Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Seoul - Anggota tim riset Asia, Timur Tengah, dan Afrika dari Korea Trade Investment Promotion Agency (Kotra) Joo Ho Park menyebut perdagangan antara Indonesia dan Korea Selatan sudah berkembang 140 kali sejak hubungan diplomatik dimulai pada 1973.
Park menuturkan di awal hubungan diplomatik terjalin, nilai ekspor kedua negara mencapai US$ 32 juta dan impor US$ 153 juta. “Kini pada 2022 nilai ekspor naik menjadi US$ 10,2 miliar sementara impor menjadi US$ 15,7 miliar,” katanya dalam dialog bersama 13 jurnalis peserta The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation di kantor Kotra, Seoul, Rabu, 31 Mei 2023.
Pada 2020-2022, kata Park, ada lima item yang paling banyak negaranya ekspor ke Indonesia, yaitu mesin, boiler, peralatan mekanis dan suku cadang (Kode HS: 84), bahan bakar mineral, minyak mineral, dan produk penyulingan (Kode HS: 27), mesin dan peralatan listrik beserta bagiannya (Kode HS: 85), plastik (Kode HS: 39), dan besi dan baja (kode HS: 72).
Adapun lima item yang banyak Korea Selatan Impor dari Indonesia adalah: bahan bakar mineral, minyak mineral, dan produk penyulingan (Kode HS: 27), mesin dan peralatan listrik beserta bagiannya (Kode HS: 85), bijih (Kode HS: 26), besi dan baja (kode HS: 72), dan kayu, barang-barang dari kayu, serta arang kayu (Kode HS: 44).
Selain itu, sejak 1980 ada sekitar 2.498 proyek yang diinvestasikan di Indonesia dengan total nilai investasi menembus US$ 16,6 miliar. “Sektor manufaktur yang paling banyak seperti Hyundai Motors, Lotte dan juga bidang kimia,” katanya.
Sedangkan Indonesia sudah berinvestasi di korea sejak 1990-an dengan nilainya mencapai US$ 2,7 miliar dalam 185 proyek.
Korea Selatan Targetkan Ekspor Produk Halal
Park menuturkan pada 2023 rencana ekspor Korea Selatan ke Indonesia salah satunya di sektor industri halal. Namun, ia mengakui jika negaranya masih cukup awam soal kehidupan umat Islam dan prinsip-prinsip halal.
“Kami berusaha untuk masuk ke daerah-daerah yang kami tidak begitu familiar, yang salah satunya adalah industri halal. Ini tantangan kami,” tuturnya.
Menurut dia, Kotra sudah melakukan berbagai diskusi dengan sejumlah institusi yang mengurus soal sertifikasi halal. Ia mencontohkan pendekatan investor Korea Selatan di Malaysia yang juga menyasar industri halal.
“Kami ekspor hanwoo (daging sapi) ke Malaysia. Kami mencari cara untuk bekerja bersama dengan pihak lokal untuk mengekspor ini. Kami terus mendekati mereka dan berdiskusi,” tuturnya.
Birokrasi di Indonesia jadi Halangan
Park menuturkan salah satu tantangan berinvestasi di Indonesia adalah birokrasinya yang berbelit-belit. Hal ini kerap dikeluhkan para investor yang ia temui, terutama di sektor kosmetik yang kerap membutuhkan sertifikasi dari BPOM.
"Memakan banyak waktu sementara budaya kami biasa serba cepat. Jadi kami ingin sertifikat dikeluarkan cepat," ucap dia.
Pilihan Editor: KBRI Seoul: Hyundai Ioniq Motif Batik akan Diluncurkan di GIIAS 2023
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini