Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemerintah Indonesia kembali berunding dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk mencari penyelesaian damai. Perundingan yang sudah dilakukan pekan lalu itu tidak lagi dilangsungkan di Jenewa, Swiss. Juga tidak melibatkan Henry Dunant Centre (HDC) sebagai mediator sebagaimana perundingan sebelumnya.
Pemerintah dan GAM sepakat menunjuk Crisis Management Initiative (CMI) pimpinan mantan Presiden Finlandia, Martti Ahtisaari, sebagai juru penengah. Karena itu pula, tempat perundingan dilangsungkan di ibu kota Finlandia, Helinski. Menurut Wiryono Sastrohandoyo, mantan juru runding Indonesia, CMI itu tak jauh berbeda dengan lembaga nonpemerintah lain yang dibentuk para mantan presiden seperti Carter Centre di Amerika Serikat atau The Habibie Centre di Jakarta. "Saya tak tahu seberapa besar pengaruh mantan Presiden Finlandia itu?saya baru mendengar nama CMI itu," ujar Wiryono.
Dalam sebuah situsnya, CMI adalah lembaga nonpemerintah yang didirikan untuk memantau masalah-masalah keamanan. Tidak banyak ada penjelasan di sana. Rinki Neva, direktur lembaga itu, menyatakan, Ahtisaari diminta oleh pihak Indonesia dan GAM sebagai penengah dan telah menyanggupinya. "CMI telah siap terlibat dalam persiapan untuk menggelar kembali dialog antara pemerintah Indonesia dan GAM," demikian Rinki Neva dalam situs itu.
Siapa Martti Ahtisaari? Ia adalah seorang diplomat yang kini berusia 67 tahun. Ia pernah memainkan peranan kunci dalam upaya mencari solusi konflik dari Afrika sampai ke Balkan, bahkan Irlandia Utara. Ia juga pernah menjadi wakil untuk Uni Eropa pada 1999 untuk meyakinkan Presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic agar menerima syarat-syarat mengakhiri kampanye udara Kosovo. Usaha itu mengantarkannya meraih nominasi Hadiah Nobel untuk Perdamaian.
Sebelum menjadi utusan Uni Eropa untuk Kosovo, Ahtisaari dikenal di tataran internasional sebagai pegawai PBB yang mengawasi transisi kemerdekaan Namibia pada 1977-1981. Ia juga berdinas sebagai inspektur senjata independen pada proses perdamaian Irlandia Utara. Ahtisaari menjadi Presiden Finlandia periode 1994-2000. Selesai menjabat presiden itulah ia mendirikan Crisis Management Initiative.
Dalam kasus di Irak, Ahtisaari pernah menginvestigasi masalah keamanan dengan mandat dari PBB setelah pengeboman bermobil di Irak, Agustus 2003. Bom itu menghancurkan markas besar PBB di Bagdad. Berkat laporannya itu, Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan kemudian melobi Majelis Umum untuk mencairkan kurang lebih US$ 100 juta dan 778 pos baru untuk Dewan Keamanan.
Kenapa Presiden Yudhoyono dan pihak GAM memilih CMI? Wiryono menduga bukan karena CMI lebih baik, tetapi lantaran HDC sebagai penengah dianggap gagal. Pemerintah Indonesia menganggap lembaga itu kurang kredibel. "Bisa jadi mereka dianggap kurang profesional karena nyatanya perundingan gagal," ujar Wiryono.
Henry Dunant Centre dipilih sebagai penengah di masa pemerintahan Abdurrahman Wahid pada perundingan pertama sekitar Mei 2000. Prestasi HDC sebenarnya tidak buruk-buruk amat. Ditangani HDC, lahir kesepakatan yang dikenal dengan Cessation of Hostility Agreement (CoHA) pada 9 Desember 2002. Dari kesepakatan itu kemudian dibentuklah Joint Security Committee (JSC) yang beranggotakan Indonesia-GAM dan mediator HDC.
Pada Mei 2003, Sekretaris Menko Polkam Sudi Silalahi (kini Sekretaris Kabinet) mempertanyakan kemampuan HDC dalam penyelesaian pertikaian RI-GAM. Kekecewaan Indonesia itu berawal dari sebuah surat yang dilayangkan GAM kepada HDC. Dalam suratnya itu, GAM berniat menjadwal ulang pelaksanaan Joint Council Meeting (JCM). Syaratnya, tempat pertemuannya harus di Jenewa, Swiss. Perbedaan pendapat terus meruncing antara pemerintah Indonesia dan GAM. Akhirnya, pada Mei 2003 itu, CoHA dinyatakan gagal dan tidak dilanjutkan.
Kini, mulai lagi babak baru dengan penengah CMI. Adakah perundingan ini menghasilkan yang terbaik untuk rakyat Aceh yang kini dalam nestapa?
Fajar W.H. (Reuters, CMI.fi, Ahtisaari.fi)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo