Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Lintas Internasional

31 Januari 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RUSIA Gerilyawan Chechnya Mengusik Putin

PASUKAN khusus Rusia akhirnya menyerbu apartemen di Nalchik, kota kawasan Kaukasus dekat Chechnya, Kamis pekan lalu. Penyerbuan itu mengakhiri pendudukan tiga hari terhadap apartemen itu oleh militan Chechnya dari kelompok Yarmuk. Hasilnya, tujuh orang militan tewas, termasuk pemimpin Yarmuk, Muslim Atayev, dan empat perempuan. Di pihak Rusia, dua orang anggota pasukan khusus tewas akibat granat saat menyerbu masuk ke apartemen. Tapi situs kelompok ini menyebutkan lima orang pasukan khusus Rusia tewas dalam penyerbuan itu.

Selama menduduki apartemen, kelompok Yarmuk menembaki penumpang dan kapal terbang dari jendela apartemen yang menghadap ke bandara Kota Nalchik. Kelompok Yarmuk membunuh lima orang dan merampas 200 senjata militer Rusia tahun silam. Setelah kasus penyanderaan sekolah di Beslan yang menelan korban 350 penduduk sipil September tahun silam, Presiden Vladimir Putin meningkatkan kampanye pembersihan kelompok militan Chechnya. Pejabat Nalchik mengaku punya daftar 500 nama militan yang mereka buru. Tapi kelompok militan Chechnya tampaknya tak akan pernah membiarkan Presiden Putin duduk nyaman di Kremlin.

CINA Biografi Miring Zhao Ziyang

POLISI Cina memukuli seorang perempuan berusia 70 tahun yang tengah berada di tengah kerumunan 60 orang di depan satu gedung pemerintah di Beijing, Kamis pekan lalu. Polisi berusaha membubarkan kerumunan yang mengenakan bunga dari kertas, simbol tradisi berkabung Cina. Mereka ingin menyerahkan petisi kepada pemerintah bahwa bekas Sekretaris Jenderal Partai Komunis Cina, Zhao Ziyang, tak bersalah dalam insiden berdarah di lapangan Tiananmen 16 tahun silam. Sebaliknya, polisi berteriak kepada massa bahwa Zhao adalah kriminal politik.

Cap sebagai kriminal politik inilah yang membuat jenazah Zhao tak kunjung dikremasi, meski tradisi Cina mewajibkan jenazah sudah harus dimakamkan paling lama tujuh hari setelah kematian. Pasalnya, keluarga Zhao tak setuju biografi resmi Zhao versi pemerintah yang akan dibacakan saat pemakaman, yang berisi label sebagai pejabat yang melakukan "kesalahan besar" menangani demonstrasi mahasiswa prodemokrasi di lapangan Tiananmen. "Kami ingin pemakaman segera dilakukan, tapi kami tak setuju dengan isi biografi Zhao," ujar salah seorang anggota keluarga Zhao. Zhao adalah arsitek reformasi ekonomi Cina yang meniupkan angin segar keterbukaan politik di Cina. Pemakaman Zhao direncanakan berlangsung Sabtu pekan lalu.

INGGRIS Tawanan Guantanamo Bebas

MATA Azmat Begg berkaca-kaca ketika melihat anaknya, Moazzam Begg, 36 tahun, bebas dari tahanan polisi Inggris, Rabu pekan lalu. Maklum, lebih dari tiga tahun Moazzam disekap militer Amerika Serikat di kamp tawanan Guantanamo, tanpa pernah diadili. Padahal AS menuduh mereka sebagai bagian dari jaringan teroris kelompok Al-Qaidah. Tapi polisi Inggris lebih suka membebaskan Moazzam dan empat warga Inggris lainnya tanpa diadili, sehari setelah mereka tiba dari Guantanamo. "Mereka tak dapat diadili di Inggris berdasarkan pengakuan yang diperoleh aparat intelijen M15 yang menemui mereka di Guantanamo," ujar Kepala Polisi Metropolitan London, John Stevens. Sebab, sudah rahasia umum bahwa tawanan di Guantanamo menjadi korban penyiksaan.

Inggris selama ini mendesak AS agar mengembalikan warga negaranya yang ditahan di Guantanamo karena menganggap pengadilan militer AS atas tawanan Guantanamo tak sesuai dengan standar hukum internasional untuk menjamin pengadilan yang fair. Namun, Moazzam dan bekas tawanan Guantanamo lainnya belum sepenuhnya bisa tidur nyaman, karena gerak-gerik mereka akan terus dipelototi aparat keamanan Inggris. Sebab, itulah jaminan yang diberikan Inggris kepada AS. Sebelumnya, Maret tahun silam, AS juga memulangkan lima tawanan Guantanamo asal Inggris.

INDIA Ziarah Maut di Kuil Hindu

KERUMUNAN 300 ribu umat Hindu tiba-tiba panik saat berdesakan di Kuil Mandher Devi, Selasa pekan lalu. Pasalnya, api melahap jejeran kedai bunga dan makanan akibat tabung gas meledak di kuil yang terletak di Maharashtra, sebelah tenggara Bombay, itu. Pengunjung berpacu menyelamatkan diri, tapi akibatnya 258 orang tewas terinjak-injak yang separuh di antaranya perempuan dan anak-anak. Korban terbanyak terjadi di jalan sempit menuju kuil di punggung bukit setinggi 1.200 meter di atas permukaan laut.

Kuil Mandher Devi, yang berusia 300 tahun, kondang di kalangan penganut Hindu dari kasta rendah. Mereka berziarah setiap Januari saat bulan purnama. Mereka mengikuti upacara keagamaan selama sehari semalam, termasuk mempersembahkan hewan korban. Insiden ini mengakibatkan pemerintah India merogoh koceknya sebesar 150 juta rupee (Rp 31,5 miliar) untuk membuat Kuil Mandher Devi aman dikunjungi ratusan ribu orang sekali setahun. Apalagi, kasus yang sama pernah terjadi di Nasik, juga di wilayah Maharashtra, pada 2003, saat berlangsung upacara keagamaan Kumbh Mela.

POLANDIA Pembebasan Auschwitz Diperingati

DECIT roda-roda kereta api memecah cuaca dingin di Auschwitz, Polandia, yang diguyur salju, Kamis pekan lalu. Suara itu menandai dimulainya upacara peringatan 60 tahun pembebasan kamp Auschwitz dari rezim Nazi Jerman pada 27 Januari 1945. Ribuan orang yang selamat dari holocaust hadir bersama tak kurang dari 30 pemimpin negara.

Lilin-lilin dinyalakan oleh para kepala negara, yang sebagian bergiliran menyampaikan pidato. Amerika Serikat diwakili Wakil Presiden Dick Cheney. Presiden Jerman Hort Koehler hanya ikut menyalakan lilin, tidak berpidato, sebagai wujud pengakuan tanggung jawab negaranya atas holocaust, kampanye rezim Adolf Hitler untuk melenyapkan orang Yahudi dari Eropa. Kamp Auschwitz dibebaskan tentara Uni Soviet setelah sekitar 1,5 juta orang dibantai rezim Nazi.

Menjelang malam, upacara berakhir dengan raungan lokomotif dari pengeras suara, disusul pembakaran rel kereta api yang membentang sepanjang 800 meter dari gerbang kamp dan krematorium. Para pemimpin negara lalu menaruh lilin-lilin yang terlindung lampion biru di atas batu prasasti.

Swiss Warga Bumi Anti-Globalisasi

PENDUDUK dunia cenderung menentang globalisasi. Begitulah isyarat dari hasil survei yang disiarkan Gallup International pada 27 Januari 2005. Survei dilakukan bekerja sama dengan World Economic Forum, yang pada 26-30 Januari lalu mengadakan pertemuan puncak tahunan di Davos, Swiss. Survei terhadap 60 ribu responden di 60 negara ini diberi label "Voice of People". Salah satu pertanyaan yang diajukan kepada responden adalah: "Setujukah Anda dengan pernyataan bahwa globalisasi lebih banyak menciptakan problem dari pada mengatasinya?" Hasilnya, mayoritas responden membenarkan.

RFX, (AFP, BBC, AP, Reuters)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus