Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Serangan Berdarah Di Hari Sabbath

Terjadi serangan berdarah dari gerilyawan Palestina di Kibbutz, Maagan Michael, 37 orang tewas dan 80 luka-luka. Serangan gerilyawan itu merupakan penolakan terhadap penyelesaian kapitulasioanis.(ln)

18 Maret 1978 | 00.00 WIB

Serangan Berdarah Di Hari Sabbath
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
DI hari Sabbath yang nyaman 11 Maret pekan lalu, dua perahu karet mendarat di dekat Kibbutz Maagan Michael, 25 km dari Tel Aviv. Sore itu masih banyak orang menikmati hari libur Yahudi yang tenang itu. lapi ke-13 penumpang perahu karet tadi, dua di antaranya wanita, bukan datang untuk berpiknik. Mereka datang untuk menggempur: suatu serangan gerilyawan Palestina yang paling berdarah yang pernah dilakukan di Jantung Israel. Melewati Kibbutz itu, para gerilya wan pun mendekati jalan raya pantai yang sibuk antara Tel Aviv dan Haifa. Mereka tak lagi diam-diam. Mereka menembaki kendaraan yang lewat. Sebuah Mercedes Benz putih mereka rampas, lalu dengan menjulurkan bedil otomatis mereka lewat jendela, menghadang sebuah bis turis berwarna jingga menyala. Di dalamnya ada sejumlah wisatawan dari Jerusalem. Pandu wisata yang melihat sejumlah orang bersenjata menuju ke arah bis mula-mula mengira bahwa itu main-main, tapi dengan segera ia tahu. Tembakan terdengar. Orang-orang di bagian depan bis terkena. Sopir segera menghentikan bis, 30 meter dari serangan pertama. Beberapa penumpang turun untuk membantu orang-orang yang luka. Tapi para penggempur mendekat dan berlarian seraya menembaki orangorang yang turun. Para gerilyawan itu kemudian menyuruh para penumpang kembali naik dan memaksa sopir untuk mengebut ke arah Tel Aviv, dengan jalan zig-zag antara dua jalur jalan raya itu. Berjejal Sementara itu sebuah bis lain dihentikan juga: jendelanya ditembak dengan senjata otomatis. Seorang tewas dan seorang luka-luka. Keduanya disuruh ditinggal. Penumpang bis kedua lainnya dipaksa masuk ke bis pertama. Waktu terus ke selatan, para gerilyawan melihat sebuah taksi. Taksi itu distop pula dan para penumpangnya dipaksa ikut berjejal dalam bis maut yang berisi sampai 70 lebih itu. Di belakang, mobil-mobil polisi mengejar. Para gerilyawan pun melemparkan granat tangan mereka. Dan bis dengan ganas menyikat dua hambatan jalan yang dipasang oleh beberapa orang polisi di depan. Tak lama ia terus. Tembakan tiba-tiba dilepaskan oleh sepasukan polisi dari sebuah tempat mobil bekas. Ban meletus. Bis terguncang dan berhenti. Seorang penumpang pria, Shamir namanya, berhasil merebut pistol seorang gerilyawan dalam guncangan itu, dan menembak mati dua pembajak. Sebuah granat tangan yang hampir meledak ia pungut dan ia lemparkan ke luar. Pertempuran terjadi. Di luar pasukan polisi dan tentara Israel menghadang. Tak lama kemudian, bis itu meledak. Api menjalar dari satu ujung yang satu ke ujung yang lain. Kemudian dikemukakan oleh sumber resmi Israel, bahwa 37 orang tewas dan lebih dari 80 luka-luka -- di antaranya tentu anak-anak dan wanita. Perdana Menteri Israel, begitu, yang mengatakan kunjungannya ke Washington karena kejadian itu, mengatakan dengan geram "Inilah kekejaman yang tak akan kami lupakan." Delai Mati Tidak melupakan hal seperti itu mungkin merupakan keharusan ganda bagi orang Israel kini. Sebab itu bukan yang pertama kali terjadi. Hampir persis tiga tahun yang lalu, 5 Maret 1975, delapan gerilyawan Palestina juga mendarat dengan perahu karet. Tujuan mereka Pusat Pemuda Kotapraja Tel Aviv yang terletak di dekat jalan pantai. Mereka gagal menyandera para pemuda di sana, sebab seorang anggota polisi keburu melihat mereka dan menembak, hingga para gerilyawan menduduki Savoy Hotel dan menyandera 10 orang. Pertempuran yang kemudian terjadi dengan tentara Israel menyebabkan 18 orang mati, 7 di antaranya para gerilyawan. Kali ini dikabarkan 10 orang gerilyawan berhasil ditangkap. Seorang di antara mereka, yang wanita, tertembak. Di lehernya tergantung namanya Delai. Kantor berita perjuangan Palestina WAFA yang kemudian mengumumkan serbuan itu sebagai bukti "heroisme para revolusioner kami" juga mencatat bahwa gadis itu telah tewas. Tak ada suara duka cita disana. Tapi tentu ada yang murung oleh peristiwa itu. Perdamaian Timur Tengah bisa terganggu, suatu bukti bahwa usaha Presiden Mesir Sadat memang masih jauh dari berhasil orginisasi Pembebasan Palestina di Beirut menyatakan bahwa serangan gerilyawan itu merupakan "penolakan terhadap penyelesaian kapitulasioanis", suatu ejekan buat penyelesaian Sadat dan Begin. Tiga tahun yang lalu perahu karet yang ditumpangi para gerilyawan ke pantai Tel Aviv itu bertuliskan merah "Kissinger Akan Gagal" suatu tekad untuk menggagalkan usaha Menteri Luar Negeri AS Kissinger yang mau mempertemukan Mesir dengan Israel. Pekan lalu belum diketahui apa yang tertulis di perahu karet di dekat Kibbutz Magan Michael itu. Mungkin "Sadat Sial"?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus