Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mantan PM Inggris Tak Sesalkan Referendum Brexit

Mantan perdana menteri Inggris, David Cameron, tidak menyesal mengajukan gagasan referendum Brexit, yang hasilnya memutuskan Inggris keluar dari UE.

20 April 2018 | 06.20 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Mantan Pendana Menteri Ingggris David Cameron bersama istrinya, Samantha melambaikan tangan kepada wartawan saat meninggalkan tempat tinggal dan kantornya di Downing Street 10, Inggris. REUTERS/Stefan Wermuth

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan perdana menteri Inggris, David Cameron, tidak menyesal telah menyorongkan proposal Brexit. Saat masih memerintah, dia menyerukan agar dilakukan referendum untuk menentukan keanggotaan Inggris di Uni Eropa atau UE.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Saya sudah berjanji kepada masyarakat Inggris dan saya memenuhi janji saya tersebut,” kata Cameron, seperti dikutip dari CNN.com pada Kamis, 19 April 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekspresi PM Inggris, David Cameron saat memberikan konferensi pers di luar Downing Street 10, London, 24 Juni 2016. Cameron mengatakan bahwa hasil referendum ini merupakan kehendak rakyat yang harus dilaksanakan. REUTERS/Phil Noble 

Cameron yang mengundurkan diri pada 2016, telah menyerukan diselenggarakannya referendum Brexit atau singkatan dari British Exit. Keputusannya itu, telah berdampak pada turunnya dukungan politik pada Cameron hingga tampuk kekuasaan Inggris diteruskan oleh Theresa May, yang sekarang menjadi Perdana Menteri Inggris.         

Cameron, yang dulu berkampnye agar Inggris bertahan di Uni Eropa, sangat yakin hasil suara referendum adalah adalah sebuah kesalahan. Namun demikian, Cameron akhirnya mengakui setelah lebih dari dua dekade keanggotaan Inggris di Uni Eropa, pelaksanaan referendum adalah hal yang tepat.     

“Saya rasa Anda tidak bisa berada di bawah organisasi dan melihat kekuatan negara-negara anggota tumbuh. Pakta demi pakta serta kekuasaan demi kekuasaan berpindah dari Westminster ke Brussels. Mereka tidak pernah bertanya kepada rakyat apakah mereka bahagia dipimpin dengan pemerintahan seperti itu,” kata Cameron. 

Proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa tak semudah membalik telapak tangan. Rangkaian proses negosiasi berjalan alot, namun batas waktu proses tidak diperpanjang dan harus dituntaskan kurang dari satu tahun sebelum Inggris benar-benar angkat kaki dari Uni Eropa.  

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus