Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI layar televisi di Tripoli, wajah Menteri Luar Negeri Libya, Mohamed Abderrahman Chalgam, tampak amat serius. Dan pengumuman yang dibacakannya langsung mengguncang dunia: Libya menghentikan program pengembangan nuklirnya.
"Libya dengan sukarela memutuskan membuang semua material, perleng- kapan, dan program (senjata pemusnah massal), dan benar-benar terbebas dari senjata terlarang secara internasional," ucap Chalgam, Jumat malam dua pekan silam.
Di London, malam itu juga, Tony Blair mengumumkan hal yang sama. Perdana Menteri Inggris itu menyebut pemimpin Libya, Muammar Qadhafi, sangat berani. Di Washington, Presiden George Bush bersegera ke depan kamera TV untuk maksud serupa. Ia juga memuji langkah Qadhafi sebagai langkah yang sangat berani, bijak, dan bertanggung jawab. Dia memilih menjadi anggota komunitas bangsa-bangsa ke- timbang mengejar senjata non-konvensional, kata Bush menyanjungnya lagi. Padahal, dulu, Presiden Ronald Reagan menyebut Qadhafi "an evil man."
Itulah puncak negosiasi panjang, dua tahun, yang melibatkan intelijen Libya, MI6, dan CIA. Ini mungkin upaya terakhir Kolonel Qadhafi membebaskan negerinya dari status paria ekonomi.
Di Wina, Direktur Badan Energi Atom Internasional, Mohammed el-Baradei, bahkan siap terbang ke Tripoli pekan ini untuk proses panjang inspeksi nuklir dan senjata sejenis. Malah, kata dia, "Pejabat Libya menyatakan Libya akan menandatangani protokol NPT (nonproliferasi nuklir) tambahan."
Dulu, Libya musuh nomor 1 Washington, ketika Saddam Hussein masih sekutunya. Pada 1980-an, Qadhafi leluasa menebar teror, terutama terhadap warga Amerika di Eropa. Peledakan pesawat Pan Am 103 di atas Lockerbie, Skotlandia, yang menewaskan sekitar 270 orang, adalah puncaknya. Serangan jet-jet Reagan tak menyurutkan nyali Qadhafi.
Berbagai sanksiantara lain sanksi ekonomi dan larangan terbangpun dijatuhkan PBB, AS, dan Inggris. Terbukti, ekonomi Libya menjadi ambruk dan Qadhafi "menyerah". "Libya ingin menyelesaikan seluruh masalah dan fokus kami pada pembangunan dan kemajuan negeri," ujar Chalgam. Untuk itu, mereka membutuhkan perbaikan hubungan dengan Inggris dan Amerika. Dengan membujuk perusahaan Amerika dan Inggris agar kembali ke Libya, Tripoli berharap dapat mendongkrak produksi minyaknya dari 1,5 juta barel (dulu) ke 3 juta barel sehari pada tahun 2020.
Keputusan "berdamai" dimulai dengan kunjungan mengejutkan Musa Kousa, kepala intelijen eksternal Qadhafi, ke London pada Oktober 2001. Padahal dia mantan Duta Besar Libya di Inggris yang diusir karena berjanji membunuh musuh-musuh politiknya. Ia diburu Prancis karena diduga terlibat peledakan pesawat UTA 772 di Nigeria pada 1989, yang menewaskan 170 orang.
Di London, Kousa merundingkan kasus Lockerbie, kerja bareng melawan terorisme, dan senjata pemusnah massal. Hasilnya, Libya bersedia membayar kompensasi US$ 5 juta per korban insiden Lockerbie, selain setuju ikut memerangi terorisme. Bahkan Tripoli telah menyerahkan data intelijen ratusan anggota Al-Qaidah dan lainnya. Meski PBB bersedia mencabut sanksinya, Washington baru oke bila Tripoli membatalkan program senjatanya.
Serbuan Amerika dan sekutunya ke Irak-lah yang membuat Qadhafi "tergerak". Tiga pekan lalu, di Traveller's Club di Pall Mall, London, dinyatakan Libya bukan lagi ancaman perdamaian dunia. "Amerika siap membantu rakyat (Libya) membangun negaranya agar lebih bebas dan makmur," Bush berjanji.
Akan terentaskah ekonomi Libya? Tunggu: Afganistan dan Irak saja belum beres.
Purwani D. Prabandari (Christian Science Monitor, The Observer, Jana)
Kronologi
14 April 1986
Presiden Reagan menuding Libya bertanggung jawab atas pengeboman di diskotek Berlin. Di sini biasa berkumpul serdadu Amerika. Dia memerintahkan serangan ke Libya.
21 Desember 1988
Pesawat Pan Am 103 meledak di atas Lockerbie, Skotlandia, menewaskan 270 orang.
15 April 1992
Dewan Keamanan PBB menjatuhkan sanksi penjualan senjata dan larangan penerbangan ke Libya. Soalnya, Libya tak menyerahkan dua tersangka pengebom.
14 April 1999
Libya menyerahkan dua tersangka bom Lockerbie. PBB mencabut sanksi.
15 Agustus 2003
Libya menerima tanggung jawab pengeboman Pan Am 103, setuju membayar keluarga korban US$ 5 juta per kepala. Amerika menyatakan tetap memberlakukan sanksi dan mempertahankan Libya di daftar negara pendukung terorisme.
12 September 2003
Dewan Keamanan melakukan pemungutan suara untuk membatalkan sanksi PBB.
19 Desember 2003
Libya, Amerika, dan Inggris mengumumkan bahwa Libya mencoba mengembangkan senjata pemusnah massal dan membatalkan rencana itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo