Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Israel Tantangan terhadap pemerintahan PM Ariel Sharon kali ini berasal dari sekelompok personel militer. Ahad dua pekan lalu, 13 anggota kesatuan elite Sayeret Matkal menolak ditugasi di Palestina, di Tepi Barat ataupun Jalur Gaza. Bukan cuma itu, mereka juga emoh men- jaga permukiman Yahudi. Mereka menilai operasi militer di kawasan itu tak bermoral. Penolakan tegas itu mereka sampaikan dalam sebuah surat yang ditujukan pada Perdana Menteri Ariel Sharon.
"Kami nyatakan, hari ini kami tak akan melibatkan diri dalam kegiatan diteritori dan penyangkalan terhadap hak-hak jutaan warga Palestina," demikian inti isi surat mereka. Kantor Perdana Menteri Israel menerima surat itu, tapi menolak berkomentar. Reaksi dan ancaman justru datang dari Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, Moshe Ya'alon. Sejauh ini, Ya'alon telah memerintahkan mereka menghadap atasan masing-masing. Ya'alon membuka pintu kepada para penanda tangan yang ingin mundur dari pernyataan itu. Namun, seandainya tetap pada pendirian semula, mereka bisa dikeluarkan dari Angkatan Bersenjata Israel (IDF).
Dalam dua tahun terakhir, Israel mengalami tiga kali gelombang penolakan para serdadu. Pada Januari 2002, 52 prajurit cadangan me- nolak ditempatkan di Palestina. Pada September 2003, tercatat 25 pilot menolak pengeboman di wilayah Palestina. Mereka mengatakan, pengeboman yang hampir makan korban di kalangan sipil itu tidak bermoral.
Rusia
Rekonstruksi Irak pasca-perang besar adalah bisnis yang ramai. Pekan lalu Rusia menyatakan siap menghapus utang Irak, asal perusahaan minyak Rusia memperoleh kontrak di Irak. Tidak semuanya, tentu. Kepada Wakil Dewan Pemerintahan Irak yang kebetulan datang ke Moskow pekan silam, Presiden Vladimir Putin berjanji menghapuskan "sebagian utang Irak". Dewan Pemerintahan pernah menyatakan kesiapan Rusia menghapus 65 persen utang itu. Pernyataan itu kemudian ditepis Moskow. Sebagaimana diketahui, utang Irak kepada Rusia mencapai US$ 8 juta.
Ketika Saddam Hussein berkuasa, Rusia mendapat banyak kontrak menguntungkan. Kontrak-kontrak itu kemudian menjadi utang. Tapi, ketika Saddam jatuh, Amerika yang untuk sementara menduduki Irak menolak melibatkan Rusia, Jerman, dan Prancis dalam berbagai kontrak baru di Irak.
Singapura
Akhirnya Steve Chia, tokoh oposisi, anggota parlemen Singapura yang ke- dapatan berfoto setengah bugil dengan seorang pembantu rumah tangga asal Indonesia, menyerah. Selasa lalu, ia melepaskan jabatan sebagai Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Nasional (NSP). Chia mengaku ia memotret dirinya dan sang pembantu setengah telanjang. Isu ini muncul ke permukaan setelah Ny. Chia, yang sedang hamil, mengadukannya ke polisi.
Dalam kesempatan sama, Chia juga berjanji akan menyerahkan kursinya di Aliansi Demokratik Singapura, wadah kaum oposisi di negeri itu. Dari 94 kursi di parlemen, oposisi hanya punya tiga. "Saya minta maaf atas segala pemberitaan buruk dan ketidaknyamanan selama ini," kata Chia. Tentang pembantunya, menurut Chia, sekarang sudah berada di Indonesia setelah masa kontraknya diakhiri.
Pakistan
Sejumlah sumber intelijen Pakistan memaparkan, bahan peledak yang digunakan dalam upaya membunuh Presiden Pakistan Jenderal Pervez Musharraf, dua pekan silam, berjenis sama dengan yang digunakan dalam pengeboman di Bali, Indonesia. Bom plastik C4 itu meledak di sebuah jembatan di Rawalpin, dekat Islamabad, hanya beberapa saat setelah rombongan kendaraan Musharraf lewat, Minggu dua pekan silam.
Dalam sebuah wawancara pekan silam setelah lolos dari maut, Musharraf menegaskan Al-Qaidah dan sekutu lokalnya berada di barisan depan pihak yang ingin membunuhnya. Serangan terhadap Musharraf ini merupakan pengeboman pertama yang menggunakan C4 di Pakistan. "Kami baru tahu bahwa C4 kini dimiliki teroris di negara ini. Namun, berapa jumlahnya, masih diselidiki," kata seorang pejabat di kantor Musharraf.
Telni Rusmitantri (AP, AFP, BBC, Reuters)
Menolak Tugas di Palestina
Utang Irak Diganti Kontrak
Foto Heboh Politikus
Bom Musharraf, Bom Bali
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo