Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Koalisi garis keras

Partai likud memperoleh 39 kursi. partai buruh 38 kursi. likud akan memimpin pemerintahan koalisi. partai-partai gurem dikenal sangat ekstrem. nasib tepi barat dan jalur gaza semakin rapuh.

12 November 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUASANA gembira tampak menyelimuti Kantor Pusat Partai Likud, yang terletak di Beit Jabotinsky, Tel Aviv, Rabu pagi pekan lalu. Massa bersorak sorai sambil meneriakkan slogan: "Hidup Shamir! Hidup Likud!" Ketua Partai Likud Yitzhak Shamir, yang sekarang juga menjabat perdana menteri, tak henti-hentinya menerima ucapan selamat dari pendukungnya, begitu hasil pemilu diumumkan bahwa mereka memperoleh 39 kursi di Knesset (parlemen). Sementara itu, di Kantor Pusat Partai Maarakh (Buruh), di Jalan Hayarkon, tak jauh dari Markas Partai Likud, massa kelihatan murung. Semula mereka berharap Ketua Partai Buruh, Shimon Perez, bisa meraih kursi perdana menteri, kenyataannya mereka justru kehilangan satu kursi. Sebelumnya, Partai Buruh punya 38 wakil di Knesset. "Saya tak melihat kemungkinan kami membentuk suatu pemerintahan," ujar Sekjen Partai Buruh, Uzi Baram, seusai penghitungan suara. Tapi keunggulan Partai Likud itu tak mengantar mereka dengan mudah membentuk kabinet baru. Masih banyak ganjalan untuk mencapai angka 64 dari 120 kursi di Knesset. Mereka harus merangkul wakil-wakil Shas, Agudat Israel, Degel Ha Torah, dan Partai Agama Nasional, empat kekuatan dengan 18 kursi, yang menghendaki Israel dijadikan sebuah negara agama seperti Iran. Seorang wartawan The Jerusalem Post menggambarkan pengikut keempat partai agama itu sebagai orang-orang fanatik. Mereka, misalnya, tak mau bekerja di hari Sabat (Sabtu). "Kegiatan mereka sehari-hari adalah berdoa di kenisah (rumah ibadat orang Yahudi)," kata wartawan itu. Partai Likud dan Partai Buruh bukan tak memperhitungkan ganjalan dari partai-partai gurem itu -- yang jumlah keseluruhannya 13 partai. Maka, mereka berlomba-lomba membujuk pemilih. Di hari pencoblosan, yang dijadikan hari libur nasional, misalnya, kedua partai utama itu menyediakan kendaraan-kendaraan untuk mengangkut pendukung mereka ke tempat-tempat pemberian suara. Soal biaya jangan ditanya. Hampir semua partai peserta pemilu, jumlahnya 27, menghabiskan biaya 100 juta dolar AS untuk kepentingan kampanye maupun pengangkutan massa di hari pemilihan. Bahkan ada partai yang mengeluarkan dana buat membiayai konsultan politik dari luar negeri. Sasaran mereka? "Kami berharap dapat menarik 10 ribu suara di ibu kota," kata Sara Ortal, juru bicara Partai Citizens Rights Movement. Usaha-usaha partai gurem, seperti Partai Citizens Rights Movement, tampak cukup memukul upaya dua kontestan utama, Partai Likud dan Partai Buruh, menambah jumlah kursi di Knesset. Maka. untuk mencapai mayoritas suara, koalisi dengan partai gurem tak terelakkan. Partai Likud, misalnya, selain mencoba membujuk empat partai agama tadi, juga berusaha mendekati partai partai gurem seperti Tehiya, Moledet, dan Tzomet, yang dikenal sebagai kelompok ekstrem sekuler kanan. Tapi belum apa-apa partai-partai gurem itu sudah menuntut banyak kepada Partai Likud. Partai Shas, Agudat Israel, Degel Ha Torah, dan Partai Agama Nasional antara lain menuntut agar nilai-nilai religius ditingkatkan dalam kehidupan masyarakat Israel. Karena itu, dalam pertemuan mereka dengan Shamir pekan lalu keempat partai agama tersebut bersedia berkoalisi asalkan jabatan menteri agama, menteri pendidikan, dan menteri dalam negeri diberikan kepada mereka. "Kami tidak akan membiarkan kelompok non-Zionis mencuri jabatan-jabatan itu" ujar Shaul Cyahalom, Sekretaris Poiitik Partai Agama Nasional. Tuntutan Tehiya, Moledet, dan Tzomet lain lagi. Mereka mau menyokong Partai Likud asalkan pemerintahan koalisi menghadapi masalah Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) tanpa kompromi. Selain itu, mereka juga menuntut supaya Tepi Barat dan Jalur Gaza dimasukkan ke wilayah Israel. Partai Moledet malah mengusulkan agar 1,5 juta pengungsi Palestina di kedua daerah pendudukan tersebut diungsikan ke negara-negara lainnya, dan pembangunan perumahan untuk orang-orang Israel di sana ditingkatkan. Kesulitan untuk pemerintahan koalisi juga dihadapi Partai Buruh. Dukungan partai gurem beraliran kiri, Partai Citizens Rights Movement, Mapam, Centre Party, dan Arab Democratic Party tampak tak dapat diharapkan lagi. Kegagalan Menteri Pertahanan Yitzhak Rabbin (Partai Buruh) menghadapi masalah intifadah membuat mereka tak mau lagi mendukung Partai Buruh. Sementara itu, pemilih-pemilih keturunan Arab terang-terangan menyatakan mereka lebih suka mencoblos gambar Partai Hadash, yang beraliran komunis, atau Progressive List for Peace, sebuah partai pro-PLO, ketimbang menusuk tanda gambar Partai Buruh. Melihat sikap partai-partai gurem itu Partai Likud dan Partai Buruh seakan didorong untuk membentuk pemerintahan koalisi lagi. Namun, Uzi Baram telah menyingkirkan kemungkinan Partai Buruh bergabung dengan Partai Likud. "Kami dapat duduk sebagai oposisi dan membiarkan Likud membentuk pemerintahan yang bertentangan dengan kehendak publik," ujarnya. Bagaimana nasib orang-orang Palestina bila Partai Likud membentuk pemerintahan tanpa Partai Buruh? Usaha Shamir agar Israel menguasai Tepi Barat dan Jalur Gaza, yang kini menjadi permukiman pengungsi Palestina, tak akan ada ganjalan lagi. Ia, dalam pidato kampanyenya, bahkan terang-terangan menyatakan tekad untuk memberantas intifadah (gerakan kebangkitan Palestina), dan tak sudi berunding di forum internasional dengan PLO. Padahal, Yasser Arafat, pemimpin PLO sudah tak berkeberatan hidup berdampingan secara damai dengan Israel. Dalam wawancara dengan majalah Time terbitan minggu lalu, Arafat menyatakan, "Kami ingin sejengkal tanah untuk menguburkan tubuh kami, dan tempat anak-anak kami dapat hidup tenang seperti layaknya bangsa lain di muka bumi. Tapi orang-orang Israel yang tak mau berdampingan dengan kami." Masalah pengungsi Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza memang merupakan isu penting dalam pemilu Israel kali ini. Sikap lunak Partai Buruh menghadapi Palestina telah membuat pengikut partai-partai agama, yang tak ingin mengakui Palestina sebagai suatu negara, menggantungkan harapan mereka kepada Partai Likud. Maka bentrokan masih tetap tak terhindarkan sebagaimana pemilu-pemilu Israel terdahulu. Di Yeruslem Timur, tiga orang Yahudi menderita luka bakar akibat bom molotov yang diduga dilemparkan orang-orang Palestina ke mobil mereka. Di Tepi Barat, 11 orang Palestina luka-luka terkena tembakan tentara Israel. Padahal, untuk mengamankan pemilu kali ini, pemerintah mengerahkan 34.000 petugas keamanan ke sekitar 5.000 tempat pemungutan suara di seantero negeri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus