Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mencari calon yang tangguh

Suasana kampanye di georgia, negara bagian di amerika selatan.(ln)

14 April 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BUKAN drama Shakespeare yang dipentaskan di panggung Fox Minggu petang itu, tapi kampanye calon presiden Partai Demokrat. Awal Maret berselang, ketika derap kampanye mulai bergema di Atlanta, Fox tak luput memancarkan daya tarik yang lain dari biasa. Di gedung teater bergaya Moor itu sekelompok pemuda tampak mengacungkan poster seraya meneriakkan nama kandidat unggulan mereka. "Jesse for president!" pekik seorang pemuda Negro pendukung Jesse Jackson yang tubuhnya dipenuhi poster. "Pilih Fritz!", tantang kelompok Walter Mondale, tak mau kalah. Maka, sekitar 4.000 orang menyerbu Fox, untuk menyaksikan tontonan gratis yang hingar-bingar. Ada debat seru antarkandidat yang diselenggarakan TV NBC, ada pula aksi kampanye jor-joran. Tapi bukan aksi-aksi itu betul yang mempengaruhi keputusan Nenek Mery. Tanpa ragu, wanita kulit putih warga asli Atlanta ini justru memilih Jesse Jackson, kandidat kulit hitam pertama dalam sejarah politik Amerika. "Dalam perdebatan televisi, saya lihat dialah yang paling meyakinkan," tutur Mary. "Yang lain bertengkar macam anak kecil saja," tambahnya. Nenek ini baru saja mencoblos untuk pemilihan tingkat pendahuluan (primary) di gedung sekolah dasar Jefferson, di bagian lain Kota Atlanta. Di situ pula Dann Sykes, 33. memberikan suaranya. "Saya memilih Mondale," kata pria Negro bekas personil angkatan udara AS ini sebelum ditanya "Saya tak ingin suara terbuang percuma, sebab Jesse tak mungkin jadi presiden." Lain halnya Joan Woodruff, 22, sekretaris di sebuah bank. Baginya, penampilan fisik Gary Hart, jauh lebih menarik dari gagasan senator itu sendiri. Semula, ia memilih Mondale, tapi begitu melihat tampang Hart yang tampan dan boyish di layar televisi, serta merta ia mengubah pilihannya. Sementara itu, sebuah gereja Baptis di Atlanta telah dimanfaatkan pula untuk pemilihan primary. Semua petugas di situ terdiri dari nenek-nenek pensiunan pemerintah federal. "Saya bersemangat melakukan tugas ini karena ingin melihat tampilnya calon Demokrat yang tangguh," ujar Nenek Leigh, 73, ketua panitia di situ. "Reagan itu jahat, ia memotong tunjangan bagi orang tua," katanya pula. Pada hari yang sama, puluhan nenek seusia di berbagai kota juga sibuk mengatur penyelenggaraan primary. Pada hakikatnya, primary merupakan pemilihan anggota delegasi ke Kongres Partai yang akan memilih calon partai. Ada dua cara pemilihan delegasi, melalui primary dan caucus. Dalam sistem primary, para pemilih menusuk kertas berisi deretan nama para kandidat dan memasukkannya ke dalam kotak suara. Cara ini persis sama seperti yang berlaku dalam pemilu di Indonesia. Dalam caucus, pemilihan dilakukan melalui rembukan, dengan membentuk kelompok-kelompok kecil. Jumlah delegasi kemudian ditentukan oleh besar kecilnya jumlah orang yang terkumpul dalam kelompok-kelompok itu. Dari 3.933 delegasi pada Kongres Partai 54% dipilih melalui primaty, 30% caucus selebihnya adalah pejabat-pejabat partai termasuk senator dan anggota Dewan Perwakilan, yang tentu saja dari Partai Demokrat. Tiap negara bagian mempunyai cara sendiri-sendiri dalam menentukan sistem pemilihan. DARI delapan kandidat Partai Demokrat, yang sampai saat ini masih bertahan tinggal Walter Mondale, wakil presiden pada masa pemerintahan Carter Gary Hart, senator asal Colorado, dan pendeta hitam Jesse Jackson. Menurut hasil sementara sampai akhir pekan ini, Mondale sudah mengumpulkan 864 delegasi, Hart 541, dan Jackson 147. Agar terpilih sebagai calon Partai Demokrat, mereka harus mengumpulkan 1.967 delegasi. Sesudah itu, barulah sang kandidat pemenang bertarung melawan Presiden Reagan, calon Partai Republik dalam pemilu sesungguhnya, November depan. Penyelenggaraan pemilihan pendahuluan ini rupanya turut menyibukkan sekelompok anak muda, yang bekerja sukarela pada hari-hari kampanye. Di markas kampanye Hart di Decatur, di pinggiran Atlanta, 23 pemuda dan pemudi bekerja siang malam. Jay Warren, 30, meninggalkan pekerjaannya di sebuah bank, untuk memperkuat barisan pendukung Hart. Ia sibuk mengedarkan selebaran, melayani pertanyaan telepon tentang Hart, dan mengurus kepentingan kandidat itu selama berada di Negara Bagian Georgia. "Lumayan capeknya, tapi kami tetap gembira dan bersemangat kok," katanya di sela dering telepon berkali-kali. Menurut pemuda berambut keriting ini, dana mereka kumpulkan sendiri, antara lain dengan menyelenggarakan malam dana dan mengirim surat sumbangan (Lihat: Pesta dan Gereja untuk Dana). "Cepat habisnya. Apalagi untuk mengurus 22 orang petugas dinas rahasia," ujarnya setengah bercanda. Pemilihan pendahuluan ini masih akan berlangsung di sejumlah negara bagian, sampai saat Kongres Partai Demokrat bulan Juli mendatang di San Francisco. Dalam primary di New York pekan lalu yang memperebutkan 252 delegasi, Mondale menggondol 133, Hart 57, dan Jackson 47 delegasi. Baru kali ini Mondale berhasil menang mayoritas di sebuah primary. Awal pekan ini ia juga memenangkan caucus di Wisconsin. Tapi jalan masih panjang bagi bekas wakil presiden itu untuk sampai di Gedung Putih.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus