Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Lintas Internasional

1 Februari 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Italia
Berlusconi 'Baru', Masalah Baru

RAIB sebulan lebih, Silvio Berlusconi muncul dengan wajah lebih segar minggu lalu. Itu bukan hanya lantaran istirahat total di vilanya di Porto Rotonda, tapi juga karena dia mengangkat gelayut daging di bawah matanya. Dokter pribadinya mengakui, operasi plastik itu lazim bagi Berlusconi sebagai politikus.

Tapi bukan wajah barunya yang membuat suhu politik Italia memanas. Raibnya Berlusconi sendiri menimbulkan banyak spekulasi. Termasuk bahwa dia menghindari investigator Uni Eropa dalam skandal Parmalat, perusahaan susu multinasional asal Italia, sejak sebulan lalu.

Meski Berlusconi mengaku "menikmati" semua spekulasi media dan politik saat tetirah di vilanya, dia tidak bisa memungkiri kenyataan bahwa Pengadilan Konstitusi Italia membatalkan hak kekebalan hukumnya yang Juni lalu diberikan parlemen negeri parfum itu. Hal ini memungkinkan ia masih dapat diadili, menyusul kasus praktek suapnya pada 1985. Sebelum menjadi presiden, 1994, ia memang orang terkaya di Italia dan ketiga di Eropa dengan kekayaan US$ 13 miliar, mengontrol 90 persen saham televisi Italia, dan menguasai berbagai perusahaan.

Liberia
'Damai 100 Hari' di Liberia

GYUDE Bryant boleh bernapas agak lega kini. Seratus hari sebagai pemimpin sementara Liberia dilewatinya dengan damai. "Kami tak akan mentolerir para perusuh, vandalisme, dan pemberontak LURD (Liberians United for Reconciliation and Democracy) yang mengacaukan suasana," kata Bryant, yang keberadaannya di Liberia didukung penuh PBB. Situasi "kondusif" ini diharapkan Bryant berlanjut hingga pemilihan umum 2005 dan dapat mengakhiri perang saudara selama 14 tahun sebelumnya.

Melucuti sekitar 50 ribu pemberontak yang bertikai adalah langkah awal pentingnya. Selanjutnya, Bryant mulai membenahi infrastruktur kesehatan dan pendidikan serta mulai membentuk pemerintahan yang bersih. Salah satu langkahnya adalah membayar gaji pegawai negeri yang tertunda setahun.

Toh, usaha Bryant sepertinya belum mulus. Apalagi pertikaian tiga fraksi pemberontak masih berlanjut. Bahkan kelompok LURD—yang pada 8 Januari lalu menggeser Sekou Damate Conneh dan mendudukkan istrinya, Aisha, sebagai ketua—masih belum mengakui pemerintahan sementara. Mereka juga masih terus memberontak.

India
India-Kashmir Merintis Damai

PERDANA Menteri Atal Behari Vajpayee akhirnya bertemu dengan pemimpin separatis Kashmir, Jumat pekan lalu, buat mengakhiri perselisihan. Perundingan akan dilanjutkan Maret nanti.

Sebelumnya, serangkaian pertemuan telah dilakukan Wakil Perdana Menteri India, Lal Krishna Advani, dan pemimpin senior partai Hurriyat, Abdul Ghani Bhatt, yang sepakat menghentikan pertempuran di kawasan Himalaya. Para petinggi Kashmir yakin pemberontakan 14-an tahun melawan India dapat diakhiri dengan dialog.

Ini pertanda bagus. Apalagi, tiga pekan sebelumnya, Vajpayee dan Presiden Pakistan Pervez Musharraf menyetujui pembicaraan bilateral lanjutan antara kedua negara bulan depan. Saat itu, kedua petinggi juga akan membahas Kashmir, benih kebencian antara kedua negara selama lebih dari setengah abad yang menyulut dua perang.

Bahkan politikus veteran Kashmir dan mantan Perdana Menteri Kashmir-Pakistan, Sardar Abdul Qayyum Khan, mendukung penuh pertemuan itu. Toh, masih ada sedikit tentangan kaum militan dari Hurriyat.

Turki
Badai Salju di Turki

SATU bocah 13 tahun mati kedinginan dalam perjalanan ke sekolah di Turki pekan lalu. Sementara itu, belasan orang menderita frostbite dan ribuan terperangkap di dalam mobil yang terkepung badai salju yang membekap Turki.

Petaka itu melumpuhkan transportasi dan sarana infrastruktur lainnya. Pemerintah menutup jalur maritim ke Laut Hitam dan Laut Tengah, penerbangan distop, dan pembangkit listrik dimatikan di sebagian kota besar.

Badai salju dahsyat, yang dinyatakan sebagai bencana nasional, ini belum pernah terjadi sebelumnya di Turki dalam seabad terakhir.

EWS (AFP, AP, Reuters, Washington Post)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus