Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hizbullah menggunakan roket baru, Fadi 3, dalam serangan terhadap pangkalan militer Israel. Hizbullah mengatakan bahwa mereka menyerang pangkalan militer Shimshon menggunakan roket Fadi 3 untuk membela Lebanon dan rakyatnya. Menurut Hizbullah, pangkalan Israel yang diserang itu adalah pusat pemrosesan terkemuka dan unit pemrosesan regional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kelompok bersenjata itu pada hari Selasa mengatakan bahwa mereka menargetkan beberapa target militer Israel semalam termasuk sebuah pabrik bahan peledak yang terletak 60 kilometer dari Israel. Serangan menggunakan roket Fadi sekitar pukul 4 pagi. Hizbullah juga mengatakan telah menyerang lapangan terbang Megiddo dekat kota Afula di Israel utara tiga kali terpisah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lalu apa kehebatan dan kelemahan Fadi?
Roket Fadi memiliki daya ledak dan jangkauan yang lebih besar daripada roket yang digunakan sebelumnya, tetapi kurang presisi, kata para ahli. Ini adalah pertama kalinya Hizbullah menggunakan roket Fadi sejak kelompok militan Palestina Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober tahun lalu, yang memicu perang terbaru di Gaza.
Menurut kantor berita Iran Mehr, mengutip Hizbullah, Fadi adalah roket darat-ke-darat multiguna taktis. Versi Fadi-1 panjangnya enam meter (20 kaki), dengan kaliber 220 mm dan muatan 83 kilogram (183 pon).
Fadi-2 yang menurut Hizbullah ditembakkan pada hari Minggu memiliki ukuran yang sama, tetapi memiliki kaliber 302 mm, dengan muatan 170 kilogram dan jangkauan 100 kilometer.
Roket Fadi yang tidak dipandu memiliki bangunan yang mirip dengan roket Khaibar Suriah 302 mm, yang sendiri didasarkan pada desain WS-1 China, kata Elliot Chapman, seorang ahli regional untuk firma keamanan Inggris Janes.
Roket itu mungkin sudah ditampilkan dalam sebuah video yang disiarkan Hizbullah pada bulan Agustus yang memperlihatkan para pejuang di dalam terowongan lebar dan terang yang digali ke dalam batu. Belum ada informasi mengenai apakah roket-roket itu diproduksi di Lebanon, atau berapa banyak yang telah dibuat.
Hizbullah diduga memiliki persenjataan ribuan roket tanpa pemandu, dengan jangkauan antara 45 dan 200 kilometer. "Dampak kemampuan ini setelah kampanye serangan udara Israel masih belum diketahui," kata Chapman.
Namun, presisi roket tersebut tidak tinggi, dilihat dari perbedaan antara target yang diumumkan dan lokasi dampak yang sebenarnya.
Hizbullah telah berhati-hati untuk menghindari perang besar-besaran dengan Israel, setelah hanya menggunakan roket yang lebih kecil untuk menembak target-target di Israel utara secara rutin.
Barat khawatir perang Israel Hizbullah membara setelah operasi Israel minggu lalu di Lebanon selatan. "Hizbullah telah menghindari eskalasi besar dan serius dalam serangan-serangan sebelumnya," kata War Noir, seorang pakar militer yang menggunakan nama samaran dan salah satu pendiri situs AS Militant Wire.
Namun seiring meningkatnya konflik, katanya, dan jika Hizbullah dapat bertahan dari serangan udara Israel yang intens, roket artileri berat ini mungkin akan digunakan lebih sering, termasuk terhadap target-target yang lebih dalam di Israel.
Para ahli percaya bahwa Israel mampu mempertahankan diri terhadap serangan yang akan datang, berkat sistem pertahanan udaranya Iron Dome dan sistem persenjataan canggih lainnya. Israel juga lebih unggul karena didukung kemampuan finansial, teknologi, dan politik yang kuat dari Amerika Serikat.
Hizbullah pada 2021 mengklaim memiliki 100.000 pejuang, dua kali lipat dari yang diperkirakan oleh lembaga strategis internasional IISS. Tahun lalu, lembaga studi keamanan INSS Israel mengatakan Hizbullah memiliki hingga 200.000 roket dari semua jenis merek, termasuk beberapa ratus rudal presisi.
Selama manuver pada bulan Mei 2023, Hizbullah memamerkan sistem persenjataan Iran, Suriah, Rusia, dan China.
Menurut pusat penelitian keamanan Alma Israel, roket Fadi dinamai menurut Fadi Hassan Tawil, seorang militan Hizbullah yang dibunuh oleh Israel pada tahun 1987. Saudaranya Wissam, yang memimpin pasukan operasi khusus Hizbullah Radwan, tewas pada bulan Januari karena kendaraannya diserang.
AL ARABIYA | REUTERS
Pilihan editor: Trump Bersumpah Hancurkan Iran Berkeping-keping Jika Sakiti Dia