Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kemenangan Sang Keledai

Satu dasawarsa menunggu, melalui perjuangan berat, akhirnya Rancangan Undang-Undang Kesehatan disahkan oleh Kongres. Terobosan besar yang bisa memperkecil defisit anggaran kesehatan sampai US$ 138 juta per tahun.

5 April 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Malam itu, Jumat dua pekan lalu, di Capitol Hill, senyum lebar kembali menghiasi wajah Nancy Pelosi, Ketua DPR Amerika Serikat. Senyum yang sejak awal Maret—ketika menghadapi saat-saat genting keputusan Rancangan Undang-Undang Kesehatan yang disodorkan pemerintah Presiden Barack Obama—seakan terbang dari wajah politikus senior Partai Demokrat ini.

Pada Jumat itulah, para elite partai berlambang keledai—lambang kesetiaan buat budaya Amerika—bisa sedikit santai, lantaran satu lagi kaukus dari rekan separtainya bisa diyakinkan. Kaukus Antiaborsi akhirnya bisa diyakinkan malam itu, untuk mendukung rancangan ini. Dengan begitu, kemenangan pun tidak lagi berada di pihak kaum Republik, yang sejak awal kontra terhadap rancangan ini.

Politikus dari Michigan, Bart Stupak, esok paginya bersuara mendukung rancangan itu. Dukungan itu muncul setelah ada jaminan dari para elite partai bahwa aborsi tak akan ditanggung asuransi kesehatan yang tercantum dalam rancangan tersebut. ”Kami telah mencapai kesepakatan dengan Gedung Putih,” ujar Stupak. Stupak sukses mengegolkan sikap antiaborsi ini menjadi undang-undang pada November lalu.

Obama, Pelosi, dan Harry Reid, Ketua Senat yang juga dari Partai Demokrat, memang mesti memastikan angka 216 tak berkurang untuk menggenapi kemenangan kalangan yang pro-undang-undang. Sebelumnya, suara dari Kaukus Hispanik sudah membuat dukungan suara pro-undang-undang ini menjadi 200. Namun suara antiaborsi pada saat terakhir itulah yang membuat undang-undang itu lolos dari ganjalan Republik, yang muncul dengan 219 suara.

Senyum dan tawa di Gedung Putih dan Capitol Hill tak berhenti sampai Presiden Obama dan Pelosi meneken rancangan itu menjadi undang-undang, Selasa lalu. Perjuangan yang berlangsung sejak satu dekade lalu itu akhirnya sukses. Maklum, undang-undang itu sudah diusahakan sejak masa Presiden Bill Clinton, rekan Obama di Demokrat. Namun suami Menteri Luar Negeri Hillary Clinton itu gagal karena Republik saat itu dominan di Kongres.

Kali ini, meski Demokrat dominan di Kongres, perjuangan mengegolkan undang-undang itu tak mudah. Beberapa politikus Demokrat—termasuk para pendukung aborsi—menyumbangkan suara untuk para penentang. ”Kami tak akan mendukung undang-undang yang melarang hak perempuan untuk memilih (aborsi),” kata Diana DeGette, rekan Pelosi dari Colorado, usai pembicaraan sengit dengan Pelosi.

Pertarungan dalam kubu Demokrat sebetulnya dipicu oleh pemilu sela pada 20 November mendatang. Saat itu para politikus, baik di Senat maupun DPR, amat berkepentingan mendapat kepercayaan konstituennya untuk kembali memilih mereka. Karena itu, mempertahankan sistem yang sudah ada lebih menenteramkan daripada mengubah. Maka konservatisme tak hanya terjadi di kubu Republik. Apalagi hanya sekitar 47 juta jiwa penduduk Amerika yang belum dilindungi asuransi kesehatan. Mereka umumnya kaum miskin dan pensiunan.

Sejak Juli lalu, tatkala perdebatan rancangan ini baru sampai Senat—Senat mengesahkan rancangan ini pada Desember—para politikus dipengaruhi para pengusaha dari industri kesehatan, termasuk asosiasi perusahaan asuransi America’s Health Insurance Plan (AHIP), dan farmasi. Asosiasi keberatan karena rancangan itu membuat pelanggan premium mereka, yaitu para orang kaya Amerika, akan dikenai pajak. Selain itu, pengusaha asuransi yang mendapatkan keuntungan atau dividen ini pun kena pajak. Berbagai usaha dilakukan para pelobi yang disewa industri kesehatan untuk menggagalkan rancangan ini lolos dari Kongres.

Namun para pelobi dari Partai Demokrat pun cepat bergerak, mensosialisasi rancangan ini bahwa mereka pun tak akan kehilangan pelanggan, dan kompensasinya malah akan bertambah dengan asuransi yang dibelikan pemerintah berupa subsidi buat kelompok miskin dan pensiunan.

Tatkala perusahaan asuransi mulai menimbang, gerakan untuk menyo-kong rancangan ini sudah menjadi bola salju. Organisasi advokasi kesehatan Families USA, yang memusatkan perhatian pada akses dan perlindungan asuransi menyeluruh, malah sudah menyokong. Ron Pollack, ketuanya, bahkan sudah menggalang dukungan 50 negara bagian untuk masuk program pelaksanaan asuransi yang disebut Enroll America.

Tak mau ketinggalan kereta, AHIP pun bergabung. ”Karena tujuannya supaya semua bisa dilindungi (asuransi kesehatan),” kata juru bicaranya, Robert Zirkelbach. Pollack menilai, dengan rancangan ini, yang perlu diyakinkan adalah asosiasi ini, yang mencakup asuransi besar seperti CIGNA, Aetna, Humana, Well Point, dan United Health Group. ”Kami akan meningkatkan (premi) sampai puluhan juta dolar setiap tahun, sebelum 2014, saat semua perangkat hukum bisa dilaksanakan,” kata Pollack. Dia menemui Karen Ignagni, ketua asosiasi, untuk mendiskusikan keterlibatan pihak asuransi.

Meski Demokrat bersukacita, ada sejumlah kelemahan dalam undang-undang ini yang masih membuat mereka khawatir—terutama dalam pelaksanaannya kelak. Kantor Kongres Urusan Anggaran memperkirakan 95 persen warga Amerika akan dilindungi asuransi berdasarkan undang-undang ini. Artinya, sekitar 32 juta dari 47 juta warga Amerika yang belum mendapat asuransi akan menikmati hak yang sama dalam rentang enam tahun ke depan (ketika semua aturan undang-undang itu sudah lengkap).

Namun belum semua warga paham dengan isi undang-undang ini. Karena itu, perlu penjelasan tentang besarnya dana yang mesti disediakan pemerintah sampai efisiensi anggaran pemerintah di bidang kesehatan yang mencapai US$ 138 juta per tahun. Angka ini didapatkan dari asumsi tak adanya lagi warga yang ditolak rumah sakit asuransinya lantaran tak memiliki riwayat kesehatan ketika berobat. Kasus seperti ini justru banyak terjadi, sehingga warga yang sudah parah mesti mendapat santunan negara lebih besar ketimbang ketika mereka masih bisa berobat jalan.

Dana yang harus disiapkan negara dalam sepuluh tahun buat melindungi semua warga totalnya adalah US$ 940 miliar atau sekitar Rp 900 triliun. Ada kendala yang masih menghadang. Meski para pemilik perusahaan asuransi premium individual seperti AHIP sudah memberikan sinyal mendukung, keterlibatan mereka dinilai masih kurang. Diharapkan mereka juga ikut serta dalam sosialisasi yang dilakukan oleh kelompok pegiat organisasi seperti Enroll America.

Sosialisasi dan pendataan warga yang belum tersentuh asuransi itulah yang mereka lakukan sekarang. Warga dipastikan mendapat akses dokter, obat-obatan, dan punya saluran langsung ke kantor pemerintah untuk segala macam stempel yang dibutuhkan. ”Kami semua punya alasan bisnis melakukan ini,” kata Pollack.

Organisasi lain yang mengadvokasi buruh juga ambil bagian dalam sosialisasi undang-undang ini. Terutama karena para buruh selama ini adalah kawan Partai Demokrat. Mereka pun menjadi konstituen bagi para politikus yang akan menjalani pemilu pada November mendatang. ”Kalau sudah bisa meyakinkan masyarakat, sepertinya pemilu ke depan tak ada masalah,” ujar seorang sukarelawan.

Yophiandi (Politico, Time, USA Today, Christian Science Monitor)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus