Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sang Akuntan Lolos Lagi

Hampir 50 orang kaki tangannya diringkus polisi Italia pada pekan lalu, tapi godfather mafia Italia terbesar, Bernardo Provenzano, tak kunjung tercokok.

31 Januari 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAAT hari mulai pudar, amuk justru berkobar di Corleone. Aroma kematian meruap dari kota kecil yang terletak di Provinsi Palermo, Sisilia, itu. Ini bukan kematian biasa, bahkan bagi kalangan Clan dei Corleonesi, komunitas yang kelak lebih dikenal dunia sebagai mafia. Mayat Michele Navarra tenggelam di kolam darahnya sendiri, dalam mobil Fiat hitam yang dibanjiri 112 tembakan. Maut tak akan bisa menyelinap dari rapatnya hujan peluru seperti itu. Tak ada celah. Navarra harus mati. Ia adalah ganjalan bagi perkembangan kelompok Luciano Liggio, bos muda yang sedang bersinar. Kalender di kediaman Liggio menunjuk tarikh 1958.

Liggio bukanlah si penarik pelatuk maut. Ia punya dua orang mafiosi yang tak pernah berpikir panjang. Yang pertama Salvatore Riina, kelak terkenal sebagai Totò Riina, salah seorang mafiosi legendaris dalam sejarah Sisilia. Yang lebih muda bernama Bernardo Provenzano, seorang anak petani bertubuh tinggi besar, pendiam, dan ogah sekolah saat berumur 10 tahun. Liggio mempunyai kesan khusus tentang Binnu?nama panggilan Provenzano. Sebuah pujian khas mafia yang meleburkan pujian dan ledekan dalam satu kalimat. "Dia menembak seperti malaikat, tapi memiliki otak seekor ayam." katanya.

Sejak pembunuhan Navarra reputasi Binnu terus meluas. Ia menarik pelatuk pistol semudah menghirup napas. Binnu mulai memperoleh julukan pertama yang tak lagi bersifat olok-olok: The Tractor. Ada yang berpendapat ia sudah membunuh terlalu banyak di usianya yang baru 25 tahun. Tak sulit menduga, barisan musuhnya pun bertambah dengan cepat.

Maka, di satu senja yang saga, 18 September 1963, Binnu tak bisa lain kecuali menyelinap ke sebuah bukit di ujung Palermo. Bukit sunyi itu berisi pepohonan sitrus dan ranting zaitun rimbun yang sesekali dikejutkan kehadiran gembala. Itulah hari terakhir ia terlihat di kota. Beberapa jam sebelumnya, klan Liggio berhadapan dengan pengikut Navarra yang mendapat bantuan sejumlah keluarga lain. Ini pertempuran klasik yang sudah beratus tahun mendekor sejarah Sisilia. Mayat-mayat berhumbalang di pusat kota Corleone.

Oleh aparat keamanan, Binnu dinyatakan hilang, sampai secara tiba-tiba, Selasa pekan lalu, pemerintah Italia mengumumkan telah menangkap 46 orang kaki tangan Binnu. Termasuk yang dicokok adalah Fransesco Pistoia, penghubung sang Don dengan komandan mafia yang lebih rendah di berbagai tempat.

Dalam pelariannya selama empat dekade, Binnu telah menjadi Don Corleone yang sesungguhnya?sang Godfather. Penyergapan itu dilakukan oleh seribu carabinieri, polisi Italia, yang menyisir pojok-pojok Sisilia setelah pengintaian intensif selama tiga tahun. Informasi terutama dikumpulkan dengan menyadap telepon. Salah satu yang paling berharga adalah rencana Binnu untuk menghabisi tokoh antimafia Palermo, jaksa Piero Grasso. Surat dari istri Binnu, Saveria, juga dibajak polisi. Aparat yang mengepung sebuah lokasi di Gunung Cammarata, sesuai dengan petunjuk surat, ternyata kecele. Tak ada Binnu di sana.

Dalam pelariannya selama ini, Binnu si "otak ayam" pelan-pelan menapak ke jajaran atas Cosa Nostra, salah satu kelompok mafia yang paling terorganisasi di Sisilia. Ia merampingkan struktur organisasi dan membuat Cosa Nostra makin kejam. Bahu-membahu dengan sang confidante, Totò Riina, mereka menjadi dua pilar terpenting di era 1980-an. Riina menjabat julukan Military Man, sedangkan Binnu, yang menjadi wakil Riina, disebut the Business Man. Binnu mulai merekrut anggota mafia dari kalangan universitas dan mampu mengontrol mereka. Keahlian manajerialnya mulai terlihat sehingga ia disebut il Ragioniere, sang Akuntan. Walau demikian, ciri khasnya tak hilang. "Provenzano luar biasa berbahaya. Ia menjalin kontak dengan semua klan dan memerintahkan pembunuhan," ujar Giuseppe Cipriani, Wali Kota Corleone.

Riina tertangkap pada 15 Januari 1993 (dan dijatuhi hukuman mati) akibat pembunuhan yang direncanakannya terhadap hakim Giovanni Falcone dan jaksa Paolo Borsellino setahun sebelumnya. Maka, kursi tertinggi Cosa Nostra akhirnya jatuh pada Binnu yang ternyata jauh lebih licin dibanding Riina.

Penyergapan yang dirancang rapi oleh pemerintah Italia pada 2001 gagal meringkus Binnu. Operasi berikutnya yang berlangsung pada 29 Agustus 2004, lagi-lagi, gagal membekuk Binnu yang hanya berada 200 meter dari lokasi. Dan pada operasi pekan lalu, aparat baru bisa mendekat satu langkah lagi kepada sang Akuntan. Senin, 31 Januari, ini, Binnu berulang tahun ke-72, dan masih bebas berkeliaran. "Dia memang bisa mengendus bahaya," ujar seorang detektif yang ikut dalam penyergapan.

Akmal Nasery Basral (ANSA, The Guardian, AFP).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus