Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Nasional Sri Lanka sempat memperingatkan ada kelompok radikal yang berencana melakukan teror, sepuluh hari sebelum serangan bom Hari Paskah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala polisi Pujuth Jayasundara memperingatkan aksi teror pada 11 April lalu. Pujuth mengatakan dia mendapat informasi dari lembaga intelijen asing ada plot teror dari kelompok radikal, seperti dikutip dari Russia Today, 21 April 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemboman di tiga gereja dan tiga hotel mewah terjadi pada hari Minggu Paskah, ketika jamaah gereja berkumpul untuk menghadiri misa kebangkitan Yesus Kristus.
Serangan-serangan yang tampaknya terkoordinasi itu merenggut sedikitnya 160 nyawa dan melukai ratusan, sementara Reuters melaporkan 138 korban jiwa. Jumlah korban tewas diperkirakan masih akan meningkat.
Sejauh ini tidak ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab langsung atas serangan.
Para imam berjalan ke St. Anthony's Shrine, gereja Kochchikade setelah ledakan di Kolombo. [REUTERS / Dinuka Liyanawatte]
Menurut Reuters, kelompok-kelompok Kristen mengatakan mereka menghadapi intimidasi yang meningkat dari beberapa biksu Budha ekstremis dalam beberapa tahun terakhir.
Dan tahun lalu, ada bentrokan antara komunitas Budha Sinhala dan minoritas Muslim, dengan beberapa kelompok Budha garis keras menuduh Muslim memaksa orang untuk masuk Islam.
Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengadakan pertemuan dewan keamanan nasional di rumahnya tak lama setelah ledakan bom.
Presiden Maithripala Sirisena mengatakan dia telah memerintahkan satuan tugas khusus polisi dan militer untuk menyelidiki siapa yang berada di balik serangan dan agenda mereka.
Militer Sri Lanka telah dikerahkan menurut juru bicara militer, dan keamanan ditingkatkan di bandara internasional Kolombo.