Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kiev memastikan bahwa jumlah WNI yang hingga kini masih bertahan di Ukraina tercatat 72 orang, dan mereka dipastikan dalam keadaan baik dan aman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Jumlah total WNI (di Ukraina) masih ada 72 orang, termasuk 16 staf KBRI. Semua, untungnya, dalam keadaan baik,” kata Koordinator Fungsi Protokol Konsuler dan Penerangan Sosial Budaya KBRI Kiev Monita Purba saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Senin 2 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengatakan, sebagian besar WNI tersebar di Ibu kota Kiev, kemudian Kota Lviv, Ternopil, dan Ivano-Frankivsk di Ukraina barat, Kota Chernivtsi dan Kharkiv di Ukraina barat daya, dan Kota Odessa di Ukraina selatan.
Secara umum, para WNI yang masih ada di Ukraina adalah mereka yang menikah dengan warga setempat, pekerja di organisasi internasional dan organisasi non-pemerintah, dan pekerja migran terapis spa yang bertugas di Odessa, katanya.
Mengingat perang yang masih berkecamuk di Ukraina, KBRI Kiev secara aktif memantau keadaan WNI untuk memastikan keamanan mereka. Para WNI di sana juga secara rutin menerima imbauan keamanan dari KBRI Kiev maupun dari Kemlu RI, kata Monita.
“Khususnya, setiap ada serangan besar, kami pasti langsung menanyakan kondisi para WNI via grup percakapan WhatsApp,” ucap dia, menambahkan.
Selain itu, meski menurut aplikasi Safe Travel Kemlu RI, negara tersebut masih mendapat tanda “merah” yang berarti berbahaya untuk dikunjungi, Monita mengatakan pihaknya mencatat masih ada sejumlah WNI yang masuk ke Ukraina pada 2024.
Pemerintah Indonesia sempat menggelar operasi untuk mengevakuasi WNI menyusul serangan Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022. Sebanyak 133 WNI berhasil dievakuasi keluar Ukraina dengan bantuan Pemerintah RI hingga April 2022.
Dalam perkembangan terbaru perang Rusia-Ukraina, Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada pertengahan November lalu mengizinkan Ukraina menggunakan sistem rudal taktis jarak jauh untuk "serangan terbatas" di dalam teritori Rusia. Pihak Rusia pun sontak mengancam serangan balasan.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan keyakinannya bahwa negaranya memiliki peluang baik untuk mengakhiri perang dengan Rusia pada 2025.