Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Berita Tempo Plus

Setelah Rusuh di Lahore

Tuduhan terhadap Perdana Prancis Emmanuel Macron yang dianggap menyerang Islam memicu polemik berkepanjangan di Pakistan. Tuntutan pengusiran duta besar Prancis bergulir ke parlemen.

24 April 2021 | 00.00 WIB

Khadim Hussain Rizvi, pemimpin partai Tehrik-e-Labaik Pakistan (TLP), berbicarakepada para pendukungnya selama unjuk rasa di Lahore, Pakistan, Agustus 2019. REUTERS/ Mohsin Raza
Perbesar
Khadim Hussain Rizvi, pemimpin partai Tehrik-e-Labaik Pakistan (TLP), berbicarakepada para pendukungnya selama unjuk rasa di Lahore, Pakistan, Agustus 2019. REUTERS/ Mohsin Raza

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Tahrik-i-Labaik Pakistan menuntut Duta Besar Prancis diusir dari negeri itu.

  • Hal ini berkaitan dengan komentar Presiden Prancis Emannuel Macron yang dinilai menyerang Islam.

  • Tahrik-i-Labaik Pakistan terkenal sebagai partai Islam yang bersikap keras terhadap penistaan agama Islam.

PEMERINTAH Pakistan akhirnya berkompromi dengan Tahrik-i-Labaik Pakistan (TLP), partai politik terlarang yang menuntut Duta Besar Prancis untuk Pakistan diusir dari negeri itu. Pada Selasa, 20 April lalu, Menteri Dalam Negeri Pakistan Syekh Rashid menyatakan pemerintah menerima tuntutan partai itu dan berjanji akan mengajukannya ke parlemen.

Kompromi itu untuk dilakukan meredakan demonstrasi besar oleh para simpatisan TLP setelah Saad Hussein Rizvi, pemimpin TLP, diciduk polisi pada Senin, 12 April lalu. Rizvi ditahan di penjara Kot Lakhpat karena menyerukan pendukungnya agar menggelar protes untuk mendesak pemerintah Perdana Menteri Imran Khan mengusir ambasador Prancis. Seruan ini merupakan reaksi terhadap pernyataan Presiden Prancis Emannuel Macron yang dinilai menyerang Islam dan mendukung Charlie Hebdo, majalah satire yang menerbitkan karikatur Nabi Muhammad.

Penangkapan Rizvi ini disambut protes para pendukung TLP di berbagai daerah, khususnya di depan Masjid Rahmatul Lil’ Alamin di Lahore yang dianggap sebagai markas partai tersebut. Bentrokan antara para pengunjuk rasa dan polisi pun tak terhindarkan. Sedikitnya empat polisi tewas dan lebih dari 800 orang cedera. Polisi kemudian menahan 733 orang dengan berbagai tuduhan. Di tengah situasi itu, Prancis menarik diplomat dan staf kedutaan untuk sementara.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus