Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kisah Anna dari Mongolia

Kasus tewasnya model asal Mongolia kini tengah digelar di pengadilan Malaysia. Benarkah kasus ini melibatkan pejabat penting di Malaysia?

27 November 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di jurang kawasan Bukit Rajah, Puncak Alam, Shah Alam, nun jauh di luar Kuala Lumpur, mereka menemukan sebuah kekejian. Serpihan tubuhan manusia yang berceceran. Sebuah tengkorak kepala mayat itu bolong tanda bekas tembusan peluru. Siapa gerangan pemilik potongan tubuh yang berceceran itu? Wanita malang yang sudah tak berbentuk itu adalah Altantuya Shaariibuu, seorang peragawati asal Mongolia yang dikenal dengan nama panggilan Anna.

Malaysia geger. Bukan hanya karena temuan yang keji itu, tetapi juga ada nama pejabat yang segera dikaitkan dengan Anna. Seorang saksi mengaku, ketika Anna menghilang pada 19 Oktober silam, dia melihat Anna dipaksa masuk ke sebuah mobil di depan rumah seorang analis politik Malaysia terkenal, Abdul Razak Baginda.

Perempuan asal Mongolia berusia 28 tahun itu didorong tiga polisi berseragam, salah seorang di antaranya polisi perempuan. Untung saja, beberapa saat sebelum diculik, Anna sempat mengirim pesan pendek ke adik dan sepupunya melalui telepon genggam.

Menurut kantor berita Malaysia Bernama, Anna datang bersama adik dan sepupunya ke Kuala Lumpur pada 6 Oktober dan menginap di Hotel Petaling Jaya. Adapun maksud kedatangan Anna adalah menanyakan status hubungannya dengan Razak. Bahkan, di ibu kota Malaysia itu, Anna menyewa detektif pri-badi untuk menguntit dan mencari informasi lebih jauh tentang Razak.

Razak, 46 tahun, yang dikenal sebagai analis politik dan anggota The World Economic Forum serta Institute for Strategic Studies yang berpusat di London, bertemu Anna di Hong Kong dua tahun silam. Mereka dilansir terlibat sebuah hubungan. Saat itu, Razak seorang kandidat doktor dari Universitas Oxford, Inggris, dan konon selama ini dikenal dekat dengan Menteri Pertahanan Najib Razak.

Namun hubungan itu kandas. Dari jalinan asmara di luar nikah itu diperoleh anak lelaki berusia 16 bulan. Anna, seorang model yang pernah berlatih di Paris, adalah seorang sarjana, guru, dan penerjemah. Ia perempuan cerdas yang menguasai bahasa Inggris, Rusia, dan Mandarin, yang juga memiliki perusahaan agen perjalanan. Karena itu, menurut konsul kehormatan Mongolia di Malaysia, Syed Abdul Rahman Alhabshi, Anna sering mengadakan perjalanan ke luar negeri untuk bisnis. Di kampung halamannya di Ulan Bator, ibu kota Mongolia, Anna punya rumah dan mobil sendiri. Ayah Anna, Shaariibuu Mash-Muj, juga bukan orang sembarangan. Ia Kepala Pusat Informasi dan Pendidikan Universitas Internasional Mongolia.

Anna ingin Abdul Razak bertanggung jawab dan kembali kepada di-rinya. Razak menuduh Anna memerasnya US$ 500 ribu lalu melapor ke polisi pada 15 Oktober lalu dengan alasan merasa terganggu karena diikuti orang. Tetapi keluarga Anna membantah tuduhan itu. Menurut ayahnya, Shaariibuu Mash-Muj, anak perempuannya cuma ingin Razak membiayai operasi anaknya yang sedang sakit.

Razak tak hanya melaporkan Anna ke polisi. Sehari menjelang tewasnya model itu, ia bertemu dua polisi Inspektur Kepala Azilah Hadri (30 tahun) dan Kopral Sirul Azhar Umar (35 tahun). Di Bangunan Getah Asli di Jalan Ampang itulah, diduga Razak menyuruh kedua polisi itu menghabisi Anna. Berdasarkan visum dokter, Anna ditembak dua kali dan badannya diledakkan dengan peledak plastik C4.

Dua hari setelah Anna hilang, adik Anna bernama Altantzul Shaariibuu, dan sepupunya Burmaa Amy, melapor ke polisi dan menduga ada kaitannya dengan Abdul Razak. Beberapa hari setelah laporan itu, polisi Malaysia menangkap Azilah, polisi unit khusus yang diduga bersekongkol dengan Razak. Dua pekan kemudian polisi menahan Kopral Sirul. Dari kedua orang itu diperoleh informasi mengenai tempat eksekusi.

Di tempat itulah polisi menemukan bukti. Sehari setelah itu polisi memeriksa dan menahan Razak dengan tuduhan penculikan dan pembunuhan berencana. Sedangkan seorang polisi wanita yang semula diduga terlibat akhirnya dilepaskan karena tak ada bukti.

Untuk meyakinkan, polisi melakukan tes DNA. Keluarga Anna didatangkan ke Malaysia dari Mongolia. Hasilnya memang terbukti bahwa serpihan jenazah itu adalah bagian tubuh Altantuya. Dua pekan lalu, ketiga tersangka itu mulai diadili di Mahkamah Majistret Shah Alam dan memutuskan mereka harus ditahan. Ancaman hukuman terhadap para tersangka pembunuhan berencana yang brutal itu adalah hukuman gantung.

Pengacara Abdul Razak, Muhammad Shafee Abdullah, yakin bahwa kliennya tak bersalah. ”Jaksa tak mengatakan bagaimana klien kami mengenal kedua polisi itu dan apa motif pembunuhan Altantuya Shaariibuu itu,” katanya. Istri Razak, Mazlinda Mahzan, juga senada. ”Suami saya tak bersalah. Kenapa dia dituduh melakukan itu? Dia lelaki yang baik,” ujarnya sebelum sidang.

Tersangka Abdul Razak Abdullah Baginda, sejak ditangkap, tengah dirawat di Rumah Sakit Umum Kuala Lumpur karena mengeluh sakit dada.

Selama dirawat Razak dijaga ketat tiga pegawai dan delapan anggota polisi dari tim tindak kriminal berat. Razak mengalami radang paru-paru atau asma dan timbunan cairan di paru-paru. Pihak otoritas negara itu meminta semua pihak, terutama media, tidak mengganggu Abdul Razak, karena dokter dan pegawai medis negara tengah mengawasi perkembangan kesehatannya. Selama dirawat, hanya pengacara dan keluarganya yang diizinkan bertemu.

Kematian Altantuya yang melibatkan tokoh politik dan polisi Malaysia mengundang reaksi. Duta besar Mongolia di Bangkok, atas nama pemerintah dan rakyat Mongolia, mengirim surat resmi ke Kementerian Luar Negeri Malaysia dan Raja Malaysia, Yang Dipertuan Agung Tuanku Syed Sirajuddin Syed Putra Jamalullail. Pemerintah Mongolia meminta pemerintah Malaysia menindak tegas dan mengadili secara transparan para tersangka pembunuhan itu.

Duta Besar Mongolia untuk Malaysia, Yaichil Batsuuri, memuji polisi Malaysia karena selama ini masih bersikap profesional dalam mengusut kasus pembunuhan seorang warga negaranya. ”Polisi Malaysia membuktikan sikap profesional, bertindak cepat dalam mengendalikan kasus berprofil tinggi itu, dan saya puas dengan cara mereka menjalankan tugas,” kata Batsuuri seusai melantik konsul Mongolia baru untuk Malaysia, Syed Abdul Rahman Alhabshi. Kedua petinggi wakil Mongolia itu juga bertemu dengan Kepala Polisi Negara Malaysia, Tan Sri Musa Hassan, di Istana Negara. ”Kami hanya membicarakan prosedur untuk membawa pulang mayat Altantuya,’’ ujar Yaichil Batsuuri.

Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi menjamin tak akan menghentikan penyidikan kasus ini. ”Saya minta polisi tak menutup-nutupi kasus tersebut,” ujarnya pekan lalu.

Namun Kementerian Keselamatan Dalam Negeri meminta media cetak di Malaysia berhenti menurunkan berita kasus pembunuhan Altantuya. Alasannya, pelaku yang diduga kuat melakukan pembunuhan sudah didakwa di mahkamah. ”Pemberitaan mengenai kasus tersebut bisa mengganggu proses persidangan. Penerbit majalah bisa diambil tindakan karena dianggap menghina mahkamah jika terus menyiarkan berita mengenai kasus ini,” kata Deputi Menteri Keselamatan Dalam Negeri Malaysia, Datuk Fu Ah Kiow.

Ahmad Taufik, Laporan Taufiq Salengke (Kuala Lumpur)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus