PROMOSI Kolonel Aviem Sella, 41, sebagai komandan skuadron Gurun Negev, satuan udara kedua terbesar di Israel, ternyata menyulut amarah AS. Juri pengadilan federal di Washington, Selasa pekan silam, mendakwa Sella -- yang kini diduga berpangkat brigjen -- otak jaringan spionase yang ketahuan memata-matai AS, 1985. Terkenal sebagai kasus Pollard -- karena terpusat pada Jonathan Jay Pollard - kegiatan mata-mata itu dikhawatirkan bisa berakibat tidak baik atas karier Sella. Bukan tidak mungkin kariernya terganjal, padahal status komandan Gurun Negev hanya setingkat di bawah pos idaman: kepala staf angkatan udara Israel. Dakwaan terhadap Sella dibacakan resmi pada sidang pengadilan yang memutuskan perkara Jonathan Pollard yang dulu bertugas sebagai analis angkatan laut Amerika Serikat. Pollard bukan saja terbukti menjadi mata-mata Israel, tapi ia sendiri terus terang mengaku bersalah. Pollard dihukum seumur hidup dan istrinya, Anne Henderson-Pollard, yang terbukti membantu sang suami, kena ganjar 5 tahun penjara. Kasus Pollard terbongkar November 1985. Ia ketahuan mencuri dokumen dengan klasifikasi "sangat rahasia" untuk Israel. Heboh segera terjadi, baik di Amerika Serikat maupun di Israel. Para pejabat AS tak habis pikir bagaimana mungkin Israel, sekutu terdekatnya, bisa menjadi musuh dalam selimut. Bantuan AS sebanyak US$ 3 milyar setahun pada Israel -- bantuan luar negeri terbesar -- tiba-tiba menjadi ironi terbesar pula. Pemerintah Israel menyangkal terlibat kasus Pollard. Menteri Luar Negeri Shimon Peres menyatakan, kalaupun ada orang Israel terlibat, maka misinya tak jelas. Peres menjanjikan kerja sama untuk menangkap sang mata-mata, tetapi janji itu kosong belaka. Sepanjang proses pengusutan. Israel belagak pilon dan AS repot sendiri membongkar jaringan mata-mata di belakang Pollard. Melihat sikap Israel, suami-istri Pollard merasa terbuang. Karena ini, Pollard berbalik. Dari Pollardlah nama Aviem Sella didapat. Juga kepala jaringan yang mengontrol operasi itu, bekas Kepala Staf Angkatan Darat Israel, Rafi Eitan. Pollard juga menyatakan operasinya diketahui para pengambil keputusan di Israel. Melihat kedudukan Eitan dan Sella, hampir tak mungkin pemerintah Israel tidak tahu-menahu urusan "penggerayangan" ke AS ini. Eitan, yang dikenal teman dekat bekas Menteri Pertahanan Ariel Sharon, adalah penasihat intel dua perdana menteri terakhir. Sella, penerbang tempur dengan sejumlah bintang jasa, dikenal mengepalai satuan dinas rahasia militer. Laporan intel kekuatan pcrsenjataan negara-negara Arah bermuara di lacinya. Konon, dialah arsitek keberhasilan pengeboman reaktor nuklir Irak, beberapa tahun lalu. Puncak misteri Sella merupakan antiklimaks bagi AS. Bukannya diekstradisikan ke Paman Sam -- sesuatu yang hampir-hampir mustahil -- Sella malah dipromosikan menjadi komandan skuadron tempur Negev. Dan Rafi Eitan diangkat menjadi direktur salah satu korporasi tulang punggung industri Israel. Jabatan sangat bergengsi ini mestlnya hasil katrolan Ariel Sharon, yang kini menteri perindustrian. AS pun tersinggung. Kemarahan AS merangsang perbedaan pendapat di Israel. "Ini keadaan yang paling sulit dalam sejarah diplomatik Israel," ujar Abba Eban, anggota parlemen yang mengepalai Komisi Pertahanan dan Intel. Ia mengecam pemerintah bertindak sepihak dalam masalah intel. "Bagaimana tindakan itu harus dipertangggjawabkan, bila kami Komisi Intel sampai tidak tahu-menahu," katanya. Dalam wawancara dengan Reuter, Kepala Dinas Rahasia Israel Mossad 1952-1963, Isser Harel, berpendapat, operasi itu melibatkan paling sedikit dua kabinet. Sebagian besar tokoh yang dicurigai Harel kini justru duduk di kabinet. Maka, tidak aneh bila sidang kabinet, yang memasalahkan skandal mata-mata, ini tidak juga mencapai kesimpulan yang bernas. Memang, PM Yitzhak Shamir mengajukan permintaan maaf resmi kepada AS, tetapi ia tetap menyangkal kabinetnya terlibat. Sementara itu, disampaikan pula rasa simpati pada pasangan Pollard, tapi sudah terlambat. Pollard keburu berbalik. Seluruh copy dokumen curian yang masih tersimpan dibongkarnya -- walau jauh dari lengkap. Satu di antaranya jelas menunjukkan keterlibatan pemerintah Israel. Dokumen itu berupa laporan intel dinas rahasia AS tentang seluk-beluk reaktor nuklir Pakistan. Di sinilah berpangkal tawaran Israel pada India, untuk melakukan pengeboman atas reaktor itu. AS ikut terpukul dengan terbongkarnya dokumen nuklir Pakistan ini. Wajar bila Islamabad memperagakan sikap keras (lihat Di Tangan Khan, Nuklir Pakistan). Bahkan ahli bom nuklir Pakistan, Dr. Abdul Quadeer Khan, tak merasa perlu berbasa-basi. "Kami memang sudah membuat senjata nuklir," ujarnya tegas. Jim Supangkat, Laporan Reuters
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini