Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Meski Tsunami COVID-19, Miliaran Warga China akan Mudik untuk Rayakan Imlek

Libur umum Tahun Baru Imlek kali ini akan menjadi yang pertama sejak 2020 tanpa pembatasan perjalanan domestik di China

8 Januari 2023 | 11.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - China pada Sabtu menandai hari pertama "chun yun", periode 40 hari perjalanan Tahun Baru Imlek, bersiap untuk peningkatan besar dalam pelancong dan penyebaran infeksi COVID-19. Perayaan ini sebelum pandemi dikenal sebagai mudik tahunan terbesar di dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Libur umum Tahun Baru Imlek ini, yang resmi berlangsung mulai 21 Januari, akan menjadi yang pertama sejak 2020 tanpa pembatasan perjalanan domestik.

Selama sebulan terakhir, China telah menyaksikan dihentikannya rezim "nol-COVID" secara dramatis. Ini menyusul protes bersejarah terhadap kebijakan yang mencakup pengujian yang sering dilakukan, pembatasan pergerakan, penguncian massal, dan kerusakan parah pada ekonomi nomor dua dunia.

Investor berharap pembukaan kembali pada akhirnya akan menghidupkan kembali perekonomian senilai US$17 triliun yang mengalami pertumbuhan terendah dalam hampir setengah abad.

Namun, perubahan mendadak telah membuat banyak dari 1,4 miliar penduduk China terkena virus korona untuk pertama kalinya. Hal ini memicu pasien COVID-19 yang membanjiri beberapa rumah sakit, mengosongkan rak obat-obatan di apotek dan menyebabkan antrean panjang di krematorium.

Kementerian Perhubungan mengatakan pada Jumat bahwa mereka mengharapkan lebih dari 2 miliar penumpang melakukan perjalanan selama 40 hari ke depan. Ini meningkat 99,5% dari tahun ke tahun dan mencapai 70,3% dari jumlah perjalanan pada 2019.

Ada reaksi beragam di dunia maya terhadap berita itu, dengan beberapa komentar memuji kebebasan untuk kembali ke kampung halaman dan merayakan Tahun Baru Imlek bersama keluarga untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun.

Namun, banyak orang mengatakan mereka tidak akan bepergian tahun ini, dengan kekhawatiran menulari kerabat lanjut usia sebagai tema umum.

"Saya tidak berani kembali ke kampung halaman saya, karena takut membawa virus itu kembali," kata salah satu komentar di Weibo yang mirip Twitter.

Ada kekhawatiran luas bahwa migrasi besar-besaran pekerja di kota ke kampung halaman mereka akan menyebabkan lonjakan infeksi di kota-kota kecil dan daerah pedesaan yang kurang dilengkapi dengan tempat tidur ICU dan ventilator untuk menangani mereka.

Pihak berwenang mengatakan mereka meningkatkan layanan medis akar rumput, membuka lebih banyak klinik demam pedesaan dan melembagakan "saluran hijau" untuk pasien berisiko tinggi. Terutama orang lanjut usia dengan masalah kondisi kesehatan, untuk dipindahkan dari desa langsung ke rumah sakit tingkat yang lebih tinggi.

"Daerah pedesaan China luas, populasinya besar, dan sumber daya medis per kapita relatif tidak mencukupi," kata juru bicara Komisi Kesehatan Nasional Mi Feng, Sabtu. "Penting untuk menyediakan layanan yang nyaman, mempercepat vaksinasi untuk lansia di daerah pedesaan dan pembangunan garis pertahanan akar rumput."

PUNCAK INFEKSI TERCAPAI

Beberapa analis sekarang mengatakan gelombang infeksi saat ini mungkin telah mencapai puncaknya.

Ernan Cui, seorang analis di Gavekal Dragonomics di Beijing, mengutip beberapa survei online yang menunjukkan bahwa daerah pedesaan sudah lebih banyak terpapar infeksi COVID daripada yang diperkirakan sebelumny. Puncak infeksi diduga telah tercapai di sebagian besar wilayah, mencatat "tidak banyak perbedaan antara perkotaan dan pedesaan.”

Pada Ahad, China akan membuka kembali perbatasannya dengan Hong Kong dan juga akan mengakhiri persyaratan karantina bagi pelancong yang datang dari luar negeri. Itu secara efektif membuka pintu bagi banyak orang China untuk bepergian ke luar negeri untuk pertama kalinya sejak perbatasan ditutup hampir tiga tahun lalu, tanpa takut harus dikarantina saat mereka kembali.

Pada Sabtu di Hong Kong, orang-orang harus mengantre sekitar 90 menit di pusat tes PCR yang diperlukan untuk bepergian ke negara-negara termasuk China daratan.

Jillian Xin, yang memiliki tiga anak dan tinggal di Hong Kong, mengatakan dia "sangat senang" dengan pembukaan perbatasan, terutama karena itu berarti lebih mudah bertemu keluarga di Beijing.

“Bagi kami, pembukaan perbatasan berarti anak-anak saya akhirnya bisa bertemu dengan kakek nenek mereka untuk pertama kalinya sejak pandemi dimulai,” ujarnya. "Dua anak kami tidak pernah bisa melihat kakeknya, jadi kami tidak sabar menunggu mereka bertemu."

Lonjakan kasus China telah menyebabkan kekhawatiran internasional dan lebih dari selusin negara sekarang menuntut tes COVID dari pelancong dari China. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Rabu bahwa data COVID China kurang mewakili jumlah rawat inap dan kematian akibat penyakit tersebut.

Pejabat China dan media pemerintah telah membela penanganan wabah tersebut, mengecilkan tingkat keparahan lonjakan dan mengecam persyaratan perjalanan ke luar negeri bagi penduduknya.

REUTERS

 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus