Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Orang bersih dari sumedang

Tiga fraksi: F-KP, F-Abri dan F-Utusan Daerah, mengajukan calon tunggal umar wirahadikusumah sebagai wapres 83/88, setelah melalui proses penggodokan dan dinilai memenuhi kriteria.(nas)

5 Maret 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEGITU Ketua Bepeka Umar Wirahadikusumah memasuki Istana Merdeka untuk menghadiri sidang kabinet paripurna terakhir Kabinet Pembangunan III Senin pagi lalu, para menteri beramairamai menyalaminya. Dengan sedikit senyum ia menerima ucapan selamat itu. Tapi tak sekali pun ia pernah kelihatan bergurau atau tertawa. Calon wapres ini memang mengesankan seorang yang pendiam, namun ia menolak kalau disebut "angker". "Bapak memang tidak suka menonjolkan diri, pendiam, dan jarang berbicara dengan stafnya kalau tidak perlu sekali," ujar seorang statnya di Bepeka. Jenderal Purnawirawan dengan NRP 11597, lahir 10 Oktober 1924 di Situraja, Sumedang, Jawa Barat, terkenal sederhana dan "bersih". Mobil pribadinya adalah Mercedes tahun 1971 yang kabarnya dihadiahkan TNI-AD tatkala ia mengakhiri masa jabatannya sebagai Kepala Staf pada 1973. "Kebersihan" itu juga bisa dilihat dari kehidupan para saudaranya. Maryun, kakak kandungnya yang sulung dan bekerja sebagai pengacara, tinggal di sebuah rumah yang sederhana di Jalan Markoni, Bandung. Kakak nomor dua, Usman Wirahadikusumah, tinggal di rumah sederhana di pinggiran Kota Sukabumi. "Walau adik saya itu jenderal, demi Allah sampai sekarang saya tak pernah diberi proyek," kata Usman yang berwiraswasta sebagai penyalur gula Bulog. Pernah sekali Usman yang sedang kepepet meminta bantuan fasilitas dari Umar. "Tapi jawabannya 'menyakitkan hati' saya," ujar Usman. Jawaban Umar waktu itu "Apa yang bisa saya bantu untuk jij, sedang yang saya urus sudah terlalu banyak, dan semuanya lebih penting dari jij.". Tapi Usman malah bangga dengan sikap adiknya. "Walau dia yang bungsu, karena sikapnya itu kami sering menganggapnya sebagai pengganti ayah," katanya. Umar lahir dalam suatu keluarga besar yang tergolong menak (bangsawan). Ibunya adalah Rd. Ratnaningrum, putri patih Bandung yang bernama Patih Demang Kartamenda. Ayahnya R. Rangga Wirahadikusumah menjabat Wedana Ciawi, Tasikmalaya, sampai Jepang datang. Ny. Ratnamngrum melahirkan 5 anak, Umar yang bungsu, namun 2 di antaranya telah meninggal. Rangga Wirahadikusumah kemudian menikah lagi dengan R. Djuhaeni. Mereka mempunyai 11 orang anak. Setelah tamat ELS (Europesche Lagere School) pada 1942, Umar meneruskan sekolahnya di MULO sambil ikut pendidikan Seinendojo di Tangerang selama 8 bulan. Di sekolah, Umar konon dikenal sebagai seorang yang berwibawa dan jago berkelahi. Menurut cerita Usman, pernah sekali seorang murid yang kebetulan sinyo Belanda, sengaja menginjak sepatu Umar yang baru. Umar kontan menantang, dan sepulang sekolah mereka berkelahi, dan Umar menang. Setelah tamat Seinendojo (elombang kedua), Umar meneruskan pendidikan militernya ke Peta di Bogor (gelombang pertama) selama 6 bulan. Ia kemudian menjabat komandan peleton di Tasikmalaya selama setahun, kemudian dipindahkan ke Pangandaran. Pada 1 Setepmber 1945 Umar mendirikan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) di Cicalengka dan menjabat komandannya. Awal 1946 ia diangkat menjadi wakil kepala staf Resimen X Tasikmalaya dengan pangkat kapten. Itulah awal karirnya dalam ABRI. Pada 1 Januari 1947 Umar diangkat menjadi ajudan panglima Divisi SiliwanPi. Sang panglima, A.H. Nasution yang waktu itu berusia 29 tahun dalam autobiografinya Memenuhi Panggilan Tugas antara lain menulis tentang Umar: "Tak jarang orang-orang yang belum kenal mengacaukan antara saya dan ajudan, siapa yang panglima, karena kami hampir sebaya." Pada 1 Maret 1948 pangkat Umar naik menjadi mayor. Sebagai komandan bataIyon tahun itu ia ikut dalam penumpasan pemberontakan PKI di Madiun. Dalam buku Siliangi dari Masa ke Masa Umar Wirahadikusumah mengisahkan pengalamannya. "Ketika masuk Magetan, pasukan saya sempat menyelamatkan ibu dan anak-anak keluarga polisi setempat yang tak berdosa dari kebiadaban PKI. Kami semua menangis saat itu, demikian juga keluarga polisi-polisi itu . . . karena tak tahan melihat keadaan mereka." Tulis Umar lagi:"Coba bayangkan! Ibu-ibu polisi itu berdiri dalam keadaan terikat tangannya. Di depan masing-masing ada lubang. Apa yang terdapat dalam lubang itu? Suami mereka yang sudah dibunuh PKI. Dan di belakang ibu-ibu itu berdirilah anak-anak masing-masing. Jadi anak-anak itu melihat ayah masing-masing dibunuh secara aniaya oleh PKI. Kemudian ibu masing-masing, yang juga melihat bagaimana suaminya dibunuh secara aniaya, akan dibunuh pula di depan mereka. Sungguh . . . saya kira binatang pun tak ada yang sebiadab dan sekejam PKIPKI itu!" Dengan pangkat letnan kolonel, Umar sebagai komandan Resimen Tempur (RTP) Siliwangi pada 1958 bersama pasukannya mendarat di Medan, lalu menyerbu hinga Sumatera Barat, menumpas PRRI. Kembali dari operasi, Umar diangkat menjadi komandan Komando Militer Kota Besar (KMKB) Jakarta Raya. Sekitar dua pekan setelah menyandang pangkat kolonel ia menjabat Pangdam V/Jaya. Umar dianggap berjasa dalam menumpas G30S/PKI. Dengan SK Kep 11/1965 Umar sebagai Pangdam dan Penguasa Pelaksana Dwikora Daerah Jakarta Raya, membekukan segala bentuk kegiatan PKI dan ormas-ormasnya mulai 18 Oktober 1965. Pada 6 Desember.ia menyatakan PKI sebagai organisasi terlarang. Pada 1 Desember 1965 Umar menjabat panglima Kostrad menggantikan Mayjen Soeharto, dan beberapa bulan kemudian ia diangkat menjadi panglima Komando Mandala Siaga. Dalam masa kepemimpinannya inilah Kolaga mengirim operasi khusus yang dipimpin Kol. Ali Moertopo untuk melakukan misi pencari fakta guna menghentikan konfrontasi Indonesia-Malaysia. Setelah sekitar 2 tahun menjabat wakil panglima Angkatan Darat, pada 1969 Umar diangkat menjadi KSAD yang dipegangnya sampai 1973. Setelah itu ia diangkat sebagai ketua Bepeka. Dalam urutan, saat ini Umar termasuk jenderal yang senior setelah A.H. Nasution dan Soeharto. Umar yang menguasai bahasa Inggris dan Belanda, selain menulis berbagai makalah untuk seminar, pernah menulis buku he Integration of the Indonesian Armed Forces. Ia menikah dengan Karlina pada 2 Februari 1957. Mereka mempunyai 2 orang putri, yang sulung sudah menikah dan tinggal di Jerman Barat. Umar Wirahadikusumah yang suka makan lalap, sambal dan pepes ikan mas, tak suka pesta ataupun menonton film. Waktu senggangnya dilewatkannya di rumah saja sambil menonton televisi bersama keluarga. Di masa mudanya Umar suka bermain sepak bola dan tenis, tapi sejak 1974 ia main golf. Dengan Presiden Soeharto sendiri kabarnya Umar jarang bertemu, di luar acara resmi. Praktis hanya di waktu Lebaran dan ulang tahun Pak Harto, Umar datang ke Cendana 8. Ia juga jarang sekali dipanggil. Tapi walau begitu tampaknya hubungan keduanya tetap erat, terbukti denganpilihan Pak Harto kepada Pak Umar untuk mendampinginya sebagai wapres. Walau belumLaji, Umar dikenal sebagai seorang Muslim yang taat sembahyang. Menurut Usman, kalau menghadapi problem yang berat dalam tugasnya, Umar sering mengunjungi makam ibunya di Situraja, Sumedang. Ny. Karlina Umar Wirahadikusumah, sebelum menikah pernah belajar di Australia dalam rangka Colombo Plan. Selain kegiatannya di Ria Pembangunan dan Dharma Wanita, ia juga menjabat pimpinan Lembaga Kanker Indonesia. Ibu yang lahir 30 Juli 1930 ini selalu tampak sederhana namun rapi. Ia pernah terpilih sebagai salah satu dari 10 "Pemakai Bahasa Indonesia Paling Baik" dalam Bulan Bahasa, Oktober 1980.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus