HUBUNGAN Washington-Beijing mulai meningkat ke arah kerjasama
militer. Intervensi Uni Soviet di Afghanistan tampaknya
mempercepat prosesnya, seperti terbayang dari kunjungan Menteri
Pertahanan AS, Harold Brown, ke RRC pekan lalu.
Bersamaan dengan kunjungan Brown itu, pemerintah AS mengumumkan
penjualan satelit yang dikenal dengan nama Landsat-D beserta
stasion buminya kepada Cina. Satelit yang berharga $77 juta itu,
menurut rencana, akan diluncurkan tahun depan. Walaupun
kegunaannya untuk menyelidiki sumber mineral dan memperkirakan
panen, komputer di stasion buminya nanti dapat juga dipakai
untuk keperluan informasi militer. Terutama dalam mengamati
perbatasan Cina-Soviet.
Cina merupakan negara komunis pertama yang membeli sistem
komunikasi satelit Lardsat-D itu. Sudah ada 20 negara lain yang
memiliki stasion buminya, sedang 110 negara lain menerima
informasi hasil satelit ini dari Lembaga Survei Geologi AS.
Penjualan satelit ini memberi kesan bahwa AS lebih mempercayai
Cina ketimbang Soviet. Sampai sckarang Soviet tidak diizinkan
untuk membeli jenis teknologi mutakhir ini. Bukan tak mungkin
dalam waktu dekat ini Cina juga akan dapat membeli persenjataan
modern dari AS.
Dengan adanya intervensi Soviet di Afghanistan, makin nyata AS
memainkan apa yang disebut 'kartu Cina' terhadap Moskow. Dalam
suatu keterangan pers, bahkan Brown mengatakan bahwa telah
tumbuh suatu titik pertemuan pendapat antara AS-Cina tentang
bagaimana menghadapi ekspansionis Soviet.
Namun setelah mengadakan pertemuan resmi dengan para pemimpin
Cina termasuk PM Hua Guofeng, Brown menegaskan bahwa AS tetap
pada keputusannya untuk tidak menjual senjata kepada Cina.
Tetapi pembelian barang teknologi mutakhir oleh Cina tidak
dikenakan pembatasan seperti yang dilakukan terhadap Soviet,
katanya.
Dari New Delhi, PM Indira Gandhi langsung menuduh bahwa aliansi
AS-Cina ini merupakan ancaman bagi India dan seluruh negara
tetangganya. Dalam wawancara teve Prancis, Ny Gandhi yang baru
saja kembali menjadi perdana menteri itu mengatakan bahwa Cina
mempunyai potensi ekspansionis yang membahayakan sebagaimana
India pernah menderita karenanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini