO mengutuk semua pembajakan itu," katanya. Penjelasan ini merupakan penegasan kembali Deklarasi Kairo bahwa perjuangan PLO bukanlah terorisme seperti digembar-gemborkan Israel dan Amerika Serikat. Mengenai pembajakan pesawat Egypt Air baru-baru ini, kabarnya, Anda menuduh Abu Nidal biang keladinya. Benarkah? Saya tidak mengatakan begitu. Yang saya ucapkan, peristiwa itu didalangi oleh sebuah pusat intel negara Arab (Arafat menolak menyebutkan nama negara itu). Mengenai Abu Nidal, jangan sebut lagi nama itu di depan saya. Orang itu bekerja untuk pusat intel negara Arab tadi. Bagaimana dengan tokoh Palestina lain. Kalau dengan mereka itu, yang juga bermarkas di Damaskus, saya masih membuka pintu untuk berbicara melalui Dewan Nasional Palestina (PNC). Saya tahu, mereka itu mendapat tekanan keras dari Syria, agar menghindari hubungan dengan PLO. Anda menuduh Syria mengkhianati PLO ketika terkepung di Beirut Barat, hingga PLO terpaksa berhadapan sendiri dengan Israel. Kini, Syria, yang tak menyukai Anda itu, mulai merintis hubungan lagi dengan Yordania. Apa pengaruh rujuk kedua negara itu terhadap PLO? Saya percaya hubungan akrab kami dengan Yordania tak akan berubah lantaran rujuk itu. Apalagi rekonsiliasi negara-negara Arab merupakan keputusan-keputusan pertemuan Casablanca. Kendati demikian soal rujuk Yordania-Syria tetap menjadi hitungan kami. Mengapa Anda menolak Resolusi 242 PBB tentang penyelesaian wilayah Arab yang diduduki Israel setelah Perang 1967? Karena resolusi itu merupakan prasyarat perdamaian, maka saya tolak. Menurut pejabat Kemlu AS Richard Murphy, yang berkunjung ke Timur Tengah sepulang dari pertemuan puncak Reagan-Gorbachev di Jenewa, langkah perdamaian selanjutnya masih menunggu jawaban PLO. Jawaban Anda? Saya justru menunggu jawaban dari Murphy. Karena saya menolak semua prasyarat yang ingin dipaksakan Israel dan Amerika Serikat, yang terus terang merugikan bangsa Palestina. Prasyarat saya untuk perundingan adalah Resolusi PBB harus dilaksanakan. Itu saja. Apa yang ingin Anda capai dengan pemerintahan di pengasingan? Pemerintahan di pengasingan bukan istilah kami. Tokoh-tokoh Palestina memang tengah mempertimbangkan pembentukan sebuah organisasi pemerintahan, dan itu lebih tepat disebut pemerintah interval. Sebab, semua gerakan revolusi selalu mulai berpikir untuk membentuk pemerintahan seperti itu, ketika mereka merasa sudah dekat dengan cita-cita mereka. Saat ini sudah 137 negara yang mengakui PLO secara penuh, dan mengizinkan kami membuka kantor perwakilan di tempat mereka. Bagaimana dengan Indonesia? Kami sangat membutuhkan dukungan dari rakyat dan pemerintah Indonesia. Sampai sekarang saya masih berharap agar pemerintah Indonesia mengizinkan PLO membuka kantor perwakilan di Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus