Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Drama Pelarian Sang Kaisar

Mantan bos Nissan, Carlos Ghosn, kabur dari tahanan rumah di Jepang. Melibatkan tentara Baret Hijau Amerika Serikat.

18 Januari 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Carlos Ghosn memberikan keterangan pers, saat Tokyo Motor Show, di Tokyo, Oktober 2015. Reuters/Toru Hanai

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Carlos Ghosn kabur dari tahanan rumah dengan bersembunyi di dalam kotak alat musik.

  • Dia tiba-tiba muncul pada malam tahun baru di Libanon.

  • Didakwa menggelapkan dana perusahaan mobil Nissan senilai Rp 1 triliun lebih.

BANGUNAN empat lantai berjendela belau muda itu berada di Distrik Achrafieh, Beirut timur, Libanon, salah satu kawasan tertua dan termahal di kota tersebut. Di rumah seharga Rp 200 miliar lebih itulah Carlos Ghosn, bekas bos perusahaan mobil Nissan, kini tinggal setelah menghebohkan seluruh dunia karena kabur dari Jepang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Melalui anak perusahaan Nissan, Ghosn membeli rumah itu dan sejumlah properti di Amsterdam, Tokyo, Paris, New York, dan Rio de Janeiro. Investigasi internal Nissan menemukan Ghosn membeli rumah tersebut pada 2012 dengan dana perusahaan yang diselewengkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dana itu pula yang membuat Ghosn ditangkap polisi ketika pesawat jet pribadinya mendarat di bandar udara Tokyo, Jepang, pada 19 November 2018. Dia ditahan bersama Greg Kelly, anggota dewan direksi Nissan sekaligus tangan kanannya. Nissan kemudian langsung memecat Ghosn.

Ghosn menghadapi empat dakwaan yang terkait dengan pelanggaran keuangan, termasuk penggelapan pendapatan dan penyelewengan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi senilai total Rp 1 triliun lebih. Dia diterungku selama 130 hari sebelum akhirnya dibebaskan dengan uang jaminan senilai 1 miliar yen atau sekitar Rp 124 miliar pada April 2019.

Selama Ghosn menjadi tahanan rumah, gerak miliarder ini terbatas. Dia dipantau selama 24 jam lewat kamera pengawas (CCTV) yang dipasang di luar rumahnya. Pemakaian telepon seluler pun dibatasi. Dia juga tidak boleh mengakses Internet dan hanya boleh memakai komputer di kantor pengacaranya.

Tapi, seperti pesulap kelas dunia, dia tiba-tiba menghilang. Stasiun televisi Jepang, NHK, melaporkan rekaman CCTV menunjukkan Ghosn meninggalkan rumahnya dan berjalan ke sebuah hotel terdekat pada 29 Desember 2019. Di sana ia bertemu dengan dua pria, yang diduga orang Amerika Serikat. Setelah itu, tak ada yang mengetahui keberadaannya.

Tiba-tiba Ghosn muncul di Libanon pada malam tahun baru. "Saya telah lolos dari ketidakadilan dan penganiayaan politik," katanya kala itu. Jaringan stasiun televisi Prancis, TF1, merilis foto Ghosn sedang duduk di meja bersama istrinya, Carole, dengan lilin menyala dan gelas-gelas anggur yang hampir tandas.

Carlos Ghosn lahir di Brasil pada 1954 dari pasangan warga negara Prancis dan Brasil. Keduanya keturunan Libanon. Setelah menghabiskan masa kanak-kanak di Beirut, Ghosn kuliah di École Polytechnique di Paris. Setelah lulus pada 1978, dia bekerja di pabrik ban Prancis, Michelin.

Beberapa tahun kemudian, Ghosn menjadi direktur utama di anak perusahaan Michelin di Brasil. Di sana, dia menghadapi kondisi berat akibat inflasi tinggi dan resesi. Dia mengatasinya dengan efisiensi besar-besaran.

Meski kariernya selama 18 tahun di Michelin sukses, Ghosn sadar bahwa dia tak mungkin menjadi pemimpin perusahaan keluarga itu. Maka, pada 1996, dia mundur dan bergabung dengan Renault SA, pabrik mobil Prancis, sebagai wakil presiden eksekutif. Setelah Renault gagal melakukan merger dengan Volvo, Ghosn memimpin restrukturisasi besar-besaran seperti yang dilakukannya di Brasil sehingga ia dijuluki "Le Cost-Killer" oleh para pejabat perusahaan itu.


Mantan bos Nissan, Carlos Ghosn (kanan), di rumah penahanannya di Tokyo, Jepang, 25 April 2019. Reuters/Issei Kato

Ketika Michelin membentuk aliansi strategis dengan Nissan pada 1999, Ghosn kembali menjalankan resep efisiensinya. Dia membalik Nissan menjadi perusahaan yang menguntungkan hanya dalam tempo setahun. Renault-Nissan kemudian bekerja sama dengan Mitsubishi, perusahaan mobil Jepang lain, yang memungkinkan ketiganya berbagi biaya dan komponen tanpa merger.

Aliansi itu membuat Ghosn menjadi "kaisar mobil". Dia memimpin perusahaan mobil terbesar kedua di dunia yang memberinya pengaruh politik di mana pun pabrik mobil itu berdiri, termasuk di Inggris. Pabrik Nissan di Sunderland menjadi pusat perdebatan Brexit setelah Ghosn memperingatkan bahwa nasib pabrik itu bergantung pada kesepakatan Inggris dan Uni Eropa. Menurut The Guardian, Perdana Menteri Theresa May kemudian menggelontorkan bantuan rahasia senilai 61 juta pound sterling atau Rp 1 triliun lebih agar Nissan tidak hengkang.

Namun segala prestasi Ghosn hancur ketika polisi Jepang menangkapnya. Ghosn menuduh Nissan dan jaksa bersekongkol untuk menjatuhkannya. "Tak mungkin saya akan diperlakukan secara adil," ucapnya dalam konferensi pers di Libanon pada awal Januari ini. Dia mengeluh bahwa dia ditahan di sel yang sempit dan tanpa penyejuk udara. Apalagi pengacaranya memberi tahu bahwa dia harus menunggu lima tahun sebelum disidang. "Saya merasa menjadi tawanan di negeri tempat saya telah mengabdi selama 17 tahun."

Ghosn enggan mengungkapkan detail pelariannya. Dia hanya menuturkan sebagian kisah itu kepada stasiun televisi Amerika Serikat, CBS News, Ahad, 12 Januari lalu. Ghosn menjelaskan, pada 29 Desember 2019, dia menyuap petugas keamanan yang menjaga rumahnya agar bisa keluar. Dia lalu naik kereta supercepat menuju bandara Osaka.

Menurut CBS News, dia dibantu satu tim beranggotakan 15 orang, termasuk tentara Baret Hijau Amerika Serikat. Polisi yakin Ghosn diselundupkan keluar dari Jepang dengan bersembunyi di dalam kotak peralatan musik yang bagian bawahnya dilubangi untuk sirkulasi udara. Dia diterbangkan dengan pesawat jet pribadi ke Istanbul, Turki, lalu ke Beirut.

Carlos Ghosn setelah memberikan keterangan pers tentang kepergiannya dari Jepang di Beirut, 8 Januari 2020./ Reuters/Mohamed Azakir

Menurut NHK, Ghosn bersama dua pria yang ia temui di dekat rumahnya pergi ke sebuah hotel dekat Bandara Internasional Kansai. Dua jam kemudian, kedua pria tersebut terlihat pergi dengan dua kotak besar. Tidak ada kamera yang menunjukkan kehadiran Ghosn selanjutnya sehingga dia diduga berada di dalam salah satu kotak.

Ghosn diperkirakan tiba di Beirut pada 30 Desember 2019 dinihari dan bertemu dengan Carole, yang lahir di kota itu. Libanon, yang tak punya perjanjian ekstradisi dengan Jepang, menyatakan Ghosn masuk ke negara itu secara legal dengan paspor Prancis dan kartu tanda penduduk Libanon. Ghosn selama ini memiliki paspor Brasil, Prancis, dan Libanon karena punya kewarganegaraan di tiga negara itu.

Kejaksaan Jepang kemudian mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Carole. Mereka menuduh Carole bersumpah palsu dalam persidangan ketika mengaku tak tahu-menahu soal uang gelap Nissan yang ditransfer ke akun pribadinya, padahal bukti menyatakan sebaliknya.

Carole, yang dibesarkan di Amerika Serikat, adalah pengusaha kain kaftan mewah sejak sebelum menikah dengan Ghosn pada 2016, yang resepsinya dirayakan dengan pesta megah di Istana Versailles, Prancis. Menurut South China Morning Post, dia pemilik Beauty Yachts, perusahaan yang terdaftar di British Virgin Islands yang diduga digunakan untuk membeli yacht mewah dengan dana gelap Nissan.

Selama Ghosn dipenjara, Carole berkampanye meminta para pemimpin dunia campur tangan dalam kasus sang suami. Seperti Ghosn, Carole mengklaim kasus ini berpangkal dari rencana suaminya menjalankan merger penuh Nissan dengan Renault. "Kita tahu ini konspirasi. Nissan tidak menginginkan merger. Segelintir orang di Nissan memutuskan menyingkirkan suami saya. Itulah cara termudah untuk mencegah merger," tuturnya kepada CNBC.

Ghosn membantah tudingan bahwa Carole membantunya kabur dan berkeras menyatakan dia sendiri yang mengatur pelariannya. Tapi media Prancis, Le Monde, menyebutkan Carole berperan di balik rencana suaminya kabur dari Jepang. Dia diketahui berbicara dengan Ghosn selama lebih dari satu jam pada 24 Desember 2019.

Ia bukan pesulap, tapi menyamar bukanlah hal aneh baginya. Pada Maret 2019, untuk menghindari endusan wartawan, Ghosn berusaha meninggalkan rumah tahanan dengan menyamar sebagai tukang bangunan. Penyamarannya segera diketahui dan pengacaranya meminta maaf atas aksi “amatiran” itu. Tapi penyamarannya menjadi kotak alat musik jelas bukan amatiran.

IWAN KURNIAWAN (BBC, THE GUARDIAN, REUTERS, CHANNEL NEWS ASIA, NHK)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus