MARKAS Partai NLD akhir pekan lalu mencatat 385 kemenangan kendati pemerintah resmi baru menghitung 88. Itu berarti, partai pimpinan Aung San Suu Kyi, yang kini tahanan rumah, akan merebut 80% suara di parlemen baru. Tapi, para pemenang tak ada rencana untuk berpesta. "Tak akan ada pawai akbar," kata U Kyi Maung, ketua sementara Partai NLD, kepada TEMPO di markasnya. Dialah calon paling kuat untuk presiden baru. Pensiunan tatmadaw (tentara) berpangkat kolonel ini aktif berjuang dalam revolusi kemerdekaan di bawah Jenderal Aung Sang. Lalu dihukum 3 tahun oleh pemerintahan Ne Win. Kini dia paling diterima oleh kelompok moderat (kawan-kawan bekas tokoh militer), dan unsur radikal terdiri dari kaum intelek, mahasiswa, buruh, dan para biksu. U Kyi Maung pandai membaca gelagat. "Kami menghindari provokasi dengan tentara," katanya. Jumat 1 Juni, dewan pelaksana pertama kali bertemu sejak usainya pemilu. "Perlu dibentuk satu strategi untuk masa depan," kata U Kyi Maung. "Setelah seluruh hasil pemilu dipertanggungjawabkan pemerintah, kami akan minta berunding dengan dewan militer soal macam-macam masalah." Menurut dia, pembentukan undang-undang tak akan makan waktu lama, melihat mayoritas wakil rakyat yang akan duduk di parlemen diborong anggota NLD. "Lagi pula, kerangka konstitusi sudah selesai," katanya. NLD ingin sistem pemerintah federal. Mirip dengan yang di India," kata U Kyi Maung. Setiap divisi, atau negara bagian, akan diberi otonomi soal administrasi, ekonomi sampai soal kesejahteraan rakyat dan kebudayaan. Pemerintah pusat akan pegang masalah luar negeri, pertahanan, dan bimbingan mengenai sistem ekonomi yang didasarkan pada pasar bebas. Bagaimana kalau tentara menolak? "Kami perlu dialog dengan tatmadaw," kata U Kyi Maung. Toh banyak yang ragu adakah tentara akan menerima konsep NLD yang amat berbeda dengan yang ditempuh kaum militer. "Apakah NLD mampu menepati janji-janji mereka kepada kaum pemberontak," kata seorang diplomat. Sejak lebih 40 tahun silam, pemerintahan militer tak suka kompromi dengan kaum pemberontak, misalnya suku minoritas Karen, Kachin, dan Shan. Suku yang terakhir ini dipimpin Khun Sa, si raja opium segi tiga emas. Namun, SLORC -- dewan militer yang dibentuk Jenderai Saw Maung sejak September tahun lalu -- nampaknya tahu betul banyak anggotanya yang memihak NLD. "Mereka terkesan dengan Aung San Suu Kyi, yang mereka anggap sebagai penerus pahlawan mereka, Jenderal Aung San," kata seorang pengamat. Ada benarnya. Keterbukaan pemerintah selama pemilu lalu, kabarnya, didasarkan hasil angket tak resmi yang, konon, cukup bikin kaget para pemimpin. Alkisah, setahun silam, sebelum Suu Kyi ditahan, beberapa batalyon di AB Myanmar ditanya apa pilihan partai politik anak buahnya. Ternyata, kebanyakan bersimpati pada Suu Kyi. Bahkan ada yang menduga inilah yang akhirnya mendorong pemerintah untuk menahan Suu Kyi, dengan tuduhan ia coba membelah dua tatmadaw. Kemudian, sebulan sebelum pemilu, ketika pasukan-pasukan ditarik dari perbatasan agar bisa memberi suara pendahuluan -- yang juga berlaku untuk mereka yang sakit, tugas di daerah, dan lain-lain -- ternyata banyak yang memilih Partai NLD. Toh ada yang skeptis. Seperti U Hla Htway, wartawan yang pernah dihukum 3 tahun karena mengkritik pemerintahan Ne Win. "Terlalu banyak perbedaan antara tatmadaw dan NLD. Misalnya, tentara tidak setuju dengan sistem pemerintah federal. Apalagi kelompok minoritas akan diberi otonomi. Sia-sia operasi militer mereka selama 40 tahun ini," katanya. Kalau pun pihak SLORC bersedia berunding, Hla Htway yakin bahwa tentara akan menuntut agar soal pertahanan, terutama soal operasi militer di perbatasan, mereka pegang seluruhnya. Kedua, mungkin sekali diadakan pembicaraan agar rasa dendam dari mahasiswa dan lain-lain dapat diredam. Ada syarat lain yang bisa jadi akan diajukan SLORC: bagaimana tentara bisa terus memegang induk perusahaan yang dikenal dengan nama Myanmar Holdings Ltd. Perusahaan ini -- punya kementerian pertahanan, beberapa perwira tinggi, dan organisasi veteran -- terlibat dalam beragam bisnis, mulai dari proyek prasarana, industri, transportasi, sampai hotel dan pariwisata. Bagaimana pihak NLD akan memainkan kartunya, itulah yang ditunggu-tunggu banyak orang. Juga banyak bergantung pada sikap Suu Kyi jika dia nanti dibebaskan. Namun, posisi SLORC, seperti diucapkan pemimpinnya, Jenderal Saw Maung, dalam pidato di hadapan pimpinan militer Rabu pekan lalu, cukup jelas. "Apakah tugas kami selesai di sini, saya bilang belum. Tatmadaw akan tetap menegakkan hukum sampai pemerintah baru dibentuk," katanya. "Tentara tidak akan diam saja kalau tugas untuk melindungi kesatuan bangsa dan negara terancam." Bisakah Partai NLD yang terdiri dari beberapa faksi bersatu dalam berunding dengan pihak dewan militer? Di sini peran Suu Kyi, yang cenderung berpihak pada kaum radikal, oleh para pengamat dianggap penting untuk mengubah wajah pemerintahan di Myanmar. Wanita itu pula yang diharapkan bisa meredam sakit hati para mahasiswa yang setahun lalu ditindas oleh penguasa. Kemenangan NLD sebagian adalah berkat ketekunan pemuda dan mahasiswa berkampanye. "Mereka bahkan berani menggedor pintu rumah orang, termasuk yang dari partai lawan NLD," kata sebuah sumber di Yangoon. Nah, masuk akal kalau kaum muda itu sekarang ingin menagih janji. Atau, seperti halnya di banyak negeri berkembang, mereka dianggap hanya memiliki "saham kosong" dalam menegakkan orde yang baru di Myanmar? Yuli Ismartono, Yangon
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini