Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kena Sanksi Barat, Maskapai Rusia Pakai Cara 'Kanibal' untuk Ganti Suku Cadang

Maskapai penerbangan Rusia mempreteli pesawat jet untuk mendapatkan suku cadang karena sanksi Barat, sehingga armada tetap bisa terbang

9 Agustus 2022 | 08.56 WIB

Sebuah pesawat Airbus A321-211 milik maskapai Rusia Aeroflot dengan registrasi VP-BOE terlihat sedang parkir jangka panjang di bandara Cointrin di Jenewa, Swiss, 9 Maret 2022. REUTERS/Denis Balibouse
Perbesar
Sebuah pesawat Airbus A321-211 milik maskapai Rusia Aeroflot dengan registrasi VP-BOE terlihat sedang parkir jangka panjang di bandara Cointrin di Jenewa, Swiss, 9 Maret 2022. REUTERS/Denis Balibouse

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Maskapai penerbangan Rusia, termasuk Aeroflot yang dikendalikan negara, mempreteli pesawat jet untuk mengamankan suku cadang yang tidak dapat lagi mereka beli di luar negeri karena sanksi Barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Reuters mengutip empat sumber industri, melaporkan langkah tersebut sejalan dengan saran pemerintah Rusia Juni lalu agar maskapai menggunakan beberapa pesawat sebagai sumber suku cadang guna memastikan sisa pesawat buatan asing dapat terus terbang setidaknya hingga 2025.
 
Sanksi yang dikenakan pada Rusia setelah mengirim pasukannya ke Ukraina pada akhir Februari telah mencegah maskapai penerbangannya mendapatkan suku cadang atau menjalani perawatan di Barat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Pakar penerbangan mengatakan bahwa maskapai Rusia kemungkinan akan mulai memanfaatkan suku cadang dari pesawat mereka atau sering disebut sebagai cara kanibal agar armada tetap layak terbang.

Setidaknya satu Sukhoi Superjet 100 buatan Rusia dan sebuah Airbus A350, keduanya dioperasikan oleh Aeroflot, saat ini di-grounded dan sedang dibongkar, kata satu sumber yang mengetahui masalah tersebut.
 
Sumber menolak untuk diidentifikasi karena sensitivitas masalah ini.

Airbus A350 termasuk pesawat baru, kata sumber itu. Sebagian besar armada pesawat Rusia terdiri dari jet penumpang Barat.

Peralatan sedang diambil dari beberapa Boeing 737 dan Airbus A320 Aeroflot, karena operator membutuhkan lebih banyak suku cadang dari model tersebut untuk pesawat lainnya, kata sumber itu.

Kementerian Transportasi dan Aeroflot Rusia belum memberikan tanggapan atas kabar ini.

Sukhoi Superjet rakitan Rusia juga sangat bergantung pada suku cadang asing. Sebuah mesin telah dikeluarkan dari satu Superjet untuk memungkinkan pesawat lain bisa terus terbang, kata sumber pertama.
 
Yang pasti, mesin sering ditukar antar pesawat dan biasanya dipasok di bawah kontrak terpisah, kata pakar industri. Mereka tidak dianggap sebagai bagian dari badan pesawat inti.

"Hanya masalah waktu" sebelum pesawat yang berbasis di Rusia dikanibal, kata sumber industri penerbangan Barat.

Generasi jet yang lebih baru - A320neo, A350 dan Boeing 737 MAX dan 787 - memiliki teknologi yang harus terus diperbarui.

Dalam satu tahun sejak sanksi mulai berlaku, itu akan menjadi "tantangan" untuk menjaga jet modern tetap beroperasi bahkan bagi Rusia yang sangat maju dan kompeten, kata sumber-sumber Barat. 

Praktek melepas bagian-bagian untuk menjaga pesawat lain tetap terbang umumnya dikenal sebagai mengubah pesawat yang tidak digunakan menjadi "pohon Natal". Meskipun relatif jarang, hal ini paling sering dikaitkan dengan kesulitan keuangan dan tidak pernah terjadi pada skala yang sama seperti perombakan besar-besaran yang diprediksi di Rusia untuk mengatasi dampak sanksi.

Pesawat jet dapat dioperasikan kembali asalkan suku cadang yang diambil dikembalikan, meskipun hal ini tidak serta merta menyusun kembali keterlacakan yang dibutuhkan jet untuk memasuki kembali pasar global.

Banyak bagian pesawat memiliki umur terbatas yang harus dicatat.

Hampir 80% armada Aeroflot terdiri dari Boeing dan Airbus, yakni 134 Boeing dan 146 Airbus, bersama dengan hampir 80 pesawat Sukhoi Superjet-100 buatan Rusia pada akhir tahun lalu, berdasarkan data terbaru yang tersedia.

Berdasarkan data dari Flightradar24, sekitar 50 pesawat Aeroflot – atau 15% dari armadanya, termasuk jet yang terdampar akibat sanksi – belum lepas landas sejak akhir Juli.

Tiga dari tujuh Airbus A350 yang dioperasikan oleh Aeroflot, termasuk satu yang sekarang digunakan untuk suku cadang, tidak lepas landas selama sekitar tiga bulan, menurut data Flightradar24.

Maskapai Rusia mengalami penurunan jumlah rute karena sanksi Barat, sehingga ada jet yang tidak digunakan dan bisa dipreteli, kata sumber industri kedua.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus