KOMUNE Rakyat (Renmin Gongshe), simbol terakhir gagasan Mao Zedong untuk Cina sosialis itu, ternyata jebol juga disikat jurus Deng Xiaoping. Serentak dengan penghapusan komune, dua pekan lalu, sekitar 92 ribu xiang (pemerintahan rakyat) ditegakkan di seluruh negeri itu, sebagai struktur pengganti. Untuk waktu yang cukup panjang, komune rakyat merupakan wajah eksperimen sosialisme di negeri dengan semilyar penduduk itu. Komune ditubuhkan melalui perintah langsung Mao pada 1958. Orang Cina menamakan barang baru itu zheng she he yi pemaduan kekuasaan politik dengan organisasi ekonomi. Sebab, di bawah komune terdapat "pasukan besar produksi" dan "pasukan produksi". Pada awal 1960-an, tatkala hubungan RRC dengan Uni Soviet semakin buruk, komune rakyat juga dipujikan menandingi kolchos, sistem pertanian kolektif rancangan Kremlin. Di bawah komune, semua tanah dan alat pertanian - termasuk ternak - menjadi milik kolektif. Rumah tangga tidak memerlukan dapur karena komune menyediakan dapur umum dan bangsal makan bersama, dengan jam santap yang tetap. "Membangun komune rakyat bagaikan melancong ke surga, dalam semalam kami mencapai hasil seribu tahun," demikian sebuah poster pada awal 1950-an dulu. Tetapi, "surga" itu belakangan banyak membuat repot. Prinsip "semua orang dibayar sama" membuka peluang bagi para pemalas. Penyeragaman jenis tanaman dan perlakuan terhadap tanah mcmbuat hasil panen terus-menerus merosot. Presiden Liu Shaoqi dan Deng Xiaoping, yang segera menyadari peranan komune atas kebobrokan ekonomi Cina, pernah berusaha menghambat proses "komunisasi" pertanian itu. Keduanya disikat Mao lewat Revolusi Kebudayaan. Setelah Revolusi Kebudayaan ganti digasak, dan Deng naik ke pucuk kekuasaan, pendekar yang bertubuh pendek dan berbicara cepat itu segera menyidangkan pleno ketiga kongres kesebelas Partai Komunis Cina (PKC), Desember 1978. Di sinilah diletakkan dasar semua program pembaruan, yang gemanya bergaung sampai sekarang. Sejak saat itu pula, "pedoman pelaksanaan" pembongkaran komune mulai dibicarakan. Dasar hukum kebijaksanaan itu kemudian diletakkan di dalam pasal 95 dan 96 UUD RRC yang baru, Desember 1982. Disitu disebutkan, komune rakyat, yang jumlahnya 56 ribu, akan digusur dalam dua tahap. Pertama, fungsi politiknya ditanggalkan, sehingga komune menjadi setara unit ekonomi. Setelah itu, fungsi organisasi politiknya dipreteli, digantikan xiang dan komite kampung. Namun, pembubaran komune hanyalah satu dari sekian perubahan mengejutkan yang terjadi di Cina belakangan ini. Pekan lalu, RRC membubarkan kementerian pendidikan. Sebagai gantinya, dibentuk sebuah komisi negara, yang ditugasi melaksanakan program pembaruan pendidikan nasional. "Pengalaman membuktikan, kementerian itu tidak mampu memikul beban kerjanya," kata Wakil Perdana Menteri Li Peng di depan sidang keenam Komite Tetap Kongres Rakyat di Beijing, Kamis lalu. Li Peng tidak menjelaskan kapan komisi negara itu mulai bekerja. Tetapi, tugasnya, antara lain, "meninjau kembali perencanaan dan kebijaksanaan di bidang pendidikan dasar". Sistem pendidikan Cina era Deng ini ditekankan pada peningkatan keterampilan dan mutu, terutama untuk menangani pembangunan ekonomi. Satu hal penting lagi ialah izin kepada lembaga pendidikan tinggi untuk menyusun sendiri kurikulumnya, termasuk pendidikan politik. Sejak RRC berdiri, 1949, inilah pertama kalinya universitas diberi kebebasan memilih demikian besar. Di samping itu, kabarnya, di Kawasan Ekonomi Khusus Shenzhen akan didirikan Universitas Eksperimental Cina (CEU), tahun depan. Gagasan mendirikan universitas dengan orientasi teknologi tinggi ini datang dari Dr. Chan Shu-Park, profesor kelahiran Canton, yang besar dan matang di Amerika Serikat, dan kini pulang kampung. "Inilah universitas pertama gaya Barat di Cina," kata Chan. Berbeda dengan 902 perguruan tinggi lainnya di RRC, CEU akan sama sekali lepas dari pengawasan PKC. "Kami betul-betul diberi kebebasan sepenuhnya," Chan menambahkan. Deng Xiaoping juga menyediakan pelbagai nama untuk langkah pembaruan yang diayunkannya. Suatu saat ia menamakannya "revolusi kedua" (setelah revolusi pertama, 1949). Pada kesempatan lain, ia memakai istilah "sosialisme dengan watak Cina". Bahkan, sekali waktu, tanpa merasa kikuk ia menggunakan istilah "membangun sosialisme dengan metode kapitalistis". ISTILAH terakhir itulah, agaknya, yang membuat banyak orang di Barat mulai berspekulasi, Cina sedang bersiap-siap menempuh jalan kapitalis. Gagasan Deng, dan dua tokoh kepercayaannya, Perdana Menteri Zhao Ziyang dan ketua PKC Hu Yaobang, semakin jelas: memisahkan partai dari pemerintahan, dan memisahkan pemerintahan dari dunia usaha. Awal bulan ini, misalnya, pemerintah RRC menyatakan bakal melepaskan kontrol atas pusat tenaga listrik. Artinya, terbuka pintu bagi modal asing untuk membangun kilang listrik di negeri itu. Industrialisasi pedesaan mengubah kesejahteraan penduduk secara cepat. Desa Long Zhao di Provinsi Chengdu - "lumbung padi" Cina itu - dalam tiga tahun terakhir ini mencatat keuntungan besar. Tetapi bukan dari hasil panen padi dan kubis, melainkan dari pabrik pakaian jadi, bengkel mebel, dan kedai suku cadang kendaraan bermotor. "Dengan pendapatan 360 yuan sebulan, gaji saya lebih besar ketimbang wali kota Chengdu," ujar Wang An-Chuan, lurah Long Zhao. Namun, akselerasi ekonomi ini bukannya tidak disadari bahayanya. PM Zhao sendiri mengaku, "Tidak semua pertumbuhan dengan sendirinya bagus bagi Cina." Sekarang saja, misalnya, sudah terlihat gejala kenaikan harga, dan kemerosotan nilaiytan. Cina memang tidak sepenuhnya siap menanggapi rentetan kejutan Deng.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini