SESUDAH Helmut Schmidt terguling dalam pertarungan di Bundestag
(parlemen federal Jerman Barat) di Oktober lalu, kanselir baru
memutuskan untuk mempercepat pemilihan umum. Kanselir Helmut
Kohl tidak mau menundanya sampai akhir masa jabatannya tahun .
depan.Waktu itu Partai Sosialis Demokrat (SPD) yang dipimpin
Schmidt dalam poll pendapat umum sedang merosot sampai titik
27%, dibandingkan dengan popularitas Partai Kristen Demokrat
(CDU) yang mencapai 54%.
Menjelang pemilu besok, 6 Maret, poll masih menunjukkan SPD
berada di bawah CDU. Tapi popularitas CDU menurun ke 47%, sedang
SPD menanjak ke 43%. Tidak begitu banyak lagi selisihnya. Maka
konfrontasi kedua partai utama itu dalam pemilu Jerman Barat
sekali ini menimbulkan kekhawatiran pihak masine-masing.
Walau Kanselir Helmut Koh berhasil nanti memenangkan CDU,
menurut banyak ramalan, partainya akan sukar sekalimemperoleh
mayoritas di Bundestag. Sejumlah 519 kursi yang diperebutkan.
Kohl bersaing denan Hans-Jochen Vogel, calon kanselir dari SPD.
Vogel telah mengambil-alih bendera partai dari tangan Schmidt,
dan berusaha mengubah cltra SPD. Sebab sesudah 13 tahun
berkuasa, SPD ternyata menjadi partai yang lesu.
Golongan kiri, termasuk Vogel, dalam SPD tidak sependapat dengan
politik pertahanan Schmidt yang terlalu pro-NATO terutama dalam
rencana penempatan peluru kendali, senjata nuklir seperti
PersingII. Vogel dalam kampanye pemilu ini sering menyuarakan
antimissiles itu. Dia telah berkunjung ke Washington dan Moskow
untuk menganjurkan persetujuan persenjataan di antara kedua
super poer. Tujuannya ialah agar Pershing-II tidak ditempatkan
di Jerman Barat, sementara Kohl masih mengikuti politik Amerika
dalam hal persenjataan ini.
Kampanye Vogel ternyata sejalan dengan Gerakan Hijau ang selama
ini mengecam politik promissiles. Seperti Gerakan Hijau, Vogel
pun mau menggalakkan kelestarian linkungan hidup. Bahkan tokoh
SPD dan bekas kanselir Willy Brandt ikut merayu kalangan muda
yang semula diduga akan memberikan suara untuk Gerakan Hijau.
Perubahan taktik SPD tampaknya berhasil menyedot simpatisan
Hijau itu. Menurut poll, popularitas Hijau hanya tingal 5%,
turun dari 9% dalam September laTu. Namun Hijau itu masih
diramalkan akan menjadi kekuatan ketiga, dan menggeser posisi
Partai Liberal (FDP).
Adalah FDP yang Oktober lalu meninggalkan koalisi dengan SPD
hingga Kanselir Schmidt jatuh. SPD selama kampanye tak lupa
mengingatkan pemilih betapa penkhianatan FDP. Kini FDP, yang
berkoalisi dengan CDU, disangsikan dkn mencapai syart minimum
5% suara untuk memasuki Buldestag. Justru Gerakn Hijaupunya
kemungkinan lebih besar untuk mencapai syarat 5% itu.
Spekulasi umum di Jerman Barat pe a lalu ialah Vogel mungkin
saja mengajak Petra Kelly, pemimpin Hijau, berkoa isi Kohl pasti
tidak akan mau berkoalisi dengan aktivis Kelly, karena pandangan
keduanya sangat berbeda dalam hal Pershing-II. Tapi baik SPD
maupun CD konon cemas sekali melihat kemungkinan Hijau menjadi
kekuatan ketiga. Yang jelas ialah orang Jerman melihat Hijau
itu suatu gerakan alternatif.
Selain antimissiles, Hijau itu juga melawan kapitalisme, dan
agak kekiri-kirian dalam caranya berpikir. Gerakan ini mendapat
pasaran sejak 1979, bahkan sempat mengalahkan FDP dalam beberapa
pemilu tingkat negara bagian. Pengaruh Hijau mulai menurun sejak
kaum Sosial Demokrat dengan Vogel berorientasi kiri pula.
Kaum modal Jerman umumnya cenderung mendukung Kohl. Kanselir ini
menganut haluan ekonomi yang konservatif. Memang jumlah
penganggur bertambah (dari 1,8 juta Oktober lalu naik ke 2,2 uta
kini), dan perusahaan yang bangkrut semakin banyak, namun
kebijaksanaan fiskal Kohl dalam mengatasi resesi ekonomi cukup
meyakinkan. Dia merangsang investasi sektor swasta. Bahkan suatu
proyek kanal, yang terhenti pelaksanaannya di zaman pemerintahan
Schmidt, dilanjutkan lagi oleh Kohl awal Februari. Jika selesai,
kanal itu membuka hubungan Laut Hitam ke Rotterdam. Sisa
pembangunannya (33 mil lagi) akan menelan biaya US$ 550 juta,
tapi membuka lapangan kerja di Bavaria, tempat CSU (pimpinan
Franz Josef Strauss) yang bersekutu dengan CDU. Keputusan itu
tentu diharapkannya menarik surat suara dalam pemilu 6 Maret.
Vogel menawarkan pengurangan jam kerja seminggu dari 42 ke 35
jam supaya berkurang pengangguran. Kalangan bisnis menolaknya
karena itu mungkin membuat produk industri Jerman jadi mahal
hingga tak bisa bersaing di pasaran dunia. Sebagai keseluruhan
Vogel memang kalah pamor di bidang ekonomi, tapi Kohl tampaknya
tersudut oleh Vogel dalam hal antinuklir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini