ANGIN dedengisasi sedang bertiup di~ Cina, menyingkirkan tokoh-tokoh ~~reformis. Itulah setidaknya yang terjadi dalam tubuh Tentara Pembebasan Rakyat (TPR), bertepatan dengan genap satu tahun berlalunya peristiwa Tiananmen, 4 Juni lalu. Sayap konservatif dalam TPR berhasil memutarbalikkan susunan para pejabat di tujuh komando wilayah pertahanan (kowilhan). Bukan cuma mengubah sebenarnya, tapi juga mengganti sejumlah perwira tinggi disingkirkan (bahkan ada yang diadili), termasuk satu-dua pangkowilhan. Menurut berita-berita yang dipantau di Tokyo, peniup angin itu adalah Yang Jia Jiang atau "Komplotan Jenderal Keluarga Yang". Klik ini beranggotakan antara lain Presiden Yang Shangkun, 83 tahun, yang juga Wakil Ketua Komisi Militer Pusat (KMP). Ia didampingi adiknya, Yang Baibing, 69 tahun, yang menjabat sekjen KMP serta Komisaris Politik TPR. Dua tokoh ini memang penganut fanatik komunisme ortodoks, lawan kuat Deng Xiaoping. Bagaimana kuatnya tiupan "Komplotan Yang" itu bisa dilihat dari jumlah jenderal yang tersisihkan. Dewasa ini TPR memiliki 17 jenderal yang semuanya berusia di atas 60 tahun. Jurus-jurus Yang bersaudara berhasil memensiunkan sekitar sepertiga dari jumlah itu. Yang terpensiunkan itu antara lain Li Desheng, Komisaris Politik Universitas Pertahanan (semacam Lemhanas), Liu Zhenhua, Komisaris Politik Kowilhan Beijing, Xiang Shouzhi, Pangkowilhan Nanjing, dan Wan Haifeng, Komisaris~ Politik Kowilhan Chengdu. Mereka digantikan oleh para perwira yang relatif "muda" untuk ukuran Cina. Bila perubahan ini dijatuhkan di hari peringatan peristiwa Tiananmen, tampaknya memang disengaja. Terkesan mereka yang tersingkir adalah tokoh-tokoh yang menentang penindasan gerakan demokrasi di Tiananmen. Itu jelas terlihat dari penggantian pangkowilhan. Tahun silam dari ketujuh kowilhan, Kowilhan Shenyang yang paling cepat mendukung penindasan mahasiswa prodemokrasi. Diikuti oleh Kowilhan Guangzhou, Nanjing, dan yang paling akhir Lanzhou kemudian Beijing. Maka, Pangkowilhan Lanzhou dan Beijing kini dipensiunkan atau dijatuhi sanksi bersama dua perwira tingginya. Sementara itu. Pangkowilhan Shenyan~g beserta komisaris politiknya tak diusik-usik. Pangkowilhan Guangzhou, Letnan Jenderal Zhang Wannian, memang tak lagi di jabatan lamanya, tapi ia diangkat sebagai panglima di Kowilhan Jinan. Indikasi ini tambah kuat karena sejumlah perwira yang dianggap berjasa dalam penindasan gerakap demokrasi mendapat promosi. Pun di kalangan birokrat, partai, bahkan sampai ke pinzsepuh-nya, angin dedengisasi bertiup. Tokoh-tokoh yan~g berkecenderungan reformis disorot, bahkan diserang. Menurut kabar-kabar yang beredar di Hong Kong, Wakil Perdana Menteri Li Ruihan, tokoh moderat yang juga anggota Politbiro, mendapat serangan gencar dan terus terang dari rekannya, Song Ping, tokoh konservatif di Politbiro. Li dituduh oleh Song memecah-belah kesatuan dalam kepemimpinan PKC. Ceritanya, dua atau tiga minggu yang silam, Li mengkritik kecenderungan umum di RRC yang menjurus pada konservatisme berlebihan yang menjurus ke arah kembalinya Maoisme. Ia pun mengecam habis kampanye "Belajar dari Lei ~eng" dalam TPR. Itulah kampanye yang menekankan pada pengorbanan diri dan pembaktian diri berlebih-lebihan terhadap partai. Bila angin ini bisa disebut dedengisasi, karena ekonom konservatif Chen Yun terang-terangan menuduh Deng Xiaopinglah yang berada di belakang gerakan demokrasi tahun silam. Tahun ini Deng akan berusia 86 tahun. B~anyak yang menduga kuat bila ia meningg~al akan terjadi perebutan kekuasaan yang seru. Seiichi Okawa (Tokyo) dan A. Dahana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini