Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mengenal Apa Itu Xenofobia

Xenofobia merupakan sikap ketakutan atau kebencian terhadap orang asing yang dianggap aneh dan belum dikenali.

5 Januari 2023 | 04.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah mahasiswa melakukan teatrikal saat demo menolak RPP Pengamanan Produk Tembakau di Jalan Pahlawan Semarang, (31/5). Mahasiswa menilai peringatan hari anti tembakau merupakan agenda terselubung pihak asing yang berusaha menghancurkan jutaan petani tembakau, buruh rokok dan usaha tembakau di Indonesia. Tempo/Budi Purwanto)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Istilah xenofobia berasal dari gabungan dua kata Yunani. Kata “Xenos” yang berarti asing atau tamu dan kata “phobos” berarti fobia atau takut. Menurut Merriam Webster, xenofobia didefinisikan sebagai ketakutan atau kebencian terhadap orang asing atau apapun yang dianggap aneh dan belum dikenali.

Baca : Trending Bersama Jisoo Blackpink, Apa Itu Xenophobia?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

George Makari, seorang sejarawan dan psikiatri di Weill Cornell Medical College berpendapat istilah xenofobia muncul pertama kali pada 1880-an. Ini digambarkannya sebagai cara berpikir gelombang pertama globalisasi. Sekaligus, menjadi konsep budaya populer seiring nasionalisme Barat, kolonialisme, dan genosida. 

Kebangkitan Xenofobia

Makari dalam bukunya Of Fear and Strangers: A History of Xenophobia mencatat kebangkitan konsep xenofobia dimulai dari penyalahgunaannya yang menyimpang hingga penyebarannya sebagai prinsip etis setelah Holocaust. Secara tiba-tiba xenofobia muncul kembali pada abad ke-21. 

Dia lantas melakukan penyelidikan terhadap evolusi xenofobia yang merujuk pada sejumlah tokoh dan filsuf. Di antaranya, Joseph Conrad, Albert Camus dan Richard Wright, dan inovator seperti Walter Lippmann, Sigmund Freud, Jean-Paul Sartre, Simone de Beauvoir dan Frantz Fanon. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada tahun 1900, Makari menemukan sebuah surat kabar Prancis melaporkan tentang gerakan xenofobia yang tidak menyenangkan di Shanghai. Tiga hari kemudian, calon Perdana Menteri Prancis Georges Clemenceau menggunakan istilah tersebut. Surat kabar Prancis segera menyebarkan gagasan bahwa xenofobia tidak tercipta di China. 

Di awal tahun tersebut pula, xenofobia berevolusi menjadi alat biololitik yang kuat terkait sains dan ras ketika bangsa Barat mulai melakukan gerakan kolonialisme. Istilah itu mendefinisikan siapa yang "primitif" dan siapa yang "beradab". Diskriminasi terhadap imigran atau minoritas tidak didasarkan pada gagasan kuno bahwa 'orang asing adalah musuh saya'. 

Xenofobia menjadi kebijakan resmi negara ketika Nazi naik ke tampuk kekuasaan di Jerman pada tahun 1930-an. Hitler membungkus ke dalam ideologi kebajikan "memperlakukan minoritas seperti budak, atau menemukan cara untuk merampas dan melenyapkan mereka." 

Dengan demikian, kata xenofobia, menurut Makari, cukup kokoh—cukup luas dan cukup spesifik—untuk merangkul manifestasi kebencian asing seperti etnosentrisme, ultranasionalisme, rasisme, misogini, seksisme, anti-Semitisme, homofobia, transfobia, dan Islamofobia. Kata xenophobia mungkin cukup, menurutnya, tidak sedikit karena itu bukan "istilah klasik kuno".  

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus