Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 50.000 orang menyeberangi perbatasan Suriah dengan Lebanon setelah kelompok oposisi bersenjata menyerbu Ibu Kota Damaskus pada Ahad, 8 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mayoritas dari pengungsi tersebut adalah penganut Syiah dan pendukung rezim sebelumnya. Ketegangan di perbatasan meningkat selama tiga hari ketika ribuan orang terus menuju perbatasan utama Masnaa untuk mencari perlindungan dari Suriah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka mengungkapkan bahwa lebih baik tinggal di luar negeri daripada kembali ke rumah karena takut akan pembalasan dari oposisi bersenjata, menurut laporan koresponden LBCI di perbatasan. Banyak dari mereka juga dilaporkan tidak memiliki dokumen yang diperlukan.
Pada malam Senin (9/12), ribuan pengungsi Suriah berusaha menembus pos pemeriksaan Masnaa, berusaha memasuki Lebanon tanpa dokumen apapun, namun pasukan keamanan Lebanon berhasil mengendalikan situasi tersebut.
Kelompok oposisi Suriah berhasil merebut Damaskus pada Minggu, 8 Desmeber 2024. Perdana Menteri Suriah Mohammad Ghazi al-Jalali menyatakan bahwa dia bersama 18 menteri lainnya memutuskan untuk tetap bertahan di ibu kota.
Ghazi juga mengungkapkan bahwa dirinya telah berkomunikasi dengan para pemimpin kelompok militan yang menyerbu Damaskus.
Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri Rusia mengonfirmasi bahwa Bashar al-Assad telah mengundurkan diri sebagai presiden Suriah dan meninggalkan negara tersebut setelah melakukan negosiasi dengan berbagai pihak dalam konflik Suriah.
LBC GROUP TV
Pilihan editor: Kementerian Luar Negeri akan Lakukan Evakuasi WNI di Suriah Gelombang Ketiga