Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Korea Selatan dan Korea Utara Pulihkan Saluran Telepon Diplomatik

Korea Selatan dan Korea Utara telah memulihkan saluran telepon diplomatik yang diputus Korut setahun lalu ketika hubungan keduanya memburuk

27 Juli 2021 | 15.00 WIB

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, memeluk Presiden Korea Selatan Moon Jae-in saat acara penyambutan kenegaraan di Bandara Internasional Pyongyang Sunan di Korea Utara, 18 September 2018. Presiden Moon Jae-in melakukan kunjungan perdananya ke ibu kota Korea Utara, Pyongyang. Pyeongyang Press Corps/Pool via REUTERS
Perbesar
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, memeluk Presiden Korea Selatan Moon Jae-in saat acara penyambutan kenegaraan di Bandara Internasional Pyongyang Sunan di Korea Utara, 18 September 2018. Presiden Moon Jae-in melakukan kunjungan perdananya ke ibu kota Korea Utara, Pyongyang. Pyeongyang Press Corps/Pool via REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

\TEMPO.CO, Jakarta - Korea Selatan dan Korea Utara telah memulihkan saluran telepon diplomatik yang diputus Korut setahun lalu ketika hubungan keduanya memburuk, dengan upaya baru oleh para pemimpin kedua negara untuk membangun kembali hubungan, kata Gedung Biru kepresidenan Korea Selatan pada Selasa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un saling berkirim surat sejak April dan sepakat untuk menyambungkan kembali sambungan telepon, kata sekretaris pers Moon, Park Soo-hyun, dikutip dari Reuters, 27 Juli 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Media pemerintah Korea Utara, KCNA, juga mengatakan semua saluran komunikasi antar-Korea kembali beroperasi pada Selasa pukul 10 pagi sejalan dengan kesepakatan antara Moon dan Kim.

"Kedua pemimpin telah mencari cara untuk memulihkan hubungan dengan bertukar surat pada beberapa kesempatan, dan sepakat untuk memulihkan hotline yang terputus sebagai langkah pertama untuk proses itu," kata Park. "Mereka juga sepakat untuk mendapatkan kembali kepercayaan sesegera mungkin dan kembali mendorong perbaikan hubungan."

KCNA menggembar-gemborkan pembukaan kembali saluran telepon sebagai "langkah besar dalam memulihkan rasa saling percaya dan mempromosikan rekonsiliasi."

Korea Utara memutuskan sambungan telepon pada Juni 2020 ketika hubungan lintas perbatasan memburuk setelah pertemuan puncak kedua yang gagal pada Februari 2019 antara Kim Jong Un dan mantan Presiden AS Donald Trump, yang dimediasi Moon Jae-in.

Langkah itu diikuti dengan penghancuran kantor penghubung bersama di Korea Utara yang telah didirikan pada 2018 untuk membina hubungan yang lebih baik, membawa hubungan dua Korea ke titik terendah.

Kementerian pertahanan Seoul mengonfirmasi bahwa saluran telepon militer diuji pada Selasa dan komunikasi reguler dua kali sehari akan dilanjutkan.

Kementerian Unifikasi, yang menangani urusan antar-Korea, juga mengatakan saluran telepon yang dipasang di desa gencatan senjata perbatasan, Panmunjom, juga telah dipulihkan, menyambut langkah itu dan menyatakan harapan untuk memulai kembali kerja sama.

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, bersama dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in saat acara penyambutan kenegaraan di Bandara Internasional Pyongyang Sunan di Korea Utara, 18 September 2018. Ini merupakan kunjungan pertama Presiden Moon Jae-in ke ibu kota Korea Utara, Pyongyang, setelah bertemu dengan Kim Jong Un dua kali di desa perbatasan Panmunjom. KBS/via REUTERS TV

Pembukaan kembali komunikasi berpotensi mengarah pada terobosan dalam dimulainya kembali dialog tingkat tinggi, termasuk pertemuan Kim Jong Un dan Moon Jae-in, yang tetap buntu sejak Juni tahun lalu, ketika Korut meledakkan kantor penghubung di kota perbatasan Kaesong dan memutuskan semua komunikasi lintas batas, kantor berita Yonhap melaporkan.

Moon Jae-in dan Kim Jong Un mengadakan pertemuan pertama mereka di Panmunjom, desa gencatan senjata di dalam Zona Demiliterisasi (DMZ), yang membagi dua semenanjung, pada April 2018.

Mereka mengadakan dua pertemuan puncak lagi tahun itu, menghasilkan kesepakatan tindak lanjut untuk mengurangi ketegangan militer dan membangun rasa saling percaya. Pemimpin Korea Utara menyatakan komitmennya untuk denuklirisasi lengkap Korea.

"Kami mengantisipasi bahwa pemulihan komunikasi antara Selatan dan Utara akan berdampak positif bagi kemajuan dan perkembangan hubungan antar-Korea," tambah Park.

Moon Jae-in telah menyerukan penyambungan kembali saluran telepon dan pembicaraan, menaruh harapan tinggi pada Presiden AS Joe Biden untuk memulai kembali negosiasi yang bertujuan untuk membongkar program nuklir dan rudal Korea Utara.

Tetapi tidak jelas apakah pembukaan kembali hotline adalah tanda serius bahwa Pyongyang akan menanggapi tawaran Moon Jae-in dan pemerintahan Joe Biden, yang menyerukan pembicaraan konstruktif untuk denuklirisasi Korea Utara.

"Amerika Serikat terus menghubungi Korea Utara sejak Presiden Biden menjabat. Saya pikir ini menunjukkan kesediaan Pyongyang untuk merespons," kata James Kim dari Asan Institute for Policy Studies di Seoul kepada Reuters.

"Tapi terlalu dini untuk membaca terlalu banyak gerakan ini," kata James Kim. "Kita perlu melihat keseriusan di pihak Pyongyang untuk bergerak menuju denuklirisasi agar kita dapat mengatakan bahwa ada kemajuan yang nyata."

Yang Moo-jin, seorang profesor di Universitas Studi Korea Utara di Seoul, mengatakan bertukar informasi tentang COVID-19 dan bencana alam dapat menjadi cara untuk membangun kembali hubungan.

Korea Utara belum secara resmi mengkonfirmasi wabah COVID-19, tetapi menutup perbatasannya dan mengambil tindakan kesehatan yang ketat, melihat pandemi sebagai masalah kelangsungan hidup nasional.

Pengumuman itu muncul saat kedua Korea menandai peringatan ke-68 gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea 1950-53. Kim Jong Un memberikan penghormatan kepada tentara yang gugur dan mengirim hadiah kepada veteran Korea Utara yang masih hidup, KCNA melaporkan.

REUTERS | YONHAP

Eka Yudha Saputra

Alumnus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Bergabung dengan Tempo sejak 2018. Anggota Aliansi Jurnalis Independen ini meliput isu hukum, politik nasional, dan internasional

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus