Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Merajut Hubungan Tua

11 Juni 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH Tim-Tim merdeka, sebenarnya tak ada lagi ganjalan yang menghalangi hubungan Indonesia-Portugal. Sebelum ini, jalinan pertemanan antara kedua negara yang terpisah ribuan kilometer itu mulus-mulus saja. Pada 1959 dan 1960, misalnya, Presiden Sukarno mengunjungi Portugal. "Saat itu, Sukarno memuji Salazar (Antonio de Olivera Salazar, presiden Portugal) sebagai orang hebat," cerita Ivo Carneiro de Sousa, pemimpin Lembaga Studi Portugal untuk Asia Tenggara. Namun, sejak 1975, tali perkawanan itu putus ketika Portugal menuduh Indonesia menganeksasi Tim-Tim yang merupakan wilayah koloni.

Pada 29 Desember lalu, tali itu disambung kembali. Lewat sebuah komunike bersama, kedua negara bersepakat bahwa kontak bilateral pada tingkat hubungan diplomatik penuh akan secepatnya dibuka. Sejak saat itu, berbagai kunjungan pun mulai mengalir—walau diakui oleh Rezlan Ishar Jenie, kuasa usaha Indonesia di Lisabon, belum terlalu lancar karena baru 130 buah visa mereka keluarkan untuk wisatawan dan usahawan Portugal yang ingin pergi ke Bali. Di tingkat pejabat tinggi pun, silaturahmi mulai dijalin dengan kedatangan Menteri Luar Negeri Jaime Gamma ke Indonesia, akhir bulan lalu. Dan diperkirakan September mendatang, Presiden Abdurrahman Wahid akan menapakkan kaki di Portugal.

Apa keuntungan yang bisa diraih kedua negara dari normalisasi hubungan ini? Tampaknya, persoalannya kembali ke Tim-Tim. Portugal jelas berkepentingan agar wilayah bekas koloninya itu bisa hidup dengan tenang dan rakyatnya makmur. Untuk itu, mau tak mau, faktor tetangga amat menentukan dalam menjaga stabilitas politik dan ekonomi negeri anyar itu.

Lalu, apa manfaat hubungan ini bagi Indonesia? Jangan lupa, status Portugal berubah setelah mereka masuk Uni Eropa (UE). Lewat UE, posisi negeri kecil, paling miskin di Eropa Barat, dan kerap dianggap ndeso di Eropa itu kini terangkat. Dengan jabatannya sejak Januari hingga Juni mendatang sebagai Ketua UE, Indonesia jelas perlu menjalin persahabatan. Sebab, kalau tidak, hubungan dengan UE yang anggotanya terdiri atas 15 negara itu bisa terusik. Ingat saja, lewat UE-lah Portugal mengangkat masalah Timor Timur pada 1992. Lagi pula, Indonesia kan masih punya utang untuk menghapus cap sebagai negara perusak hak asasi manusia dengan adanya penghancuran rumah-rumah di Tim-Tim seusai jajak pendapat lalu, yang bisa dilakukan lewat UE?

DPW

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus