PRESIDEN Soeharto telah menyampaikan pertanggungjawabannya
kepada MPR dengan mengemukakan hasil-hasil yang dicapai
pemerintahannya selama lima tahun terakhir ini, serta berbagai
masalah yang masih dihadapi. Berikut, inti san laporannya
setebal 54 halaman:
Politik:
- Pancasila tidak mengenal lembaga oposisi, tapi fungsi
pengawasan dalam demokrasi Pancasila tidak boleh kurang efektif
daripada sistem politik yang lain. Pemilu bulan Mei 1982 diikuti
oleh 91% dari jumlah warga negara yang berhak memilih, "jauh
lebih besar dari angka-angka di kebanyakan negara demokratis
lainnya ...."
- Karena pegawai negeri dan ABRI merupakan aparat pelaksana
pemerintahan, maka mereka harus lebih dahulu menjiwai Pancasila.
Sekarang, semua eselon I dan duta besar RI sudah mengikuti
penataran P4 atau BP-7. 1,8 juta pegawai negeri dan sekitar
150.000 anggota ABRI telah mengikuti penataran itu. "Kita belum
menemukan tolok ukur yang obyektif untuk menilai dampak dari
penataran ini. Namun cukup tanda-tanda bahwa secara umum
sekarang ini Pancasila telah mengakar lebih luas ...."
Pertahanan:
- Tradisi kemanunggalan ABRI-Rakyat terus ditingkatkan.
Kesejahteraan prajurit, peralatan dan kesenjataannya terus
diperbaiki mutunya. "Kita telah mulai merintis pembangunan
industri pertahanan." Jajaran Kepolisian RI dibenahi, tugas
ketertiban masyarakat dilimpahkan lebih besar kepada kepolisian.
KUHAP baru dimaksudkan untuk memberantas kejahatan menurut
hukum. "Telah banyak yang klta capai, namun keJahatan yang harus
kita cegah dan tanggulangi tumbuh lebih cepat dari kemampuan
yang kita bina."
Luar negeri:
- Kerjasama di bidang ekonomi dan kebudayaan di kalangan negara
ASEAN telah membawa manfaat. Usaha untuk memantapkan stabilitas
di kawasan Asia Tenggara melalui hubungan dengan negara-negara
Indocina, khususnya dengan Vietnam, dihambat oleh soal
Kampuchea. Rakyat Kampuchea dan Afghanistan harus diberi hak
untuk menentukan nasib mereka sendiri. Indonesia terus menerus
mendukung perjuangan bangsa-bangsa Arab untuk memperoleh kembali
wilayahnya yang diduduki Israel. Kemerdekaan rakyat Palestina di
tanah airnya sendiri adalah kunci penyelesaian Timur Tengah.
Kedudukan kota suci Yerusalem harus dipulihkan. Indonesia
menyerukan kepada kedua sahabatnya, Iran dan Iraq supaya
mengakhiri pertikaian mereka.
- Kita harapkan konperensi di New Delhi bulan ini "dapat memberi
jawaban sejarah yang tepat bagi perbaikan dunia."
- Indonesia menilai penting peran negara besar RRC dalam
percaturan dunia. Tapi selama Cina "belum meyakinkan kita bahwa
ia tidak akan membantu sisasisa Partai Komunis yang ada di
negaranegara Asia Tenggara, belum waktunya normalisasi hubungan
diplomatik dengan RRC sekarang ini."
Ekonomi
- Kebijaksanaan terpadu yang dijalankan pemerintahan Kabinet
Pembangunan ITI selama 5 tahun terakhir ini berhasil
mengendalikan tingkat inflasi hingga rata-rata 10% setahun. Ini
relatif cukup baik, karena inflasi sedang melanda dunia.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama masa itu rata-rata sekitar
7% setahun. Ini cukup membesarkan hati, karena di beberapa
negara maju sendiri, pertumbuhan ekonomi mereka kurang dari 2%
setahun.
- Produksi beras Indonesia mencapai 23 juta ton pada 1982, dan
ini jauh melebihi sasaran terakhir Repelita III yang besarnya
20,5 juta ton. Ini "merupakan salah satu sukses nasional kita".
Artinya, pertumbuhan di bidang produksi beras naik dengan rata
rata 7,9O setahun, dibanding dengan sektor pertanian lainnya
yang non-beras, yang besarnya 4,4%.
- Sektor industri meningkat rata-rata 15% setahun selama 5 tahun
terakhir ini, dan melampaui sasaran yang ditetapkan Repelita
III.
- Untuk mendapatkan harga yang wajar bagi minyaknya, Indonesia
selalu menjaga persatuan dan solidaritas di antara sesama negara
bekembang pengekspor minyak bumi, khususnya yang tergabung dalam
OPEC. Terutama pula karena organisasi ini "merupakan alat
perjuangan negara-negara Dunia Ketiga untuk memperbaiki tatanan
ekonomi duma .
- Untuk kebutuhan bahan bakar dalam negeri, Indonesia telah
mendirikan kilangkilang minyak baru dengan kapasitas produksi
yang cukup besar. "Dengan itu diharapkan mulai tahun depan kita
akan dapat memenuhi kebutuhan BBM dari hasil kilang minyak dalam
negeri."
- Dalam jangka panjang, hasil-hasil tambang Indonesia diarahkan
untuk menjadi dasar bagi industri dalam negeri. Produksi timah,
misalnya, sebagian dapat diolah menjadi pelat timah untuk
kebutuhan di dalam negeri.
Devisa:
- Tekanan pada neraca pembayaran Indonesia makin terasa selama
tahuntahun terakhir ini. Tahun 1980 kita surplus devisa, tapi
pada 1981 malah defisit dalam neraca pembayaran. Sekarang
Indonesla mempunyai cadangan devisa yang cukup karena dalam
tahun-tahun sebelumnya berusaha keras menumpuk cadangan devisa
yang cukup tinggi. "Jika akhir-akhir ini Indonesia berusaha
untuk memperoleh yinjaman luar negeri atas dasar komersial, maka
langkah itu adalah sikap waspada untuk berjaga-jaga, sedia
payung sebelum hujan."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini