Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JANGAN lempari tetanggamu dengan batu jika jendelamu terbuat dari kaca.” Ungkapan Benjamin Franklin itu tampaknya tepat disematkan pada hubungan Irak, Iran, dan Suriah. Tiga negara tetangga itu kini tengah merajut lagi keakraban sambil berusaha menjauhi hal-hal yang menimbulkan konflik di antara mereka.
Sabtu dua pekan lalu, Mahmoud Ahmadinejad mengundang dua tetangganya, Presiden Suriah Bashar al-Assad dan Presiden Irak Jalal Talabani, ke Teheran. Agenda yang paling mendesak dibahas adalah situasi Irak yang makin gonjang-ganjing. Tapi Menteri Luar Negeri Suriah Walid Moallem menyebut lebih jauh. ”Ada banyak bidang kerja sama antara kami dan akan segera dimulai begitu masalah keamanan selesai.”
Sebelumnya, Irak mengumumkan pemulihan kembali hubungan diplomatiknya dengan Suriah yang vakum selama 26 tahun. Langkah ini ditempuh untuk meningkatkan kerja sama di bidang keamanan. Amerika Serikat dan Israel melihat perkembangan ini dengan mata awas. Dalam editorialnya, Kayhan—harian konservatif Iran—menulis: ”Kecemasan Amerika akan pertemuan trilateral ini sangat wajar karena aliansi ini bisa diterjemahkan sebagai krisis baru bagi Amerika di saat runtuhnya sistem pengambilan keputusan negeri itu.”
Sedangkan Jewish World Review menulis: Iran dan kawan-kawannya makin percaya diri lantaran pergolakan politik di Timur Tengah beberapa bulan terakhir. Terutama setelah kemenangan Hamas dalam pemilihan umum Palestina, kekalahan Israel di Libanon, serta sulitnya Amerika menstabilkan kondisi Irak dan meredam rencana nuklir Iran. Walhasil, poros Islam merasa berada di atas angin, sementara Amerika dan Israel menarik diri.
Mudah diduga, Amerika—yang sela-ma ini mendorong Suriah dan Iran un-tuk memainkan peran konstruktif di Irak—tak begitu antusias dengan kesepakatan Teheran. Selama ini para pejabat Amerika terus-menerus melontarkan tuduhan lama mereka soal keterlibatan Iran dan Suriah di Irak. Berdasarkan pernyataan resmi Pentagon, setiap bulan ada 70 hingga 100 tentara asing yang masuk ke Irak lewat Suriah.
Pers Barat dan Israel juga kerap menurunkan laporan tentang koneksi Al-Qaidah di Iran. Teheran membantah dan berteriak bahwa di masa lalu mereka justru korban aksi terorisme Al-Qaidah. Teroris Wahabi itu dikenal sangat anti-Syiah, aliran mayoritas Iran.
Situasi di kawasan itu kian buruk dengan tewasnya Menteri Perindustrian Li-banon, Pierre Gemayel—seorang Kristiani yang sangat anti-Suriah. Presiden Amerika Serikat George W. Bush buru-buru mengarahkan telunjuknya ke Iran dan Suriah. Pembunuhan yang terjadi di tengah perundingan Teheran ini makin menambah pelik persoalan di Timur Tengah.
Selain itu, masa depan poros ini akan ikut suram jika problem keamanan di Irak tak tuntas. Selama ini, Suriah dan Iran tak mau ikut ”melempari tetangganya dengan batu” karena menyadari ”jendela mereka terbuat dari kaca”.
Andari Karina Anom (Associated Press, Al Jazeera, BBC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo