Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Amerika Wartawati Diculik
Jill Caroll, wartawati harian Christian Science Monitor, diculik pada 7 Januari lalu. Tenggat yang diberikan penculik habis pada Jumat pekan lalu. Wanita berusia 28 tahun ini diculik di Bagdad, saat meninggalkan kantor seorang tokoh Sunni, Adnan Dulaimi. Penculiknya mengancam akan memenggal Caroll bila Amerika tak segera melepaskan tawanan perempuan Irak. Tapi sampai Jumat sore waktu Indonesia pemenggalan belum terjadi.
Wajahnya sempat muncul di stasiun televisi Al-Jazeera dan Al-Arabiya selama 20 detik. Di latar belakang tampak logo bertuliskan ”Brigade Balas Dendam”. Kelompok ini tak pernah terdengar sebelumnya. Kedua stasiun televisi itu tak memberi tahu dari mana mereka mendapat tayangan tersebut. Secara terpisah, mereka menyiarkan juga permohonan bebas bagi Caroll. Orang tuanya memohon para penculik agar berbelas kasih. ”Anak saya tak punya pengaruh. Dia tak punya kekuasaan untuk membebaskan siapa pun. Dia hanya wartawan. Gunakan dia sebagai wartawan untuk mendukung tujuan Anda,” kata ayah Caroll.
Menurut Busho Ibrahim Ali, Wakil Menteri Kehakiman Irak, Amerika membebaskan enam dari delapan perempuan yang ditawannya. Tapi mereka berkukuh hal itu tak ada hubungannya dengan Caroll. Seorang pejabat pertahanan Amerika menyatakan hal itu tak akan dilakukan dalam waktu dekat.
Inggris Rencana Penculikan
Pejuang hak-hak ayah di Inggris, Fathers for Justice, Kamis lalu membubarkan diri akibat dituding merancang penculikan Leo Blair, putra bungsu Perdana Menteri Tony Blair, yang kini berusia lima tahun. Pekan lalu, investigator khusus kepolisian Scotland Yard membongkar adanya rencana penculikan oleh empat orang anggota kelompok yang kerap berdemo dengan kostum superhero ini.
The Times menulis, keempatnya membicarakan rencana itu di Ye Olde Bar di London, dekat Katedral St Paul, bulan lalu. Tujuannya, menarik perhatian publik pada perjuangan mereka. Menurut Graham Manson, salah seorang anggota kelompok, saat itu ada investigator Scotland Yard menghampiri mereka dan berkata, ”Dia mengetahui rencana mereka dan mengancam akan menembak mereka bila hal itu diwujudkan.” Polisi tidak menangkap siapa pun atas terbukanya rencana penculikan ini.
Matt O’Connor, pendiri Fathers for Justice, menyesal harus menutup kelompok yang sudah bekerja tiga tahun untuk membela hak-hak ayah untuk berhubungan dengan anak mereka. ”Saya tak mau dihubungkan dengan pihak ekstrem,” O’Connor menukas. Media Inggris mencurigai isu terbongkarnya rencana ini sengaja dibocorkan ke tabloid sensasional The Sun untuk mengalihkan publik dari kasus pelecehan seks di sekolah-sekolah.
Rusia Dingin Membeku
Temperatur yang drop hingga minus 40 derajat Celsius pada pekan lalu membuat sejumlah gajah di Rusia harus menerima ”doping penghangat”. Menurut The Independents, di Yaroslavl—100 mil di utara Moskow—trio gajah India diberi campuran vodka dan air agar terhindar dari kedinginan. Di wilayah Lipetsk, yang suhunya turun sampai minus 32 derajat Celsius, gajah diberi jatah anggur murah tiga kali sehari. Di kebun binatang lain, giliran unta, babi hutan, dan kijang mendapat suplai vodka.
Moskow, yang dihuni 12 juta orang, menjadi sepi. Jalanan bebas dari kemacetan yang biasa menjadi ciri khas ibu kota Rusia itu. Toko, restoran, dan bar kosong melompong. Bila berdiri di udara terbuka, rambut bisa membeku seiring seketika. Rumah sakit melaporkan terjadi banyak kasus frostbite akibat orang menempelkan telepon genggam di kuping terlalu lama. Gelandangan tewas kedinginan. Di wilayah Volga, sebuah minibus jatuh ke sungai beku. Enam orang tewas.
Warga lokal mengatakan sudah separuh abad mereka tak mengalami musim dingin seperti ini. Udara terdingin di Moskow, minus 42 derajat Celsius, terjadi pada 1940. Kondisi ini diramalkan akan bertahan hingga akhir bulan. Media massa Rusia mencatat jumlah orang yang meninggal akibat serangan hawa dingin telah mencapai 109 orang—pada Jumat malam waktu Jakarta.
Taiwan Perdana Menteri Mundur
Belum genap setahun duduk di kursi perdana menteri, Frank Hsieh mundur. Pengunduran diri pada Selasa pekan lalu itu diduga karena Partai Demokratik Progresif (DPP)—yang menyokong pemerintah—kalah telak dalam pemilihan lokal pada Desember 2005. ”Saya dua kali menawarkan pengunduran diri begitu kami kalah dalam pemilihan. Tapi saya setuju bertahan setelah Presiden Chen Shui-bian meminta saya tinggal demi kestabilan politik,” kata Frank Hsieh. Presiden Shui-bian kemudian mengangkat bekas pengacara hak asasi, Su Tseng-chang, untuk menggantikan Frank Hsieh.
Hsieh ditunjuk sebagai perdana menteri pada Januari 2005. Saat itu dia dinilai andal sebagai perunding, mampu berkomunikasi dan membangun konsensus dengan partai oposisi. Tetapi reputasinya tercoreng akibat skandal proyek pembangunan kereta bawah tanah di Kota Kaohsiung. Menurut para pengamat, keputusan parlemen memotong anggaran yang diajukan oleh pemerintah pimpinan Frank Hsieh turut mendorongnya mundur.
Thailand Polisi Penculik
Pengadilan memvonis tiga tahun penjara bagi perwira polisi Mayor Ngern Tongsuk. Dia dituduh menculik dan membunuh Somchai Neelaphaijit, pencara hak asasi kelompok muslim Thailand Selatan. Pengadilan membebaskan empat polisi lainnya. Alasannya, mereka kekurangan bukti untuk mendakwa empat polisi itu melakukan penahanan tak sah terhadap Somchai. Pada 13 Januari lalu, untuk pertama kalinya Perdana Menteri Thaksin Shinawatra mengakui keterlibatan pejabat pemerintah dalam penculikan dan pembunuhan terhadap Somchai. ”Saya tahu Somchai telah terbunuh. Bukti menunjukkan keterlibatan lebih dari empat pejabat pemerintah,” ujar Thaksin.
Somchai adalah Ketua Asosiasi Pengacara Muslim Thailand dan Wakil Ketua Komite Hak Asasi Masyarakat Hukum Thailand. Ia diseret dari mobilnya di Bangkok pada 12 Maret 2004. Diduga hal itu dilakukan oleh lima polisi. Sejak itu Somchai menghilang. Saat itu Somchai terlibat dalam advokasi terhadap gerilyawan muslim yang disiksa polisi. Tapi pengusutan kasus ini belum menyentuh pihak yang berada di balik penculikan dan pembunuhan terhadap Somchai. ”Polisi tak bisa dipercaya menemukan siapa yang memerintahkan pembunuhan itu,” kata Brad Adam, Direktur Human Rights Watch Wilayah Asia.
Pakistan Tiga Tokoh Al-Qaidah Tewas
Di tengah kemarahan bertubi-tubi rakyat Pakistan terhadap serangan udara Amerika Serikat, muncul kabar mengejutkan. Tiga tokoh Al-Qaidah diduga tewas akibat serangan tersebut di Bajaur, sebelah utara Pakistan. Ketiganya adalah Abdul Rahman al-Misri al-Magribi, Midhat Mursi al-Sayid Umar, dan Abu Ubaidah al-Masri. Abdul Rahman adalah menantu Ayman al-Zaqahiri, tokoh Al-Qaidah yang sering tampil dalam rekaman video publikasi kelompok Usamah bin Ladin. Jenazah ketiga tokoh Al-Qaidah itu belum ditemukan sampai sekarang. Sedangkan Ayman diduga lolos dari serangan tersebut.
Midhat Mursi dikenal sebagai ahli bom dan ahli racun. Kepalanya dihargai US$ 5 juta (setara Rp 50 miliar) oleh Amerika. Menurut Badan Investigasi Federal (FBI), sejak 1999 Mursi menyebarkan buku petunjuk pembuatan senjata kimia dan biologi. Ia diduga mengelola kamp pelatihan di Afganistan. Serangan udara AS mengakibatkan jatuhnya korban sipil. Perdana Menteri Pakistan Shaukat Aziz mengecam serangan itu. Rakyat Pakistan pun marah tak terkira, karena Amerika seenaknya mengguyurkan serangan udara ke negeri mereka.
Polling Yerusalem Dibagi Dua
Mayoritas responden setuju menjadikan Kota Yerusalem sebagai bagian konsesi perdamaian dengan Palestina. Bahkan separuh lebih warga Yahudi Israel menyokong menyerahkan Yerusalem Timur kepada Palestina sebagai imbalan kesepakatan perdamaian permanen. Inilah hasil jajak pendapat yang dipublikasikan harian Israel, Haaretz, pada Kamis pekan lalu.
Jajak pendapat yang digarap oleh Lembaga Riset Israel untuk Studi Yerusalem itu menunjukkan 54,4 persen responden Israel rela menyerahkan Yerusalem Timur yang diduduki Israel pada 1967—tapi tanpa melepas kontrol terhadap penduduk Yahudi di wilayah Kota Tua. Sikap responden juga berkaitan dengan situs agama di Yerusalem. Umpamanya Tembok Ratapan di kompleks Masjid Aqsa dan Mount Olives yang merupakan pemakaman suci bagi umat Yahudi.
Ada sepertiga responden tak rela menjadikan Yerusalem sebagai konsesi perdamaian dengan Palestina. Israel menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota, meski tak diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sebaliknya Palestina ngotot akan menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota.
RFX & KS (BBC, Haretz, The Times)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo